Di dalam Alkitab, ada 12 Kitab Nabi kecil dari Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi dan semuanya itu. Kayaknya dari 12 Nabi kecil itu yang paling terkenal adalah Yunus. Mulai dari Sekolah Minggu pun, kalau kita tanya: kamu tahu prophet Nabi Nahum?. Anak-anak langsung ha?. Melongo gitu ya. Hagai? Maleakhi? Nggak ada yang tahu. Jangankan anak sekolah Minggu, saya percaya banyak dari jemaat juga mungkin nggak pernah itu, baca kitab-kitab itu. Tapi kalau Yunus, wah menarik sekali langsung big fish, whale, ikan paus menelan. Dari anak kecil itu sudah favorit. Lalu kita beli Alkitab untuk anak-anak, semua nabi hampir tidak ada yang diceritakan kecuali Yunus. Jadi memang Yunus ini mempunyai satu cerita yang sangat menarik.
Tetapi pertanyaannya bagi kita semua ya, yang menarik dari Yunus itu apa? Bukan hanya narasinya, banyak dramanya. Tapi kita bisa melihat ada satu hal. Kita bisa melihat refleksi kita di dalam kitab Yunus tersebut. Yunus satu-satunya Nabi yang melarikan diri, kabur dari panggilan Tuhan. Dan kita bisa melihat refleksi kita di dalam situ. Kita mungkin tidak seperti Maleakhi, kita tidak seperti yang lain-lain gitu, Nabi yang hebat-hebat itu. Kita bisa melihat, gua sama ya kayak Yunus ya, tukang kabur dari panggilan Tuhan. Kita bisa melihat di situ dan itu sangat dekat. Kita melihat inilah saya di dalam kitab ini. Nah, pertanyaannya di dalam sehari-hari kalau kita tanya apa sih ketidaktaatan kita? Sering kali yang kita dengar, jawaban-jawaban dari ketidaktaatan orang adalah: Oo, orang itu tidak taat karena dosa, karena dia mencuri, karena dia berzinah, karena dia menggelapkan pajak, dan yang lain-lain begitu ya. Dosa-dosa yang kita tahu itu dosanya saya, tidak taat, waktu dosa itu adalah ketidaktaataan, ya tahu gitu. Dalam hal moral. Kalau yang kedua dalam hal spiritual. “Kamu tidak taat kenapa?” Ya Pak Pastor, saya mau mengaku dosa. Saya ini sering tidak taat. Kenapa kamu tidak taat? Seharusnya tiap pagi saya baca Alkitab tapi saya selalu tidur lagi, nggak pernah baca Alkitab setiap hari. Jadi dalam hal spiritual. Jadi ketidaktaatan yang biasa kita mengerti waktu kita tidak taat adalah dalam hal moral –kita melanggar moral– dan juga spiritualitas. Tetapi di dalam Yunus ini, Yunus tidak taat bukan karena dia berzinah, bukan karena dia melakukan dosa moral, bukan juga karena dia tidak spiritual, bukan. Dia tidak taat di dalam hal panggilan.
Mungkin banyak dari kita yang tidak berdosa di dalam hal moral, di dalam hal spiritualitas tetapi kita tidak menjalani panggilan kita. Panggilan itu bukan hanya waktu saya cari kerja, apa panggilan saya? Apa saya seorang Engineer atau saya seorang psikolog ya, mana ya? Itu yang seringkali kita gumulkan. Tetapi tidak, setiap hari kita menggumulkan panggilan kita. Seorang istri harus menggumuli panggilan dia sebagai seorang istri. Seorang suami menggumuli panggilan sebagai seorang suami. Seorang orang tua, apakah dia menjalani panggilan sebagai orang tua, dia sudah menjadi orang tua yang sesuai dengan panggilan Tuhan atau tidak?. Seorang Bos apakah dia melakukan panggilannya sebagai tuan seperti yang dituntut oleh Alkitab?. Seorang pegawai apakah dia bekerja sesuai dengan panggilannya yang dituntut oleh Alkitab?.
Jadi kita melihat di sini, waktu Yunus lari, Yunus berdosa, itu di dalam hal panggilan. Apa yang Tuhan mau, dia tidak lakukan. Dan keunikan satunya lagi di dalam kitab Yunus ini dibandingkan kitab-kitab Nabi-Nabi yang lain yaitu berita Yunus hanya satu ayat yaitu yang di Pasal 3:4, ”40 hari lagi maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.” Hanya itu ucapan Yunus, satu ayat saja. Sedangkan kalau kita lihat Yehezkiel, semua kitab isinya itu adalah Prophetic Message, tentang berita-berita dari Tuhan kepada umatNya, berita dari umatNya. Sedangkan kalau di kitab Yunus, yang menjadi keunikan adalah beritanya bukan apa yang keluar dari mulut Yunus tapi hidup Yunus itu sendiri. Kita sering mendengar the medium is the message. The Prophet is the message,di dalam hal Yunus. Jadi yang kita pelajari di dalam hal Yunus itu bukan yang menjadi pesan Allah yang disampaikan oleh Yunus tetapi adalah hidupnya Yunus atau lebih tepatnya pelarian Yunus. Jadi ada 3 hal yang kita ingin kita renungkan, banyak sekali yang bisa digali di dalam ini, tapi saya ingin mengerucutkan di dalam hal tentang panggilan hidup, di dalam panggilan kita sebagai orang Kristen.
Yang pertama adalah: kenapa kita lari dari panggilan Tuhan?. Yang kedua: kalau kita lari, apa sih upah yang harusnya kita dapat?. Dan yang ketiga: harusnya bagaimana kita belajar taat terhadap panggilan Tuhan. Kenapa kita lari? Upahnya apa? Dan harusnya bagaimana kita belajar taat.
Yang pertama adalah: kenapa sih Yunus itu lari dari panggilan Tuhan?. Seringkali ya kalau kita melihat dari sejarah, itu Bangsa Assyria adalah salah satu bangsa paling kejam di dalam sejarah dunia. Waktu Yunus disuruh pergi kepada Niniwe kota yang besar itu, ibu kota dari Kerajaan Assyria. Assyria itu satu bangsa yang terkenal kejamnya luar biasa. Jadi kalau bangsa Niniwe ingin menaklukkan satu kota, menaklukkan kota-kota berikutnya. Dia akan mulai dari teror. Jadi dia sudah mulai menaklukkan satu kota, yang dia lakukan adalah dia akan penggal semua kepala prajuritnya lalu dijadikan tumpukan piramida kepala manusia. Dan kalau lagi hobi gitu Rajanya, dia akan cari pohon yang besar dan dia hias seperti pohon natal. Pohon natal kan ada bola-bola hiasannya itu ya, nah dia hiasnya dengan kepala manusia. Jadi pohon besar dihias dengan kepala-kepala manusia. Apakah cuma prajurit? Nggak. Orang-orang dewasa bahkan anak-anak kecil dikumpulkan semua, dibakar rame-rame. Dan Assyria punya hobi yang sangat menarik, kalau dia menangkap tawanan, semua yang nongol-nongol dari tubuh, itu dicincang, itu dipotong. Tangan keluar potong. Pokoknya semua yang nongol dari tubuh itu dipotong satu persatu. Kuping nongol potong, potong. Hidungnya. Mengerikan. Tapi ada satu yang paling-paling mengerikan adalah orang itu diikat sampai stretch banget, lalu dikuliti satu persatu dan kulitnya dijadikan wallpaper. Perusahaan Wallpaper. Bangsa yang kayak gini, dan mereka mencatat semuanya ini, kita tahu darimana ini?. Karena ditemukan dalam arkeologi ada tulisan-tulisan Raja yang menyombongkan keganasan mereka, menyombongkan kebengisan mereka, begitu. “Aku Raja ini…, aku setiap kali menaklukkan kota ini, yang kulakukan adalah ini… ini…ini…,” yang seperti tadi saya sudah bilang gitu. Jadi kota-kota waktu lihat kota-kota sebelumnya sudah ditaklukkan seperti itu, mereka sudah terkencing-kencing ketakutan sama Assyria. Dan di sini memang Bangsa Israel belum ditaklukkan tapi kekejaman bangsa Assyria sudah terkenal di mana-mana. Dan Yunus tentunya sudah baca Kompas, sudah baca Twitter juga dan sudah melihat gambar-gambar yang mengerikan tadi. Dan siapa yang mau?
Coba sekarang saya tanya ya. Ini kita bersyukur, minggu depan kita ada KKR Regional. Lalu dari Pemuda Pusat sekitar 8, dari Pemuda Kelapa Gading ada sekitar 4-5 orang, kita akan pergi ke Sumatera Utara, Dairi untuk KKR Regional. Wah semangat gitu, siapa yang ingin pergi ke Dairi?. Nggak banyak tetapi ada beberapa yang mau, begitu. Tapi kalau kita sekarang tanya, minggu depannya ada lagi KKR Regional. Siapa yang ingin mendaftar, harap mendaftar sekarang. KKR Regionalnya ke Syria. Kita akan menginjili pejuang-pejuang ISIS, kemarin mereka itu bikin video-video yang menggorok leher pendeta, leher orang-orang, dibakar semuanya. Betapa bengisnya mereka, mereka perlu Injil Saudara-Saudara, mari kita pergi ke Syria menginjili mereka. Ada yang mau? Angkat tangan, Bapak-Ibu? Nggak ada gitu. Siapa yang mau pergi menginjili mereka. Kita akan bilang, lebih baik kirim bom nuklir saja habisin mereka semua. Sama. Nggak ada yang mau pergi ke situ. Karena waktu mendengar kata Assyria, itu sudah bikin bulu kuduk berdiri semuanya. Dan di sini kita bisa melihat, bisa mengerti kegalauan hati dari Yunus yang harus pergi mengabarkan Injil ke orang-orang bengis seperti ini.
Dan kita melihat di sini, mungkin kita kalau mendengar panggilan Tuhan seperti ini, kita juga akan bilang saya sih nggak bisa, Tuhan, saya sih takut, saya sih nggak ada iman. Atau mungkin itu dari sisi kita. Kita akan lihat dari sisi mereka. Mereka bangsa kayak barbar gitu mana mungkin sih mereka percaya Injil, mana mungkin mereka akan bertobat, begitu. Kita juga punya kegentaran semacam itu kan. Kurang iman di dalam misalnya kita mau menginjili nenek-nenek kita. Kalau di keluarga besar saya sama Novi, kan dia di Tanjung Balai tapi ini Tanjung Balai yang Kepulauan bukan yang di Asahan yang di Sumatera Utara yang lagi ribut ini. Di situ kan satu pulau semuanya percaya Kong Hu Cu gitu. Dan bersyukur istri saya bisa jadi Kristen karena sudah keluar dulu ke Jakarta. Di situ dia datang ke gereja Reformed dan bertobat. Dan saya selalu bilang, bersyukur loe, karena loe mau dikawinkan sama Hamba Tuhan makanya loe bertobat. Kalau nggak hampir nggak ada di semuanya itu, di seluruh keluarga nggak ada yang Kristen gitu. Sangat sulit untuk bisa melihat mertua saya, terus Saudara-saudara itu bisa jadi Kristen itu kayaknya almost imposibble gitu. Sambil berdoa, sambil ”Tuhan, Engkau Maha Kuasa, Engkau bisa menggerakkan” sambil “Gimana caranya ya?” Nggak bisa gitu, ngomong saja juga beda channel gitu. Saya channel Indonesia mereka channel yang lain. Jadi kalau mau mengabar Injili seperti bebek lagi ngomong ke ayam. Akhirnya nggak nyambung gitu, berita Injilnya itu juga nggak nyambung. Sambil berpikir gimana ya. Kita mungkin juga punya semacam kurang iman, lemah iman seperti dia gitu. Tetapi waktu kita lihat Yunus bukan itu kesulitan Yunus karena yang menjadi kesulitan Yunus itu bukan karena Yunus takut –atau ya mungkin sih kita nggak benar-benar tahu– tetapi setidaknya Alkitab menyatakan apa yang menjadi jawaban dari Yunus.
Jadi kita buka dari Yunus 4 : 2, Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Yunus tahu Tuhan itu Maha Kuasa. Dia nggak punya sedikit keraguan bahwa bangsa Assyria yang kejam itu mana mungkin sih bertobat. Nggak, bukan itu. Justru dia tahu kuasa Tuhan itu begitu besar. Yunus itu begitu beriman, begitu mengenal Tuhan itu pengasih, penyayang. Kalau dia sampaikan, mereka akan bertobat. Dan itu yang ditakutkan Yunus. Yunus mungkin lebih takut mereka bertobat dibandingkan Yunus dibunuh. Karena Yunus berulang-ulang nanti di ayat yang ke 4, minta mati kok.”Lebih baik saya mati.” Jadi Yunus bukan takut mati. Yunus takut bangsa Assyria yang kejam itu bertobat, mengenal Tuhan. Mereka nggak layak untuk mendapat belas kasihan Tuhan. Nggak layak dapat pengampunan Tuhan. Kalau kita kan bilang, “Woi, ini Nabi kok begini ya, kurang cinta kasih ya, Nabi apa nih?.” Harus saling mengampuni. Kamu nggak tahu ya berita Alkitab itu harus saling mengampuni.
Saya waktu nonton Film Seven, saya baru tahu betapa sulitnya mengampuni. Kalau kita disenggol mobilnya waktu keluar, kesenggol lecet-lecet. Ya mengampuni bisa lah, gampang itu. Mengampuni yang paling susah itu adalah mengampuni yang benar-benar dalam seperti kekejaman yang dilakukan oleh Assyria. Mungkin bagi Bapak-Ibu yang pernah nonton Film Seven, itu film agak lama, yang diaktori oleh Morgan Freeman sama Brad Pitt. Brad Pitt masih muda, masih agak culun-culun, masih awal-awal karir dia. Di Seven itu diceritakan ini ada seorang pembunuh psikopat yang serial killer/ pembunuh berantai yang memakai metode Seven Deadly Sins. Jadi dia memilih korbannya itu dibunuh satu persatu secara kejam dengan Seven Deadly Sins. Korban yang pertama adalah gluttony/ kebanyakan makan. Jadi korban pertama dicekoki makan kayak babi sampai gemuk sekali, habis itu ditusuk sampai mati. Terus ditulis Gluttony. Korban kedua: misalnya lust gitu ya. Ini agak-agak mengerikan. Supaya jemaat tetap bisa makan siang, saya akan lewati ya yang mengerikan-mengerikan itu. Pokoknya setiap korbannya itu dimatikan dengan sangat mengerikan. Jadi orang yang ketemu mayat-mayatnya itu sampai,”Kok bisa ya, ada orang yang begitu inhuman, ini monster, ini bukan manusia yang melakukan semua itu.” Dan pattern-nya sudah jelas. Ini gluttony, terus ini lust, terus ini juga greed/ keserakahan dan yang lain-lain. Lalu sudah 5 korban, tinggal sisa 2 korban.
Dan Morgan Freeman itu polisi seniornya, Brad Pitt polisi juniornya. Mereka terus memburu, supaya jangan sampai korban berikutnya sudah mati dulu. Akhirnya mulai ketemu, mulai dapat secercah clue gitu. Lalu setelah korban ke 5, pembunuhnya menyerahkan diri ke kantor polisi, pas di depannya mereka. Mereka langsung bilang “kurang ajar loe, gua cari-cari akhirnya ketemu.” Terus dia bilang, “Gua akan antar loe ke 2 korban berikutnya.” Nggak mau.”Kalau loe nggak mau ya sudah, gua nanti bisa bebas karena gua ini disangkanya orang gila dll.” Ok, akhirnya mereka setuju, mereka pergi membawa si psikopat ini pergi ke suatu daerah. Nggak boleh dikawal. Mereka pergi bertiga. Terus di tengah-tengah satu lokasi mereka turun dan ada satu truk yang besar sedang datang lalu si Brad Pitt bilang “Ok, gua jaga orang gila ini, Morgan Freeman loe intercept/ hadang truk itu, itu ada apa itu.” Waktu dihadang truknya lalu driver-nya turun. Lalu dia cuma bilang, “saya hanya disuruh antarkan satu paket ini. Sudah gitu doang.” Waktu dibuka oleh Morgan Freeman, boksnya itu isinya adalah kepala istrinya Brad Pitt. Dan si pembunuhnya waktu ngomong-ngomong sama Brad Pitt, “Saya akan antar kamu kepada 2 mayat berikutnya.” Dan sisa 2 dosa berikutnya, kan. Yang pertama adalah envy/ iri hati. Yang kedua adalah anger/ rough/ kemarahan. Dia bilang, “You know, sayalah yang iri. Karena saya iri kepada kamu, Brad Pitt. Kamu punya istri yang cantik, kamu punya keluarga, karir yang bagus, semua. Saya iri terhadap kamu. And you know what? I just killed your wife. And the head of your wife is in the box.” Wah, Brad Pitt sudah mulai ini terus tanya ke Morgan Freeman, “what’s in the box?.” Dia sudah pegang pistolnya. Terus Morgan Freeman mencoba menenangkan, “calm down…calm down… calm down… turunkan pistolmu.” Terus waktu Morgan Freeman makin lama makin mendekat, “jangan terpancing oleh dia karena kalau loe bunuh dia, dia betulan dapat apa yang dia mau.” Dia korban mayat ke 6, ini mayat yang ke 7, begitu kan. Dan si pembunuhnya itu kasih satu last sentence yang bener-bener bikin kita itu pasti tarik pelatuknya. Dia bilang, “do you know your wife is pregnant?.” Saat itu Brad Pitt sambil pegang pistolnya –saya sambil nonton, sambil mikir ya, kalau itu saya ya, saya apain ya itu pembunuh ya–, dan yang dilakukan Brad Pitt adalah dia nggak bisa nggak menahan rough-nya dia, kemarahannya dia; istrinya dipenggal terus dia baru tahu istrinya sedang pregnant anak pertama dia dan dibunuh oleh pembunuh ini dan yang dia lakukan adalah bang..bang…bang… sampai pelurunya habis. Saya lagi pikir, apa ya yang saya lakukan ya?. Mungkin saya akan lakukan potong tangan kanannya dulu, tangan kirinya dulu, lalu saya stretch, saya kuliti satu persatu seperti Assyria. Saya nggak rela itu cuma langsung bang..bang…bang… gitu. Mungkin saya langsung jadi orang Assyria gitu. Dan kamu bilang, terus nanti ada Pendeta Billy bilang di sebelah “Brad Pitt, forgive him, maafkan dia.” Come on, siapa yang bisa mengampuni. Baru kita tahu, pengampunan itu adalah hal yang paling sulit dilakukan di dalam dunia ini. Dan itu yang diajarkan Alkitab juga.
Waktu Tuhan menciptakan alam semesta, dia menciptakan hanya dalam enam hari. Tetapi waktu manusia berdosa, waktu Tuhan perlu mengampuni manusia, Dia perlu thousand of years untuk mengirimkan Juru Selamat memberikan pengampunan kepada manusia. Lebih gampang untuk menciptakan seluruh alam semesta ini dibandingkan mengampuni. The problem of forgiveness adalah salah satu problem yang paling besar di dalam dunia ini. Jadi waktu kita melihat hal ini kita bisa mengerti loh, apa yang dialami oleh Yunus gitu. Gua nggak mau Tuhan, disuruh ke Assyria. beritakan Firman dan mereka bertobat. Lebih baik gua kabur. Kalau bahasa Inggrisnya, ”Over my dead body, Lord.” Langkahi dulu mayat gua supaya mau memberitakan Injil kepada mereka. Dan kita lihat di sini yang terjadi Yunus kabur dan Yunus juga akhirnya pergi membangkang dari perintah Tuhan, dan dia pergi ke Tarsis di sini. Kita lihat dari sini ya. Kita sih tahu, yang harusnya dihukum mati itu orang Assyria di sini. Tapi apakah kita waktu membaca Yunus, kita berpikir Yunus juga harusnya dihukum mati. Mungkin nggak. Kita sudah merelativisasi bahwa Yunus dibandingkan dosanya Assyria, wah itu dari 0,1 s/d 1 triliun. Beda banget. Yunus orang baik banget, dia cuma sekedar kabur, sangat manusiawi. Yes, kalau kita memakai perbandingan kuantitas, betul. Yang dilakukan Yunus itu tidak ada apa-apanya gitu. Tetapi kalau kita melihat dosa terutama dihitung bukan dari kuantitasnya, dosa itu dihitung, kesalahan itu ditujukan kepada siapa. Kalau kamu membangkang perintahnya orang tua, yah paling dikepret. Kamu membangkang perintahnya Bos, yah paling di-reshuffle. Itu kan yang terjadi pada Jonan, gitu kan. Saya membaca kisah-kisah komentari di koran-koran. Kenapa sih Jonan di-reshuffle? Dia bilang –yang penulis kolom ini–, “untuk jadi pembantu Presiden, paling penting itu dua hal. Yang pertama kompetensi, yang kedua loyalitas. Jonan punya kompetensi, hebat banget dia, tapi loyalitas?. Waktu peresmian kereta cepat, Presiden hadir di situ, dia berani nggak hadir di situ. Dia berani melawan keinginannya Presiden untuk proyek kereta cepat dll. Oleh karena itu nggak cukup cuma punya kompetensi. You have to have loyalty juga to your Boss. Melawan orangtua, dikepret, melawan perintah Bos di-reshuffle, dipecat dll, melawan perintah Raja, –kalau kaisar-kaisar Cina ya– yang kalau menghadap Raja “wan sui…, wan sui…”, terus nyembah gitu, terus dapat perintah dari Raja –titah gitu–. Terus langsung dia pergi ke daerah yang disuruh oleh Raja gitu, dia akan buka scroll-nya gitu. Dia akan bilang “sheng zi dao…”. Terus semua langsung, “ini titah Raja, semua harus berdiri.” Dia mau Jenderal, dia mau Bupati, dia mau Gubernur, yang bawah ini jongos gitu. Tetapi waktu jongos pegang titah ini, dia jadi Kaisar, dia mewakili Kaisar. Gubernur, Jenderal semua harus berlutut di hadapan jongos ini. Kita tahu ya, yang melanggar perintah jongos ini kalau suruh pergi perang ke sono, jenderal nggak mau, jenderalnya mati. Jadi kalau si jongos –kurir JNE– ini disuruh pergi ke satu daerah, lalu dia pergi, suruh ke Tegal dia pergi ke Sumatera, yah Jenderal saja mati apalagi jongos ya, kurir ya pasti mati juga. Berani pergi ke lokasi yang tidak disuruh Raja, Raja suruh pergi ke A dia pergi ke B, mati itu. Jadi kita harus tahu di sini waktu Yunus kabur dari panggilan Tuhan, disuruh ke Niniwe, dia pergi ke Tarsis. Dan dikatakan berulang-ulang ya kata Tarsis di ayat ke 3: …Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan. Pergi ke Tarsis. …pergi ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan.” Ke Niniwe itu ke sono, ke Tarsis itu betulan berlawanan arah. Seakan-akan Yunus lagi bilang, “Gua nantangin Lu, Lusuruh gua ke Utara, gua ke Selatan; suruh ke Barat, gua ke Timur. Sampai totally opposite direction. Dan yang dilakukan oleh Yunus ini adalah kita melihat jauh dari hadapan Tuhan. Memangnya Yunus nggak baca kitab Mazmur yang Daud tulis, “Kemanakah aku dapat pergi menjauh dari RohMu Tuhan, ke langitkah, Engkau ada di situ, ke kedalaman bawah laut, Engkau ada di situ.” Jauh dari hadapan Tuhan itu di mana?. Pergi ke Tarsis itu jauh dari hadapan Tuhan, itu kan nggak masuk akal. Nabi masa nggak tahu sih, nggak ada yang namanya jauh dari hadapan Tuhan. Ya, kita bisa bilang, “culun banget loe, Yunus. Mana ada tempat yang jauh dari hadapan Tuhan.” Tetapi practical-nya adalah bagi kita Bapak/Ibu/Saudara/i sekalian, waktu kita lari dari hadapan Tuhan, waktu kita berdosa, waktu kita tahu kita betul-betul kita sedang lemah iman, hal yang pertama dilakukan adalah kita menjauh dari hadapan Tuhan. Nah itu yang terjadi.
Kalau kamu sedang jatuh dalam dosa dan kamu merasa nggak layak, hal yang pertama apa? Nggak datang PA, nggak datang gereja. Kalau teman-teman Persekutuan, teman-teman PA Wanita nanyain, “Kemana?” Langsung diblok. Atau nggak, seenggaknya WAnya dibaca tapi nggak dibalas. Itu paling mengesalkan gitu ya, cuma di-read tapi no reply. Itu yang dilakukan. Menjauh dari hadapan Tuhan itu adalah menjauh dari persekutuan-persekutuan, menjauh dari kebaktian minggu dll. Kita juga menjalani apa yang Yunus lakukan. Kita menjauh dari persekutuan hadapan Tuhan. Dan kita melihat masa sih nggak bisa terima, gitu aja juga Yunus harus mati. Kita akan salah mengerti natur kejahatan. Kita sering berpikir gitu ya. Orang yang jahat yang harusnya dihukum mati ke neraka ya bukan Yunus-lah mustinya. Mustinya itu orang-orang Assyria itu. Kita salah mengerti natur kejahatan itu adalah mustinya orang selama hidup, mereka itu hidup baik-baik, eh masuk neraka. Mereka nggak pengen masuk neraka. Tapi nggak, Alkitab selalu bilang ya, orang berdosa tidak pernah terpaksa ke neraka, mereka lari ke neraka. Bukannya mereka terpaksa banget ke neraka. “Gua sih nggak pengen.” Nggak. Alkitab berkata, nggak ada orang yang mempertanyakaan keadilan Tuhan di Neraka. Nggak ada orang yang melawan Tuhan bilang, “Tuhan, Engkau tidak adil, saya harusnya di Sorga bukan di neraka.” Nggak ada. Di Alkitab nggak ada pernah catatan semua itu. Yang ada adalah di kitab Wahyu adalah semua orang baik yang di Sorga ataupun yang di Neraka akan berkata, “Engkau adil Tuhan, putusanMu adalah adil”. Dan orang yang berdosa apakah mau disuruh pindah? Nggak mau. Orang kaya waktu melihat Lazarus di pangkuan itu. Yang dia minta apa? Dia minta, Tuhan tolong dong saya kepanasan, tukar tempat yuk sama Lazarus, Lazarus ke sini, saya ke sono. Nggak, dia akan bilang, “Tuhan kirim Lazarus melayani saya, kirimkan air.” Mental cukong masih tetap. Di neraka masih mental cukong. Dia nggak pengen pindah ke Surga. Ada satu Puritan yang berkata –berdasarkan kutipan ini ya–, sinners choose to rule in Hell rather than serve in Heaven. Orang berdosa lebih memilih berkuasa di Neraka dibanding melayani Tuhan di Sorga. Jadi jangan pikir orang yang di neraka itu kasihan banget ya, dia tidak ada kesempatan mendengar Injil, kasihan banget ya. Coba seandainya dia mendengar KKRnya Pak Tong, dia bertobat. No. Orang yang di neraka itu dengan kebebasannya sendiri, dia pergi ke situ. Kita baca dari Wahyu 6:16 dikatakan demikian, Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: "Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu." Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami bukannya “Tuhan kami sekarang mau bertobat, di hadapan Kau, kami mau berlutut, tolong ampuni.” Nggak. Orang berdosa di akhir zaman bukan minta pengampunan dari Tuhan. Orang berdosa itu minta gunung tutupi dia supaya dia tersembunyi dari hadapan Tuhan. Konsisten dari dosa pertama Adam dan Hawa adalah bersembunyi dari hadapan Tuhan sampai dosa terakhir adalah bersembunyi dari hadapan Tuhan.
Waktu Yunus kabur ke Tarsis jauh dari hadapan Tuhan, lancar jaya. Dikatakan di Yunus, dia pergi ke Tarsis dan dia mendapati kapal. Dia membiayainya lalu naik kapal itu. Ini banyak penafsir Alkitab yang mencatat ya, biasanya kapal itu zaman itu tidak seperti sekarang kita bisa klik gojek, go-ship, order dulu kapan datangnya–, zaman itu kapal itu nggak ada jadwalnya gitu loh. Itu kan tergantung nanti mereka kena cuaca badai atau nggak, terhalang atau nggak. Jadi orang kalau mau naik kapal, mereka musti nunggu di dermaga. Mungkin mereka bisa tunggu 1 bulan, bisa tunggu 2 minggu, nggak menentu gitu. Mereka musti siap-siap saja kalau kapal datang ya mereka masuk gitu. Dan enak sekali, waktu Yunus ke dermaga, kapalnya langsung ada, nggak usah nunggu. Langsung. Wah kehendak Tuhan ini, lancar.
Jadi jangan pikir ketika kita lari dari panggilan Tuhan dan lancar semua. “Saya nggak pengen pekerjaan ini, Tuhan.” Terus dapat pekerjaan yang lain. Lancar semua interviewnya. Panggilan Tuhan, ini. Belum tentu. Waktu kita melawan Tuhan dan semuanya lancar itu mungkin bukan berkat Tuhan, itu mungkin pembiaran Tuhan. Dan itu yang paling menakutkan. Dan bukan hanya itu. Seringkali ya orang suka konsultasi, kan, “Ko, tahu darimana sih ini panggilan Tuhan?” Gini…gini… prinsipnya nanti kalau sudah dapat jodoh, dapat kerjaan, terus dapat proyek ini. Kamu tahu darimana itu panggilan Tuhan, itu yang memang Tuhan inginkan? Tahu darimana itu kehendak Tuhan? Lancar banget kok, nggak pernah selancar ini, pasti ini kehendak Tuhan kan. Terus yang kedua waktu saya ambil tindakan ini –keputusan ini– rasanya damai kok. Yakin, damai itu pasti dari Tuhan?. Coba kita lihat ya, “Ketika awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya….” Mereka semua ketakutan. Apa yang dilakukan Yunus? Yunus tidur dengan damai. Ya semua kapal itu tidak ada yang sedamai Yunus. Semuanya itu ketakutan, membuang barang-barang mereka tapi Yunus tidur dengan damai. Jadi mungkinkah orang yang sedang lari dari panggilan Tuhan tetapi hatinya damai, tetapi semuanya lancar dari panggilan Tuhan?. Alkitab berkata ada. Dan mungkin sekali bagi kita. Jadi jangan berpikir kalau semua lancar, semua damai, itu pasti dari Tuhan. Belum tentu.
Dan di sini dikatakan, badai besar mendera mereka. Lalu kata besar ini muncul berkali-kali di Alkitab. Kalau bahasa Ibraninya kata besar itu “gadol”. Gadol…, gadol…, gadol… sampai 14x. Banyak sekali muncul di dalam Kitab Yunus. Yaitu ada badai besar, nanti Yunus dimakan ikan besar, lalu Yunus pergi mengabarkan ke Niniwe kota yang besar itu, semuanya besar-besar. Hanya ingin bilang satu hal. Ada satu yang lebih besar. Tuhan yang suruh badai besar itu, Tuhan yang suruh ikan besar itu. Tuhan yang suruh selamatkan kota besar itu. Semua besar Yunus? Iya. Tapi ada satu yang lebih besar. Tuhan yang lebih besar. Kalau badai taat kepada Tuhan. Ikan besar taat kepada Tuhan bahkan Niniwe yang kita dengan akal sehat akan pikir nggak mungkin deh ini teroris-teroris ini bakal bertobat oleh Injil, begitu. Mereka taat kepada Tuhan. Di seluruh Kitab Yunus cuma satu hal yang dikatakan tidak taat, ulat pohon saja taat. Satu hal, Nabi Allah sendiri tidak taat pada Tuhan. Tetapi Tuhan itu besar. Tuhan itu bisa bekerja lewat ketidaktaatan orang tersebut juga.
Jadi yang pertama itu Yunus kabur. Yang kedua apa sih upahnya dari Yunus? Mustinya Yunus mati. He deserved Hell, he deserved death sama seperti orang Assyria. Tetapi yang diterima oleh Yunus apa? Yang diterima oleh Yunus bukannya justice. Justice itu adalah he deserved, dia mendapatkan apa yang dia deserved. Kalau mercy/ pengampunan dari orang-orang Assyria itu, dia tidak mendapatkan apa yang dia layak. Mustinya orang Assyria layak dihukum, tapi dia tidak mendapatkannya malah diampuni. Itu mercy. Kalau grace/anugerah, dia mendapatkan apa yang tidak layak diterima. Lebih lagi, lebih lagi dari mercy. Itu apa yang diterima oleh Yunus? Yunus dipakai Tuhan. Loh, waktu kabur tapi dipakai Tuhan. Ya, Alkitab mencatat itu. Rencana Tuhan, Tuhan lebih besar bukan hanya dari ikan besar, badai besar. Tuhan lebih besar dari disobedience kita, dari ketidaktaatan sendiri, anugerah Tuhan itu lebih besar daripada human disobedience.
Coba lihat ya, anugerah Tuhan besar sekali pada Yunus apa? Tuhan tetap pakai Yunus, loh. Di ayat ke 2 dicatat, orang-orang di kapal itu akhirnya bertobat, berdoa kepada Tuhan mempersembahkan korban kepada Tuhan. KKR terjadi, satu awak kapal bertobat karena Yunus loh. Yunus nggak usah kotbah pun, mereka bertobat, satu kapal. Itu satu, anugerah Tuhan. Tuhan bisa pakai lewat ketidaktaatan Yunus. Yang kedua, Yunus tinggal di dalam perut ikan 3 hari 3 malam. Kalau Bapak/Ibu catat buka Alkitab, itu ada footnote Matius 12:40, apa itu? Waktu Tuhan berkata kepada orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat yang berkata, “coba berikan tanda kepada kami supaya kami percaya.” Lalu Tuhan Yesus bilang,”Saya hanya akan berikan satu tanda, tanda nabi Yunus. Seperti Yunus yang berada di dalam perut ikan besar selama tiga hari dan tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan berada selama tiga hari dan tiga malam dalam perut bumi.”
Loh,Tuhan Yesus pake metafora ini meminjam si Yunus ya. Mungkin kalau Yunus kurang ajar gitu dia berkata, “coba kalau gua taat, Lu mana ada metafora ini, Tuhan Yesus.” Nggak ada kan? Bersyukur, gua berjasa loh. Bukan ya. Di dalam ketidaktaatannya Yunus, Tuhan bisa memakai untuk mempertobatkan orang sekapal, bisa juga memakai contoh itu bagi pelayanan Tuhan Yesus nanti.
Jadi kita melihat anugerah terbesar itu bukan badai ditenangkan. Anugerah terbesar adalah terjadi di Pasal ke 2 dan Pasal ke 3. Yaitu seringkali kita ributin waktu baca Yunus ya, gimana sih Yunus di perut ikan 3 hari tapi nggak dikunyah-kunyah? Nggak diproses jadi makanan ikan di dalam. Gimana caranya di perut ikan besar, tetapi tidak dikunyah? Ikannya kasihan juga ya, mangap tapi nggak boleh telen gitu, nggak boleh gigit. Gimana tuh cara? Seringkali itu yang diributkan oleh penafsir-penafsir tentang saintis. Buku ini bukan buku sains gitu. Yang ingin disampaikan oleh penulis dari Alkitab adalah yang lebih amazing dari miracle, si mukjizat Yunus tidak dikunyah ikan; yang lebih besar mukjizatnya adalah Yunus bertobat di dalam perut ikan. Itu mukjizat yang lebih besar. Dan nanti di Pasal 3, seluruh kota Niniwe bertobat di hadapan Tuhan. Itu mukjizat yang terbesar di dalam Kitab Yunus. Bukan yang lain-lain, bukan ikan besar bisa makan. Kok tahu ikan besarnya bisa makan Yunus. Kirim GPS gitu? Kalau ikan besarnya datang terlalu telat, Yunusnya sudah tenggelam gitu. Kalau kepagian, Yunusnya mana nggak dilempar-lempar? Kok ikan besarnya tahu ya musti telen Yunus. Bukan itu sih mukjizatnya. itu pelajaran anak SD ya. Mukjizat terbesar adalah pertobatan Yunus dan pertobatan orang-orang Niniwe.
Jadi kita tahu poin ke 3 yang kita bahas adalah: kalau begitu gimana kita belajar taat?. Bagaimana kita belajar taat kepada Tuhan? Karena Tuhan itu berdaulat besar. Dan kedaulatan Tuhan itu seringkali kita melihat kedaulatan yang dingin. Kedaulatan, yang saya terpaksa untuk mengikuti kedaulatan Tuhan. How can you learn to obey His calling? Bagaimana kamu belajar taat? Kalau kita dengar kata taat ini kita langsung ingat Suami-Istri. Suami, kasihilah istrimu. Istri, taatilah suamimu. Bagi istri-istri, bagaimana sih bisa gampang taat kepada suami?. Saya nggak tahu hidup pernikahan Bapak/Ibu.Tapi kalau dari hidup pernikahan saya, istri saya selalu bilang, “gua paling gampang taat itu when I feel loved.” Ketika saya merasa dikasihi, saya akan melakukan ketaatan dengan rela bukan dengan terpaksa. Dan memang Alkitab itu katakan, waktu suami mengasihi istri maka istri juga akan mentaati suami dengan rela. Jadi bagaimana kita mentaati Tuhan? Ketika kita feel loved by God. Ketika kita tahu bahwa ketika apapun yang Tuhan tetapkan –keadulatan Tuhan itu– itu bukan Dia pengen bikin kita susah, bukan karena dia sengaja jorok-joroki kita ke kerjaan yang susah, bukan jorok-joroki kita ke keadaan rumah tangga yang berabe. Bukan itu. Dia bukan playing games with us. Kalau kita tahu, Tuhan itu melakukan semua kedaulatanNya, apa yang diperintahkanNya itu adalah berdasarkan kasihNya kepada kita. Kalau kita feel loved by God kita akan gampang taat kepada dia. Kita akan lebih gampang taat walaupun beresiko tinggi. Walaupun sulit tapi kita akan lebih gampang untuk mentaatiNya.
Jadi di dunia ini ada 3 cara ya untuk supaya kita mau bergerak taat. Ada seorang misionaris di English Service, waktu itu saya datang, Robert Bern namanya, dia seorang misionaris dari OMF, dia sudah pelayanan 10 tahun di OMF di Indonesia. Dia satu hari habis main-main bola sama cucunya gitu. Terus dia bilang, “yuk kita mandi.” Waktu mandi mau dikeramasin cucunya, cucunya nggak mau gitu. Berontak-berontak nggak mau. Terus dia sudah mulai panas juga kan. Ada 2 cara gimana kalau anak lagi mandi terus berontak-berontak gitu ya. Satu cara : force. “This is the law, lu harus taat, karena gua kakek lu. Kalau nggak ada gua, nggak ada lu.” Pokoknya pake cara deh, pokoknya kekuatan. “Lu kalau nggak mau ya, habis ini sabet, habis ini yang lain.” Pake cara force, pake cara tongkat/stick.
Yang kedua adalah: “ayo Bas, Bas nanti kalau kamu keramas ya nanti ada es krim dari Haagen Dazs. Mau nggak? Yuk, keramas dulu. Habis keramas nanti dikasih Haagen Dazs.” Biasanya kan itu ya. Di company juga, gimana motivate pegawai? Dua cara yaitu kasih hukuman jelas atau kasih carrot, kasih reward, bribe gitu ya, kasih pemanis-pemanisnya gitu. Pilih mana? Lu mau dihukum atau lu mau gula? Antara stick and carrot. Si Robert Bern bilang: “Nggak, kekristenan menawarkan yang ke 3.” Dia bilang ke Bas gini, ”Bas, ingat nggak sih tadi pagi kita ngapain saja?. Kita main bicycle. Memang tadi Grandpa ngapain? O, Grandpa ajarin main sepeda. O, tadi Sebastian sudah hampir jatuh. Tapi Grandpa topang lagi, jadi Sebastian tidak jadi jatuh. Habis itu apa? Kita ke McDonald. Grandpa beliin French fries, makan. Terus apa lagi? Kita main games kan tadi. Senang nggak? Senang banget. Senang nggak sih kamu ada Grandpa? Senang banget Grandpa. Sudah ngomong-ngomong yang manis-manis gitu. Sebastian bilang, “Ok Grandpa, you can now wash my hair.” “Ok kakek, sekarang boleh deh keramasin.” Dia ngomong apa sih, si Robert Bern itu? Dia bilang adalah jalan ketiga adalah bukan tentang apa yang loe harus lakukan tapi apa yang sudah saya lakukan bagi kamu. And that is the Gospel. The Gospel bukan what you have to do but what Christ has done. Bukan tentang apa yang harus kamu lakukan supaya diselamatkan. Injil adalah apa yang Kristus sudah lakukan bagi kamu. Kalau kamu melihat apa yang sudah Kristus lakukan di kayu Salib seharusnya itu lebih membuat kita lebih gampang taat kepada Dia. Dan kita bisa berkata, Ok, God you can now wash my hair. You can now move me to another city. You can now move me to obey my husband.You can now help me to do my calling as Daddy and Mommy. Panggilan apa yang seringkali kita abaikan. Kita bukan menggumuli panggilan Tuhan waktu kita mau pindah kerja doang. Tetapi apapun yang kita sedang kerjakan sekarang, itu panggilan Tuhan. Apakah kita sedang lari dari panggilan Tuhan?. Ataukah kita justru sedang menjalani dengan ketaatan. Kita harus melihat kepada Kristus.
Dan kitab Yunus ini bukan berbicara tentang Yunus saja. Kitab Yunus ini menunjuk kepada Kristus. Lalu kita lihat ada persamaan yang begitu similar dengan kejadian di sini ya. Pernah nggak lihat nanti di Perjanjian Baru, ada satu kisah lagi, dimana Tuhan Yesus sedang naik perahu juga dengan murid-muridNya, lalu kena badai, lalu murid-murid teriak-teriak juga. Dan apa yang Yesus lakukan?. Yesus juga sedang tertidur. Dan yang dilakukan untuk menenangkan badai bedanya adalah untuk menenangkan badai, Yunus dilempar ke laut lalu semua yang di kapal selamat dan badai reda. Tapi waktu Yesus, apakah 12 murid angkat Tuhan Yesus lalu lempar Tuhan?. Nggak, kan. Itu bedanya ya. Tuhan Yesus tidak dilempar ke dalam danau itu untuk menenangkan badai itu. Nggak. Mereka cukup membangunkan Tuhan Yesus dan Tuhan Yesus berkata, “Diam.” Dan semua badai itu langsung reda. Tapi perbedaannya justru bukan di situ. Itu tetap persamaan cuma di dalam beda konteks. Waktu Yunus, bagaimana untuk orang-orang satu kapal diselamatkan? Yunus harus dikorbankan dilemparkan ke dalam badai itu. Sampai dia turun ke kedalaman gelap 3 hari 3 malam, baru orang-orang di kapal itu diselamatkan. Dia harus dikorbankan. Lalu Kristus, ya, waktu Kristus menenangkan badai di Danau Galilea itu, badai itu nggak akan bisa menelan Tuhan Yesus karena Dia pemilik alam semesta. Dia bilang, “Tenang, tenang.” Tapi ada satu badai tidak bisa ditenangkan hanya dengan ucapan. Ada satu badai yang Dia sendiri harus turun ke dalam, Dia sendiri harus berkorban untuk memenangkan badai tersebut yaitu badai penghakiman Tuhan, ketika Yesus juga turun 3 hari 3 malam untuk memenangkan kita dari kuasa dosa. Jadi kita melihat Kitab Yunus ini me-refer kepada Kristus. Waktu kita lihat Kristus berkorban bagi kita mustinya itu membuat kekuatan bagi kita untuk apa? Melakukan: keluar dari panggilan kita yang mungkin kita play it safe right now. Kita berpikir aduh, kalau saya taat kepada Tuhan yang itu, rasanya sakit, rasanya susah. Mengampuni dia seperti mengampuni pembunuh itu? Saya nggak bisa. Yes you can, if you look to the Cross. Kalau kamu melihat kepada Kristus, Tuhan yang akan memberikan kekuatan. Jangan bergantung kepada kita. Bapak/Ibu sulit di dalam hal apa? Di dalam hal pengampunan, di dalam hal menjalani panggilan, sedang bergumul dalam hal apapun. Mari kita sama-sama belajar untuk melihat kepada Kristus.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (EL)
Gereja Reformed Injili Indonesia Kelapa Gading