Setiap kita pasti pernah memiliki pengalaman yang kelihatan bodohnya dan pengalaman seperti itu adalah satu pengalaman yang tidak enak, tetapi sesungguhnya di dalam kekristenan, pengalaman tersebut justru adalah pengalaman yang sangat-sangat berharga. Karena bagi orang yang di luar kekristenan kesalahan itu berarti kesalahan, itu berarti kegagalan, itu berarti makin lama makin hancur dst., mengingatkan kepada mereka sesuatu yang mereka tidak ingin ingat bahwa mereka sebetulnya adalah creature yang berdosa. Tetapi buat kita yang namanya pengalaman mengetahui bahwa kita itu salah, sebenarnya itu satu pengalaman yang positif, kenapa? Karena di dalam kekristenan, mengetahui bahwa kita salah, itu adalah gateway menuju pertobatan, itu adalah kepercayaan kita, maka sebenarnya kita bisa benar-benar bersyukur dalam segala hal, termasuk dalam hal-hal dimana kita bodohnya itu ketahuan.
Bagian yang sudah kita baca hari ini dimulai dengan satu kalimat yang menyedihkan bahwa Samuel sudah menjadi tua dan anaknya itu ternyata tidak hidup seperti dia. Di sini kalau kita perhatikan satu hal, dikatakan anak-anak Samuel melayani di Bersyeba, mungkin Samuel sudah sadar bahwa anak-anaknya itu tidak beres, itu sebabnya anak-anaknya di tempatkan di kota yang paling ujung, kota yang paling jauh dari pusat pemerintahan. Kenapa Samuel menempatkan anaknya di sana? Karena dia tidak punya kekuatan lagi untuk mengelilingi Israel dari atas sampai ke bawah. Maka waktu kita melihat request dari para tua-tua Israel yang mengatakan bahwa mereka ingin seorang raja, kita bisa mengetahui satu hal, mungkin permintaan ini bukanlah permintaan yang tidak ada dasarnya? Dan indeed ketika melihat lebih lanjut, kita melihat bahwa memang ini adalah satu request yang reasonable, ada beberapa alasan kenapa reaseonable, Israel pada waktu itu sudah ketinggalan zaman, waktu itu mereka dikelilingi oleh berbagai negara yang sudah dipimpin oleh seorang raja dan menurut alkitab itu sesuatu yang baik. Coba kita lihat di ayat terakhir kitab Hakim-Hakim dikatakan, pada waktu itu tidak ada seorang raja diantara bangsa Israel, maka setiap orang Israel melakukan apa yang baik dimata mereka sendiri. Istilahnya, pada waktu zaman Hakim-Hakim, negara Israel adalah negara yang kacau luar biasa, coba kita bayangkan, kalau di dalam satu negara semua orang mau melakukan sesuatu seenak dirinya sendiri, maka yang terjadi adalah satu kekacauan dan itulah yang terjadi pada waktu zaman Hakim-Hakim, kenapa? Karena setiap hakim itu tidak ada yang memiliki otoritas sampai menyeluruhi 12 suku, tidak ada, waktu zaman itu seorang hakim sifatnya tribalisme, mereka itu hanya memimpin satu suku saja, otoritas mereka tidak di-recognize oleh suku-suku yang lain, tidak ada. Dan alkitab juga mengatakan bahwa Samuel adalah satu-satunya hakim yang otoritasnya itu diakui oleh semua suku.
Tapi apa yang akan terjadi apabila Samuel mati, lalu orang-orang tidak mau menerima anak-anaknya menjadi hakim? Yang terjadi adalah kembali lagi pada zaman Hakim-Hakim dan para tua-tua Israel sangat tahu sejarah Hakim-Hakim itu seperti apa. Kalau kita perhatikan kitab Hakim-Hakim, kita akan melihat bahwa kitab Hakim-Hakim itu ceritanya adalah dari situasi normal menjadi semakin hancur, karena di dalam kitab Hakim-Hakim ada satu cycle yang terus berulang 7 kali, seperti kalimat, setelah si ini mati, maka orang Israel melakukan pula apa yang jahat dimata Tuhan, selalu seperti itu berulang sampai 7 kali. Lalu kita melihat juga di dalam kitab Hakim-Hakim, setiap hakim itu ada penilaiannya, hakim ini ok atau tidak ok, lalu ada dikatakan, berapa Tahun negara itu mengalami masa-masa damai. Dan kita mengetahui Otniel itu sangat positif, dia mengalami 40 tahun masa damai, lalu Ehud, Samgar, Debora itu sangat positif juga, mengalami 80 tahun masa damai, tetapi sesudah itu, mulai masuk Gideon yang digambarkan plus minus, mengalami 40 tahun masa damai, setelah itu hakim-hakim yang kecil, semuanya dianggap negatif dan semuanya tidak punya masa damai dst. Dan kitab Hakim-Hakim ditutup dengan cerita perang saudara, dimana terjadi kriminalitas mutilasi oleh suku Benyamin, dan akhirnya satu suku dari 12 suku Israel itu hampir saja musnah, inilah kitab Hakim-Hakim.
Maka permintaan dari para tua-tua Israel ini bukan tidak bisa kita mengerti dan satu hal yang pasti bahwa permintaan ini juga adalah satu permintaan yang memang biblical, Tuhan memang menghendaki bangsa Israel untuk berkembang menjadi sistem kerajaan. Dari mana kita tahu? Janji Tuhan kepada Abraham, dalam Kejadian 17:6, dikatakan, Aku akan membuat engkau beranak cucu, engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa dan dari padamu akan berasal raja-raja, lalu Kristus, apa objektif Kristus datang ke dalam dunia? Kristus datang ke dunia untuk menggenapi Kerajaan Allah dan itu bukan kerajaan yang baru muncul pada waktu Kristus datang, bukan, dan Musa sendiri pun di dalam Ulangan 17:14 sudah memprediksi bahwa suatu hari akan ada seorang raja atas bangsa Israel.
Tetapi kenapa respon Samuel dan Tuhan begitu negatif terhadap hal ini? Dikatakan bahwa Samuel itu kesal, tetapi waktu kita masuk ke dalam penilaian Tuhan, Tuhan memberikan satu verdict yang jauh lebih jelas lagi. Allah mengatakan ini bukan hanya mau mengganti sistem kerajaan, ini bukan hanya soal menolak kamu Samuel, bukan, apa yang sedang mereka lakukan dengan meminta raja? Mereka sedang menolak Aku, mereka sedang meninggalkan Aku dan beribadah kepada allah lain, sejak dari Mesir memang sudah begitu, kenapa Tuhan berkata bahwa ini adalah penyembahan berhala? Kata kuncinya adalah dalam kalimat, “……………seperti pada segala bangsa-bangsa yang lain”, kita mengetahui satu hal, waktu Israel pertama kali didirikan oleh Tuhan, Tuhan mengatakan pada Israel, kamu adalah bangsa yang Aku kuduskan dan yang namanya kudus berarti berbeda dari bangsa-bangsa yang lain. Tetapi Israel tidak mau melihat pengudusan ini sebagai sesuatu yang berharga, bagi bangsa Israel, tampil beda itu tidak menarik, keinginan hati mereka adalah justru menjadi seperti bangsa-bangsa lain. Seperti perkataan Musa yang sudah dikatakan di atas, seharusnya boleh dong seperti bangsa lain? Oh, bukan seperti itu maksudnya, kalau kita baca kelanjutan dari tulisan Musa tersebut, kita akan menemukan bahwa Musa justru setelah itu mau memberikan aturan-aturan supaya bangsa Israel justru mengangkat raja yang tidak seperti bangsa-bangsa lain.
Raja itu harus pilihan Tuhan, bukan seperti pemilu, raja tersebut harus orang dalam, bukan orang luar, lalu fasilitasnya berbeda, raja Israel tidak boleh mengumpulkan kuda, maksudnya tidak boleh mengumpulkan alat perang, raja Israel tidak boleh mengumpulkan istri, raja Israel juga tidak boleh terlalu kaya, raja macam apa seperti ini? Dan yang kemudian adalah raja Israel harus disuruh menyalin kitab Musa, artinya adalah yang namanya raja di bawah hukum atau di atas hukum? Raja itu di atas hukum, yang mengeluarkan hukum, indeed kalau kita melihat kasus Darius, raja Media Persia, dia katakan, ini hukum Media Persia, kalau sudah diteken oleh cincin saya, tidak boleh dicabut lagi, waktu itu Darius ingin menarik kembali hukum itu, caranya dia membuat hukum yang baru. Itu yang namanya raja, raja itu di atas hukum, yang namanya raja kuasanya itu absolud, tetapi dalam sistem yang Musa tulis sangat jelas, meskipun Israel boleh punya raja, rajanya itu tidak seperti bangsa-bangsa yang lain, rajanya itu hanya perwakilan dari Allah, rajanya itu hanya memerintah sebagai perpanjangan tangan Allah.
Waktu Daud menjadi raja, dia melakukan satu hal yang menarik, dia memindahkan tabut perjanjian itu ke Yerusalem, tempat dia bertahta, kenapa? Kalau secara mata dunia kita berpikir bahwa Daud ingin mengokohkan kerajaannya, dia ingin memberikan legitimasi bahwa saya ini raja, bukan itu maksudnya. Jadi kenapa Daud memindahan tabut perjanjian? Pada waktu itu tabut perjanjian digambarkan atau dimengerti sebagai pijakan kaki Tuhan, God footstool dan waktu dia memindahkan itu ke Yerusalem, berarti dia mau mengatakan bahwa Yerusalem adalah pijakan kaki Tuhan. Dan itu berarti Daud sangat mengerti sesungguhnya bukan saya yang menjadi raja, tetapi Allah-lah yang menjadi Raja, saya hanya pijakan kakinya Tuhan. Dalam kitab Samuel perbandingannya cukup jelas, bagaimana Saul adalah raja seperti bangsa-bangsa yang lain, waktu kedudukannya dicopot oleh Samuel, apa yang dia lakukan? Seperti bangsa-bangsa yang lain, dia akan mempertahankan kekuasaannya, dia mencoba membunuh Daud dst., tetapi Daud digambarkan sebagai raja yang after God own heart, kalimat ini dikontraskan, seperti bangsa-bangsa yang lain dan seperti hatinya Tuhan.
Intinya yang saya mau katakan adalah yang jadi masalah bagi Tuhan di sini itu bukan barang, bukan raja atau hakimnya, tetapi motivasi di balik permintaan tersebut, kenapa kamu mau mengganti sistem? Dan jawabannya Tuhan mengatakan adalah karena orang Israel bukan ingin ganti sistem, tetapi mereka ingin mengganti Allah mereka, yang terjadi di sini adalah penyembahan berhala, tetapi dalam bentuk yang baru. Kalau kita melihat naratifnya bagaimana penulis kitab Samuel menghadirkan hal ini, kalau kita mundur sedikit saja ke 1 Samuel 7, itu baru ada kemenangan yang besar dari Israel menghadapi bangsa Filistin dan Samuel untuk mengingat kemenangan yang besar ini mendirikan satu monumen supaya bangsa Israel tidak lupa dengan penyertaan Tuhan. Tetapi baru saja di 1 Samuel 7 didirikan monumen, apa yang terjadi di dalam 1 Samuel 8? Penyembahan berhala, meninggalkan Tuhan dan menyembah allah yang lain, ah masa seperti itu disebut menyembah berhala? Kan mereka tidak membuat patung Baal dan Asytoret? Ok untuk mengetahui bahwa hal ini adalah pemyembahan berhala kita membaca 1 Samuel 12:8-12, dalam bagian ini Samuel sedang mengatakan kepada bangsa Israel, kamu sudah meninggalkan Tuhan dan saya akan memberitahukan kenapa bisa seperti itu, saya akan menyakinkanmu bahwa kamu telah berdosa, bagaimana caranya? Kamu perhatikan bukti dari sejarah, waktu kamu ditindas di Mesir, apa yang kamu lakukan? Kamu berseru-seru kepada Tuhan, maka Tuhan menyelamatkan kamu, lalu mucul Sisera orang raja Moab, Filistin dan yang lain, setelah itu apa yang terjadi? Kamu ditindas, lalu kamu berbuat apa? Kamu berseru-seru kepada Tuhan dan Tuhan menyelamatkan kamu.
Tuhan tidak pernah mengecewakan kamu, tetapi sekarang apa yang terjadi? Waktu Nahas raja Amon itu mendatangi kamu, kamu tidak lagi berseru-seru kepada Tuhan, kamu ganti itu dengan apa? Kamu ingin seorang raja. Khotbah yang lalu pernah saya katakan bahwa yang namanya menyembah berhala itu bukan harus ke gunung Kawi, tidak harus membuat patung, itu hanya bentuk-bentuk luar dari penyembahan berhala, permukaan dari apa yang namanya penyembahan berhala dan bentuk aslinya dari penyembahan berhala sangat sulit untuk kita tangkap, itu sebabnya manusia sangat mudah untuk menyembah berhala. Yang namanya menyembah berhala adalah mengganti Tuhan dengan sesuatu yang bukan Tuhan, apapun bentuk sesuatu itu. Tadinya Tuhan itu seharusnya adalah jalan keluar, jalan keselamatan kita, tetapi sekarang tidak lagi, sekarang jalan keluar kita bukan Tuhan, maka itu adalah penyembahan berhala. Setiap orang memiliki sesuatu, satu jalan yang dia pakai untuk mengganti Tuhan, setiap orang itu berbeda berhalanya, tetapi setiap orang itu punya berhala.
Kalau kita melihat kasus israel ini, cukup banyak orang mengalaminya, apa sih yang menjadi jalan bangsa Israel? Di sini apa yang menjadi berhala bangsa Israel yang juga sering menjadi berhala kita? Kita ingin jadi seperti bangsa-bangsa yang lain, kita ingin membaur dengan dunia, kita tidak ingin lain sendiri, kita tidak mau jadi si bebek yang buruk rupa, kita tidak mau tampil beda dihadapan dunia. Itu sebabnya kita ingin gadget, kita ingin masuk facebook, itulah sebabnya kita mengatakan, kita tidak mau ketinggalan zaman, kita tidak mau berbeda dari yang lain, kita tidak mau dianggap lain dan itulah penyakit bangsa Israel, itulah penyakit kita bahwa mereka tidak menganggap yang namanya tampil beda itu berharga. Ibu Inawaty Teddy pernah memberikan satu ilustrasi, ada seorang jemaat yang datang kepada ibu Inawaty, lalu bertanya kepadanya, bu Ina, apakah benar kalau seorang manusia seumur hidupnya jahat, lalu satu hari sebelum dia mati, saat terakhir dia menerima Tuhan, itu berarti dia akan diselamatkan, apakah itu benar? Lalu ibu Inawaty mengatakan, itu benar karena sesuai dengan alkitab, lalu jemaat yang bertanya itu mengatakan, wah enak sekali jadi orang seperti itu, bisa hidup dengan tidak usah memikirkan apa yang jadi kehendak Tuhan, tidak perlu bergumul, boleh hidup seenaknya, lalu mati masuk surga.
Itulah realita kita pada hari ini, menurut kita, hidup kristen yang kudus, hidup yang berbeda adalah hidup yang menderita, sangat terpenjara, sangat susah, sangat tidak kita inginkan. Apakah hidup yang seenaknya itu hidup dalam kebebasan? Immanuel Kant mengatakan, yang namanya kebebasan itu bukan berarti bebas sebebas-bebasnya melakukan segala sesuatu, bukan, yang namanya bebas sesungguhnya adalah bebas untuk tidak melakukan sesuatu, bebas untuk tidak narkoba, bebas untuk tidak pornografi, itu yang namanya bebas. Tetapi buat kita, kita tidak mau mendengar itu, pertanyaan yang sering keluar dari diri kita adalah kalau saya jadi orang kristen saya masih boleh tidak melakukan ini, saya masih boleh tidak melakukan itu? Siapakah kita dihadapan Tuhan? Siapakah bangsa Israel dihadapan Tuhan? Perkataan Tuhan tertulis di dalam Ulangan 4:33-34, ini adalah kalimat Tuhan kepada bangsa Israel tentang siapa diri mereka. Kalau kita melihat kata kudus dalam bahasa Ibrani yaitu khades, itu kita bisa mengerti dalam dua arti, bisa dalam arti suci dan bisa dalam arti berbeda. Seperti kalimat, “kuduslah kamu sebab Aku kudus”, kita membacanya bisa seperti ini,”berbedalah kamu, sebab AKu Tuhan Allahmu adalah Allah yang berbeda”. Itulah kita, tetapi kita tidak mau tampil beda.
Di Amerika ada riset yang menarik dari Oxford University press, bukunya berjudul, premarital sex in America, dan sampling-nya adalah laki-laki single, dibagi dua group, dari keluarga kristen yang sejak kecil mengatakan bahwa premarital sex itu salah dan keluarga sekuler, yang sejak kecil tidak pernah mengatakan bahwa premarital sex itu salah. Lalu hasilnya ternyata dari group yang kristen ini 20% saja yang perawan, sedangkan dari group yang sekuler itu hanya 25% yang perawan, beda 5% ini tidak ada artinya, intinya adalah orang yang dari keluarga kristen dan juga dari keluarga sekuler hidupnya sama saja. Dan seorang sosiolog berusaha untuk menjelaskan hal ini dengan mengatakan, hidup kedua komunitas itu bisa sama karena gereja memberitahukan kamu sesuatu mengenai premarital sex dan budayamu memberitahukan kamu sesuatu mengenai premarital sex, dan kamu percaya apa yang budaya katakan. Siapa diantara kita yang berani tampil beda di dalam generasi yang bengkok ini? Kita tidak mau, karena begitu kita muncul sebagai orang yang suci, bukankah yang datang berikutnya itu hanya hinaan dan bukan pujian? Kalau semua orang dikantor itu melakukan bisnisnya dengan curang, berusaha untuk sebisa mungkin gesek ditepi batas-batas hukum, siapa yang mau berdiri tegak sebagai orang jujur? Kalau kita berdiri tegak sebagai orang jujur, apa yang akan terjadi? Ini bukan masalah hinaan lagi, kita akan kalah, karena ini bukan masalah kompetisi dengan perusahaan yang lain, ini masalah di dalam perusahaan itu sendri ada kompetisi, iya kan? Karena yang dinilai oleh dunia itu adalah result, hasil dan kalau kita tidak mau ikut di dalam praktek bisnis yang salah itu, maka kita akan menderita kerugian, kita akan dinilai performance-nya turun, siapa yang berani menjadi orang kristen di atas dunia ini?
Salah satu tanda orang kristen di atas dunia ini adalah dianiaya, memang itu benar, karena kalau kita tidak pernah menderita kerugian karena Kristus, itu bukan hanya masalah uang, tetapi juga masalah harga diri dsb., kalau kita tidak pernah struggle dalam hal itu, berarti kita sudah kalah. Kita lupa siapa diri kita sebenarnya dihadapan Tuhan, kalau kita diranah private mengatakan, ya saya sih percaya dengan semua kebenaran alkitab, tetapi di dalam ranah publik hidup kita tidak bisa dibedakan dengan orang dunia, itu mengerikan. Saya bukan mau mengatakan sebagai orang kristen harus totally different dengan dunia, tidak mau pakai mobil, tidak mau pakai listrik dsb., bukan seperti itu, itu kultur isolatif, yang tidak mau berhubungan dengan dunia, itu bukan kekristenan. Karena Kristus tidak spend hidupnya bertapa selama 33 tahun di dalam goa, bukan, tetapi apa yang terjadi hari ini adalah orang-orang kristen hidup dalam budaya dunia dan seringkali bukan hanya tidak bisa dibedakan dengan budaya dunia, tetapi seringkali orang kristen berusaha mencoba sebisa mungkin membawa masuk budaya bangsa-bangsa lain ke dalam gereja. Seperti cara manajemen kantor yang dalam pengalaman kita, mungkin kita anggap sukses, kita coba untuk masukkan itu ke dalam gereja waktu kita menjadi pengurus atau diaken, musik dunia yang kita anggap baik, yang kita anggap menyenangkan kita coba masukkan ke dalam gereja, dst. Kenapa ini bisa terjadi? Karena kita tidak mau berbeda dengan dunia, kita tidak menganggap keberbedaan dengan dunia sebagai satu hal yang berharga, justru yang mungkin kita anggap berharga adalah ketika gereja bisa sama dengan dunia.
Samuel lalu melanjutkan bagian ini dengan mengatakan, kalau kamu mau menghidupi hidup yang seperti ini, kalau kamu mau menyembah berhala yang seperti ini, maka kamu harus tahu harga yang harus kamu bayar itu apa? Konsekuensinya apa? Dalam bagian yang sudah kita baca, kata “diambilnya” dari 7 ayat ada 6 kali disebutkan, belum kata “dipekerjakan”, “dipakai” dll., inilah karakteristik raja yang seperti bangsa-bangsa lain, inilah karakteristik sebuah berhala yaitu raja tersebut, berhala itu adalah raja yang “pengambil” dan tidak pernah “pemberi”. Dan bangsa Israel tetap beteriak dan tetap mau raja atas mereka, kita mungkin heran, kok bisa bodoh seperti itu, tetapi sekali lagi, itulah hidup kita, kenapa sih kita mau hidup bagi penerimaan orang lain, kenapa sih kita mau hidup sama seperti orang lain? Karena kita pikir, kita dapat sesuatu dari hal itu, kalau saya dapat raja, bisa memimpin saya dalam perang, saya akan sama seperti bangsa-bangsa yang lain. Tetapi Tuhan sedang mengatakan lewat kalimat ini, buka mata baik-baik, yang namanya berhala itu hanya melakukan satu hal dan hal itu bukanlah “memberi”, dia hanya akan “mengambil”.
Kita akan melihat kisah hidup Yakub dan Lea, apa yang menjadi berhala dari Yakub? Yakub itu pergi ke Laban, waktu itu dia baru saja kehilangan keluarganya, dia tidak pernah dapat kasih bapaknya dan sekarang orang yang mengasihinya yaitu ibunya harus dia tinggalkan. Lalu kakak satu-satunya membenci dia habis-habisan, ingin membunuh dia, hidupnya kosong dan dalam kekosongan tersebut Yakub bertemu dengan Rahel, dan alkitab dengan jelas dalam narasinya memberitahukan kepada kita bahwa Yakub mengatakan, kalau saya punya Rahel maka hidup saya yang menyedihkan ini ada artinya, kalau saya punya Rahel, maka semua penderitaan saya itu akan jadi berarti, karena semua penderitaanku inilah yang membuat saya bertemu dengan dia. Jadilah Yakub membayar 7 tahun kerja demi Rahel, lalu setelah 7 tahun apakah dia berhasil mendapatkan keinginan hatinya? Ternyata setelah pesta karena mabuk, pagi-pagi baru sadar siapa yang dia tiduri semalam, ternyata bukan Rahel, tetapi Lea. Lalu dia protes kepada Laban, dengan santai Laban menjawab, harusnya kamu tahu dalam adat kita kakak harus menikah dulu sebelum adik, tetapi kalau kamu mau bekerja 7 tahun lagi, Rahel akan kuberikan juga padamu. Akhirnya dia kerja lagi karena kepalang sudah jatuh cinta.
Dalam bagian ini kita tidak usah heran, kenapa Yakub sebegitu mudah ditipu, padahal dia sendiri penipu? Karena perilaku Yakub itu mirip sekali dengan seorang yang kecanduan, bagi Yakub, Rahel itu bukan hanya sekedar istri, bukan, bagi Yakub, Rahel itu bisa berfungsi layaknya narkoba, membuat Yakub bisa kabur dari realita dimana hidupnya itu kacau balau. Indeed kita bisa mengatakan, Rahel itu bukan hanya istri bagi Yakub, Rahel adalah juruselamat dari Yakub. Rahel itu begitu membutakan Yakub dan ketika dia berhasil mendapakan Rahel, bisa kita lihat bagaimana berhala ini menghancurkan keluarga Yakub dan korban yang paling besar dalam cerita ini mungkin bukan Yakub atau Rahel, tetapi Lea. Lea itu dikatakan tidak cantik, bukan hanya tidak menarik, lebih celakanya adalah adiknya luar biasa cantik dan seumur hidup ada dalam bayang-bayang adiknya itu dan Lea juga menjadi wanita yang tidak diinginkan, baik oleh suaminya atau ayahnya sendiri. Dan yang terjadi adalah kekosongan hati Yakub pindah ke Lea, Lea dalam keadaan yang seperti itu hatinya mulai menjadi kosong, dan Lea kemudian mencari sesuatu untuk mengisi kekosongan itu, maka Lea mengatakan dalam dirinya, ok, sekarang harapanku apa? Sekarang apa yang menjadi jalan keselamatanku? Suamiku? Kalau aku bisa mendapatkan cinta dari suamiku, maka hidupku akan ok dan ini terjadi kenapa? Alkitab menulis dengan jelas, waktu Lea mengandung dan melahirkan, apa yang dia katakan? Sesungguhnya Tuhan memperhatikan sengsaraku, sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku, lalu anak yang kedua, sesungguhnya Tuhan telah mendengar bahwa aku tidak dicintai lalu diberikanNya pula anak ini kepadaku, kemudian anak yang ketiga, sekali ini suamiku akan lebih erat kepadaku karena aku telah melahirkan tiga anak laki-laki baginya.
Apa yang terjadi di sini? Lea berusaha untuk menemukan kebahagiaan dan arti hidup dari suaminya, Lea berpikir, kalau dia bisa melahirkan anak laki-laki bagi Yakub, maka Yakub akan mengasihinya, tetapi sekali lagi, berhala itu hanya “mengambil” dan tidak pernah “memberi”. Setiap hari itu menjadi hari yang terkutuk bagi Lea, ketika ia terus melahirkan, tetapi suaminya tetap tidak peduli, dia harus bersaing habis-habisan dengan Rahel, sampai urusan memetik buah mereka ribut, kamu sudah mengambil suamiku, sekarang buah pun kamu mau ambil juga? Karena Rahel mau buah itu, dia mengatakan, hari ini kamu boleh tidur sama Yakub, tetapi aku mau buahnya dan Lea memberikan buah itu. Dicatat dalam alkitab, Lea datang kepada Yakub dan berkata, hari ini kamu harus tidur denganku, kamu harus singgah di kemahku, karena sudah saya membeli itu dengan buah. Luar biasa, iniilah behaviour dari orang yang kecanduan.
Puji Tuhan ceritanya tidak berhenti sampai di sini, akhirnya pada Kejadian 29:35 dituliskan, Lea mengandung anaknya yang terakhir, ketika dia melahirkannya, dia berkata, sekali ini aku akan bersyukur kepada Tuhan. Kenapa bisa seperti ini? Kita tidak tahu apa yang terjadi di sini, ada kemungkinan Lea akhirnya merasakan sesuatu yang lain dalam anaknya yang terakhir ini dan memang anak tersebut adalah anak yang lain, karena anak itu bernama Yehuda, dan kita tahu dari siapa garis Mesias akhirnya turun? Bukan dari Rahel, tetapi dari Lea, dari Yehuda, coba kita lihat, apa yang Tuhan kerjakan bagi Lea? Tuhan mengambil Lea, wanita yang tidak diinginkan, yang tidak dicintai dan membuatnya menjadi nenek moyang dari Kristus. Dan ketika Kristus akhirnya lahir di atas dunia ini, Ia sungguh-sungguh menjadi anak dari Lea, Kristus menjadi orang yang tidak diinginkan. Kristus lahir dikandang binatang, Yesaya 53 mengatakan, Kristus tidak tampan, semaraknya tidak ada, tidak ada yang menginginkan Dia, Ia dihina, dihindari orang, penuh kesengsaraan, biasa menderita kesakitan, dihina sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia. Yohanes 1 mengatakan, Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya, pada akhir hidupnya Ia dijual oleh muridNya sendiri, murid lain orang kepercayaanNya menyangkal Dia tiga kali dan semua murid yang lain meninggalkan Dia, di atas kayu salib Bapa-Nya pun meninggalkan Dia.
Kenapa Dia mengalami semua hal ini? Kenapa Yesus turun ke atas dunia sebagai anak dari Lea, sebagai orang yang terbuang? Karena saudara dan saya, dan kalau kita tergerak oleh kasihNya kepadamu, itulah satu-satunya jalan keluar yang akan membuat hati kita lepas dari cengkeraman para berhala-berhala dunia. Inilah yang akan membuat kita berhenti berusaha untuk mencari jalan keselamatan bagi kita karena kita sudah diselamatkan. Injil-lah yang membuat kita berhenti membuat bagi kita penyelamat-penyelamat yang lain, karena kita sudah mempunyai Juruselamat. Saya berharap hari ini kita boleh mengenal kembali siapa diri kita, tetapi kita perlu ingat sesuatu, untuk bisa lepas dari semua berhala itu, kita harus pergi ke salib. Amin.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (AS)
Gereja Reformed Injili Indonesia Jemaat Kelapa Gading
