Di dalam mengapresiasi Hari Reformasi –ulang tahun 500 tahun Reformasi– ada banyak ayat yang disukai para reformator, dan pagi ini kita akan membaca sebuah pasal yang sangat disukai serta berdampak seperti dinamit di dalam tubuh Martin Luther, yaitu Mazmur 46. Menarik sekali dalam Mazmur ini diperkenalkan sebuah judul yang semua orang pasti cocok dan suka membacanya, TUHAN adalah tempat kita bernaung yang paling terbukti. Ini adalah kalimat-kalimat yang berat, yang sarat makna, dan tentu kita harus membicarakannya panjang lebar karena penjelasannya boleh dikata mencakup satu buku (150 pasal) Kitab Mazmur, dan jika ditambah dengan latar belakangnya yaitu 1-2 Raja-raja, 1-2 Tawarikh, dan ditambah lagi 5 kitab Musa. Jadi ini bukan sebuah syair/puisi semata, ini adalah sebuah keputusan yang sudah berzaman-zaman dan kemudian tiba waktunya ditorehkan dalam bentuk tulisan Mazmur.
Ada 3 hal di sini. Yang pertama, kita harus mengerti bahwa umur Mazmur ini sudah membuktikan kita tidak mungkin dikecewakan ketika membacanya. Selama 2650 tahun umur mazmur ini, sudah terbukti sangat bermakna dan berkhasiat bagi pembacanya, paling tidak bagi zaman ketika pemazmur menuliskannya sebagai-mana dikisahkan dalam 2 Raja-raja tentang Sanherib yang mengepung Yerusalem dan rajanya, Hizkia.
Waktu itu Sanherib memberikan semacam surat kejutan dan Hizkia takut sekali. Mereka dikepung oleh Sanherib dari Utara, raja Asyur yang begitu besar ini. Jadi kesesakan yang dimaksud dalam Mazmur 46 kesesakan yang besarnya tak terkira dan sangat sulit dijelaskan, karena tekanan dan ancaman kematian yang begitu besar sangat jelas di depan mata.
Kata kedua, yang saya ingin kita memikirkan-nya adalah: kesesakan itu adalah kesesakan kita bersama. Kata 'kita' –kata ganti orang pertama jamak– ini seringkali diabaikan dalam pembacaan Kitab Suci. Kata 'kita' atau 'kamu' dalam Kitab Suci seringkali kita baca kurang tepat. Kata 'kita' tidak boleh dipecah, tidak boleh dimonopoli oleh ke-ge-er-an diri sendiri. 'Kita' artinya kita semua, komunal. Dalam situasi kita hari ini, pikirkanlah, kita perlu berempati jangan-jangan di tempat lain yang jauh dari kita juga sudah terbiasa termakan oleh berita-berita yang cuma hoax, berita-berita yang sebenarnya timpang sekali, dan sangat berlebihan. Kita hibur mereka, kita saring berita-berita yang kita dengar, opini-opini yang tidak sesuai keadaan sebenarnya. Waktu kita membaca berita-berita di WA jangan semua berita diterima, karena banyak yang tidak ada isinya hanya bikin kotor pikiran. Kita ini hidup bersama, kalau kita susah, ada orang lain yang susah juga.
Tuhan mungkin sekali mendatangkan kepada kita –dalam pengertian kita semua, bisa gereja-gereja sekota atau bahkan Gereja sedunia– suruhan yang bersifat minor atau negatif (meminjam perkataan Pendeta Stephen Tong, beliau mengata-kan Nebukadnezar itu 'nabi negatif', maksudnya nabi/utusan yang negatif). Ada kemungkinan itu, bahwa sesekali Tuhan menggunakan nabi/utusan yang negatif. Tuhan bisa memberikan kita sesuatu yang negatif, seperti Nebukadnezar yang datang mengganyang habis Israel tak bersisa. Hanya tinggal orang yang muda-muda yang diboyong ke Babilonia. Lalu kita membaca di buku Daniel, pembukaannya lebih hebat, lebih canggih, lebih cerdas daripada pemuka-pemuka agama, Daniel mengatakan di situ: “Tuhanku menyerahkan bangsaku, dan rajaku, dan rumah Tuhanku, kepada musuh”. Dia sudah dibuat susah tapi tetap bertahan melayani Tuhan bagi raja-raja yang dia anggap diutus Tuhan. Tidak ada agama manapun yang bisa punya pandangan seperti ini, Yahudi pun tidak. Jangan kita terkecoh dengan orang-orang yang seolah-olah berperan menjadi tuhan, karena jika dia seolah-olah bisa berperan untuk sementara waktu jadi tuhan, itu pun Tuhan yang utus secara negatif sebenarnya. Karena, lagi-lagi Tuhan adalah Tuhan kita –Tuhan yang besar–, Tuhan kamu (semua)–Tuhan yang besar– jangan memperkecil Dia. Oleh karena itu, segala macam kesesakan pun tidak terlalu berarti bagi kita.
Ketiga, ayat 11,Tuhan minta kita diam. Ini klimaksnya. “Diam dan tenanglah, ketahuilah bahwa Allah itu adalah Allahmu”, kata-Nya “Akulah Allah, tenanglah”. Kalau kamu percaya Aku Allah, ya, tenang dong, jangan percaya tapi berperan jadi allah; itu bukan percaya tapi belagak percaya, cuma drama. Tuhan adalah Tuhan semesta alam. Inilah skala yang saya elaborasi tadi, betapa Tuhan itu besarnya tak terkira, dan Dia menyetai kita, dan Dia menjadi benteng perlindungan. Itu sebabnya Martin Luther amat sangat terbakar oleh ayat-ayat dalam Mazmur ini. Martin Luther percaya dia bukan memperjuangkan diri sendiri melainkan memperjuangkan suatu komunal, jemaat Tuhan; pekerjaan ini bukan proyek pribadi.
Tuhan mengatakan “diam”. Istilah 'diam' ini bukang nganggur maksudnya. Istilah 'diam' dalam bahasa Ibrani adalah raphah: consume, forsake, abate, cease, leave, slothful, dsb. Saya memetik perkataan Pak Billy, yang kutip perkataan ibunda Christopher Yuan, waktu sang ibu ditelpon bahwa anaknya sudah dipenjara, dia menangis bersyukur kepada Tuhan, berkemas menengok anaknya di penjara, ditempat paling aman.
“Diam! buktikan kamu berkata bahwa 'Engkau Allahku' dengan diam”. Berhenti mengurus yang tidak perlu, bersihkan yang tidak perlu, teguhkan hati untuk hal yang memang ditugaskan kepada kita. Tuhan mengatakan “diamlah”. Ini berkali-kali diulang, sampai Yoh 14 mengatakan, “Jangan gelisah hatimu, tenanglah. Aku pergi, Aku datang menjemput kamu. Tenanglah, percayalah kepada-Ku, percayalah kepada Allah”. Perkataan yang amat besar, tenanglah, percayalah kepada-Ku, percayalah kepada Bapa. Tenang, diam. Bukan malas, bukan diam tidak mengerjakan, tapi justru mengerjakan yang seharusnya kita kerjakan, tidak repot dengan urusan-urusan yang tidak ada buahnya hanya memakan habis waktu dan kesempatan kita. Puji Tuhan.
Kiranya semua ini bisa membawa Saudara makin dipakai Tuhan untuk meneduhkan, menenangkan, dan menggairahkan dunia kita tetap on di dalam meresponi anugerah Tuhan. Bekerja, menghasilkan, dan menjadi berkat bagi sekitar. Kita pakai itu untuk kesempatan yang baik dalam hidup kita. Ada sesuatu yang lebih riil dibandingkan segala berita yang dibuat-buat orang. Kiri kanan fitnah itu sampah, recehan yang tidak ada harganya, janganlah kita terperdaya oleh itu. Kalau Saudara melihat Refo500 yang akan diadakan di 18 kota, kita bersyukur tidak terkendala apa-apa. Ada banyak hal lagi yang saya percaya gereja ini sedang membuat program dan kita bisa terus mendoakan lalu ikut serta lebih realistis lagi dalam semuanya itu. "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub.
Ringkasan khotbah ini telah diperiksa oleh pengkhotbah (MS)
Gereja Reformed Injili Indonesia Kelapa Gading