Kita semua menyukai kejutan, misalnya kejutan dalam ulang tahun dll., kita tidak suka satu film yang mudah ditebak dst., kita menyukai kejutan disetiap tikungan, demikian juga hidup kita, kita tidak suka jika hidup kita itu sepenuhnya mudah diprediksi, kita suka ada kejutan yang kecil-kecil di sana sini dalam hidup kita. Kita juga suka hal-hal yang kita tidak terpikir tetapi orang melakukannya kepada kita, kita semua suka kejutan. Tetapi sebenarnya kita semua juga tidak suka kejutan, kita tidak suka kejutan-kejutan yang sangat kita takutkan, seperti sebuah cerita, cerita itu bisa menarik karena dia mengejutkan, tetapi cerita juga bisa menyeramkan karena dia mengejutkan. Kita tidak hanya punya mimpi-mimpi yang kemudian menyenangkan kita ketika kita mengingatnya, kita juga punya mimpi-mimpi buruk, kita punya hal-hal tertentu yang kita sangat ingin hindari, kita berdoa supaya hal-hal demikian tidak terjadi pada kita atau keluarga kita. Singkatnya, dalam hidup ini kita tidak bisa hidup tanpa kejutan, hidup tidak akan menarik tanpanya, tetapi kita juga tidak ingin ada kejutan-kejutan tertentu terjadi dalam hidup kita. Kita ingin bahwa kita ini cukup aman, dalam menjalani hidup ini kita tahu bahwa kita membutuhkan sesuatu kadar adrenalin tertentu, suatu kadar ketegangan tertentu tetapi tidak terlalu tinggi, itu sebabnya kita punya taman-taman hiburan, kita punya roller coaster, kita tidak suka kalau mobil kita mengalami sesuatu yang membuatnya berjalan seperti kendaraan dalam roller coaster, tetapi kita suka bahkan membayar harga untuk naik roller coaster, kita suka kejutan yang terkendali.
Tetapi dalam cerita yang sudah kita baca ada setidaknya lima kejutan dalam dinamika cerita antara Yakub, Esau, Ishak dan Ribka. Dalam keluarga yang kecil ini ada sebuah kejutan yang tidak disangka-sangka oleh mereka semua, kejutan-kejutan yang mungkin sebagian dari mereka tidak menginginkan itu terjadi, itu adalah mimpi buruk mereka.
Kejutan pertama dialami oleh Yakub, dia dikejutkan oleh kesuksesan, Yakub itu siapa? Yakub adalah seorang yang lahir dari keluarga Abraham, dia itu adalah anak dari Ishak, dia mewarisi janji keselamatan yang diberikan kepada Abraham untuk dia boleh menjadi saluran berkat bagi segala bangsa dikemudian hari kelak. Di sisi yang lain Yakub juga adalah seorang anak dari Ishak yang mau mewarisi kekayaan Abraham secara materi, Abraham adalah seorang tuan atas beberapa ratus hamba, dia adalah orang yang boleh dikatakan sebagai pemimpin suku yang kecil, dia punya pengikut cukup banyak, Ishak mewarisi itu. Tetapi kemudian Ishak punya dua anak yang lahir pada hari yang sama, artinya dua anak ini akan menjadi saingan, bagi Ishak bukan hanya lahir Yakub tetapi juga ada Esau dan itu menggemakan sesuatu yang juga hadir dalam hidup Ishak yaitu bagi Abraham selain ada Ishak juga ada Ismail. Tetapi ini adalah satu permasalahan yang begitu pelik, satu perseteruan antara kakak dan adik ini lebih pelik, mengapa? Karena memilih antara Ismail dan Ishak lebih mudah, mereka memiliki ibu yang berbeda, Ismail lahir dari Hagar hamba dari Sarai, walaupun dia lahir lebih dahulu, tetapi dia lahir dari hamba, Tuhan sendiri mengatakan bahwa ahli waris Abraham adalah anak yang lahir istrinya Sarai. Jadi Abraham tidak terlalu sulit untuk memilih antara Ismail atau Ishak.
Tetapi bagi Ishak persoalannya lebih rumit, karena Yakub dan Esau lahir pada hari yang sama, lalu Tuhan sepertinya tidak mengatakan di dalam kehidupan Ishak dengan terlalu jelas apakah Esau atau Yakub pada mulanya, memang ada nubuatan itu diberikan kepada Ribka ibunya. Tapi sepertinya ok ok saja, Tuhan tidak memberikan teguran seperti dulu Tuhan menegur Ismail ketika Ishak lebih menyukai Esau kakak sulungnya dan memang lumrah bahwa yang sulung itu akan mewarisi harta dari pada ayahnya, dua kali lipat dari apa yang akan diwarisi oleh saudara-saudara yang lain, itu adat istiadat yang sampai sekarang ini masih berlaku di Timur Tengah. Dan kebetulan Esau adalah orang yang sangat menyenangkan dimata Ishak, sementara Yakub bukan orang yang terlalu cocok dengan Ishak. Oleh penulis Esau digambarkan adalah orang yang suka berburu, laki-laki macho, sementara Yakub kelihatannya adalah anak mami yang suka tinggal di rumah, seorang yang domestik sifatnya dan Ishak sebagai orang yang suka makan, dia mendapati Esau lebih berguna, Esau itu bisa membawa daging hasil buruan untuk menyenangkan hati ayahnya. Kelihatannya cerita akan berlanjut dengan mulus ketika Ishak sudah tua dia akan mewariskan segalanya kepada Esau, Esau-lah yang akan memimpin keluarga itu dan Yakub akan tunduk kepada Esau.
Di tengah jalan terjadi sesuatu dan titik dimana kita mulai membaca tadi adalah mulai ketika tikungan itu terjadi dalam kehidupan, dalam plot keluarga ini. Kelihatannya ayah sudah mau mati, kelihatannya Esau akan segera mendapatkan apa yang memang selama ini semua orang akan mengatakan dia akan mendapatkan itu yaitu mewarisi janji Abraham, mewarisi semua harta dari Ishak dan seterusnya dia akan menggantikan ayahnya. Tetapi apa yang terjadi sesungguhnya? Ketika Ishak mengatakan kepada Esau untuk berburu, lalu membuatkan baginya masakan dan aku akan memberkati engkau, sepertinya semuanya akan terjadi, disinilah kejutannya muncul. Ribka mendengar itu dan kemudian mengatakan kepada Yakub untuk melakukan hal yang sama, yang ayahnya tidak suruh itu, pergilah, ambillah bianatang yang ada dikandang, pasti engkau akan lebih cepat dari pada Esau, pilih yang paling enak, sembelih itu, mama akan masak buat kamu, selesai urusan, kamu yang akan mendapatkan berkat itu. Yakub mengatakan, saya tidak mau, karena itu rencana yang sudah pasti gagal, tubuhku ini beda dengan tubuh kakakku, dia berbulu aku tidak, nanti ayah akan mengetahui itu dan dia malah akan memberikan kutuk kepadaku, tetapi karena didesak, Yakub akhirnya melakukannya juga. Kita bisa bayangkan, dia mungkin gemetar memegang mangkok sup itu waktu dia membuka pintu kemah dari ayahnya, apalagi setelah dia membuka pintu kemah itu dan dia menyapa ayahnya, ayahnya memberikan serangkaian test yang menyatakan bahwa itu adalah tidak semudah pikiran mama, dan persis seperti dalam pikiran saya, ini pasti gagal.
Jadi ketika dia menyapa ayahnya, lalu ayahnya menjawab, ya anakku, siapakah engkau? Pertanyaan ini pasti langsung menghujam ke dalam hati Yakub yang sudah gemetaran itu, ayahnya mengenali dia sebagai anaknya, tetapi meragukan dia sebagai Esau. Lalu dia berkata, akulah Esau anak sulungmu, artinya ingatlah kewajibanmu, aku telah melakukan kewajibanku, telah kulakukan seperti yang telah bapak katakan, bangunlah, duduklah, makanlah daging buruan masakanku ini agar bapak memberkati aku. Dan Ishak seolah-olah mau mengatakan, ooh jangan buru-buru, masih ada testing yang kedua, dia mengatakan kepada anaknya, kok cepat ya? Itu sesuatu yang sangat jitu, bisa membuat dengkul Yakub lemas kembali, karena memang dia lebih unggul dari kakaknya, tapi keunggulan itu membuat dia dalam posisi yang lebih meragukan, papanya pasti tahu, kira-kira berapa lama orang pergi berburu dan memasak daging hasil buruannya, tidak mungkin secepat itu. Apa jawaban dari Yakub? Biasanya kalau ada sesuatu yang luar biasa terjadi, maka orang akan memakai alasan, ada mukjizat, ada pekerjaan Tuhan, nama Tuhan dibawa-bawa, kok bisa untungnya begitu besar? Kok bisa begitu cepat? Itu karena pimpinan Tuhan, nah papanya itu tidak begitu mudah tertipu bukan? Yakub menjawab, karena Tuhan Allahmu yang membuat aku mencapi tujuanku, lalu Ishak berkata lagi kepada Yakub, anakku, datanglah lagi mendekat supaya aku meraba engkau, memangnya saya percaya begitu saja setelah engkau pakai nama Tuhan?
Datang kesini karena mataku yang tua ini sudah tidak bisa dipercaya, saya lebih percaya dengan tangan saya, setelah dipegang, apakah Ishak percaya? Apa yang terjadi? Dia memang pegang, memang ini tangan Esau yang berbulu, tapi suaramu itu suara Yakub, lalu dia kemudian dengan cara apa? Dia mengatakan, aku tidak mengenal kamu, maka dia tegaskan lagi, benarkah engkau ini anakku Esau? Yakub menjawab dengan meyakinkan, ya, masakan engkau tidak mengenal suaraku, lalu berkatalah Ishak, mungkin pendengaranku sudah mulai fail, karena telingaku mendengar suara Yakub, tapi waktu pegang, ini benar memang tangannya Esau. Coba lihat, dia tidak bisa mengandalkan matanya, sekarang dia mengandalkan telinganya dan telinganya pun sekarang tidak bisa dipercaya lagi, dan kemudian dia mengatakan, ya sudahlah, aku sudah pegang tangannya kok tangan Esau, suaranya suara Yakub, ya mungkin telingaku yang sudah salah. Kemudian testing yang ketiga, kita sudah tahu, orang kalau mulai tua, mata mulai rabun, pendengaran pun mulai pekak, tangan sih masih sensitif, tapi perlu ada konfirmasi lagi, melalui penciuman dan pengecapan rasa. Maka sewaktu Yakub mendekat, papanya makan masakannya, rupanya Ribka bisa kloning resep masakan Esau, rasanya sama, lalu dia katakan, datang lebih dekat lagi, cium aku, sebenarnya dia bukan ingin dicium anaknya itu, tapi dia ingin mencium bukan?
Dia kemudian mencium bau dari pada anaknya, di situ dia tertipu habis-habisan, memang hidung kita ini salah satu yang paling primitif, salah satu yang menghubungkan ke bagian otak yang mungkin sulit tertipu, tetapi ternyata hidung juga bisa ditipu. Kemudian dia mengatakan, sesungguhnya bau anakku ini dan bagi Ishak memang hanya satu anak saja yaitu Esau. Anakku bau padang yang diberkati Tuhan, apa bau padang yang diberkati Tuhan? Bau binatang dan itu membuat si Ishak ini yakin betul bahwa ini memang Esau, anaknya yang harus dia berkati, maka dia memberkati anaknya itu, dia mengatakan dalam ayat 28-29. Kalau kita jadi Yakub, kita kaget atau tidak? Beberapa detik sebelumnya sudah yakin tidak berhasil, sudah pakai nama Tuhan pun tidak berhasil, tapi pada detik terakhir ternyata sukses, saya kira waktu keluar dari sana, dia masih terpana dengan kejutan itu, dia mungkin masih bertanya-tanya dan ini mengantar kita pada kejutan yang kedua.
Kejutan yang kedua, Esau pulang dari padang untuk mengambil sesuatu yang memang adalah milik dia, mungkin sejak kecil sudah diceritakan bahwa dia sebagai ahli waris, mungkin pada awalnya senang tetapi lama-lama biasa, lebih lama lagi ketika ayah tidak kunjung meninggal. Maka akhirnya si Esau itu memandang rendah keistimewaan yang sepertinya sudah sangat aman, memang milik dia, tinggal tunggu waktu, dia anggap itu murahan, dia menjual itu seharga semangkok kacang merah bukan? Pada waktu itu dia seperti main-main saja, sudahlah kalau kamu mau, kamu ambil saja, berapa harganya? Sudahlah semangkok indomie saja, sebegitu murah, karena begitu aman, dia begitu konfiden, tinggal tunggu waktu saya akan jadi pemimpin, tetapi hidup penuh kejutan bukan? Esau bilang, kamu ambil juga tidak apa-apa, silahkan ambil, saya juga tidak terlalu bangga dengan itu, ya, tetapi waktu beneran diambil, nah persoalannya bisa lain bukan? Esau tidak begitu menghargai hak kesulungannya, tapi pada hari Yakub mengambil itu, dia marah besar, dia terkejut, Esau terkejut karena apa? Karena apa yang sangat aman, sungguh-sungguh miliknya dia, sehingga dia tidak menghargai lagi, sekarang sungguh-sunguh diambil dari padanya. Dia dikejutkan oleh kehilangan apa yang dia sendiri menganggap sudah tidak berharga, karena tidak mungkin akan hilang, ternyata itu hilang. Kita memiliki hal seperti ini bukan? Menjadi orang yang masih hidup, menjadi orang yang sehat, menjadi orang yang waras, menjadi orang kristen mungkin, lalu cerita berlanjut bukan? Berlanjut kepada kejutan yang ketiga.
Kejutan yang ketiga, dalam bagian yang kita baca tentunya tidak secara eksplisit, kita akan mendapati kejutan yang ketiga kalau kita terus membaca sampai pasal 33, kita boleh bertanya, Ishak di awal cerita menyangka umurnya tidak akan lama lagi, maka dia berikan segala miliknya menurut pandangan dia kepada Esau. Kalau orang tua sudah membagi warisan biasanya diharapkan orang tua itu tidak panjang umur lagi, ya kan? Nanti kalau masuk rumah sakit siapa yang tanggung dst., jadi bagaimana? Nah pasti Ishak menyangka bahwa umurnya tidak akan lewat 10 tahun lagi, bahkan tidak lewat satu tahun ini, tetapi ternyata Ishak masih hidup (catatan Ishak mati dalam pasal 35:28-29), setelah peristiwa ini Yakub mencuri hak kesulungan Esau, ada peristiwa yang lain yaitu Esau mengatakan, nanti ya, tidak akan lama lagi hari-hari perkabungan atas matinya ayah itu, akan selesai, hari itu juga akan saya matikan si Yakub itu. Saya tidak akan tega kepada ayah untuk membuat dia berduka, karena saya bunuh adik saya, tetapi setelah dia mati, apa peduli saya? Dengan kata lain, Esau tidak mempedulikan ibunya, Ribka, dengan kata lain lagi dia menyangka Ishak akan segera mati dan semua orang termasuk Ribka juga menyangka Ishak segera mati.
Mengapa Ribka mengajari anak kesayangannya menipu bapaknya, kalau suatu saat nanti dia akan bermasalah dengan suaminya? Karena dia merasa bahwa tidak lama lagi Ishak akan mati, semua orang menyangka Ishak akan segera mati, bahkan Ishak sendiri menyangka begitu juga, Yakub juga menyangka begitu, itu sebabnya dia kabur bukan? Kalau dia tahu Ishak matinya masih lama, untuk apa dia kabur sekarang bukan? Intinya adalah tidak ada yang menyangka bahwa Ishak itu akan panjang umur, itu kejutan yang ketiga, Ishak dikejutkan oleh panjangnya umurnya sendiri. Jadi Tuhan menggocangkan rencana semua orang dengan memberikan Ishak umur yang lebih panjang dari apa yang dia sangka. Maka rencana dari Ribka itu mengalami bahaya, rencana Esau untuk segera melampiaskan dendamnya terhambat dan strategi preventif dari Yakub, belum dibunuh kabur terlebih dahulu, itu juga ternyata sia-sia, sampai dia pulang ternyata papanya masih hidup, dan itu sudah hampir 20 lebih tahun setelahnya. Ini mau mengatakan kepada kita bahwa kita ini bukan tuan atas hidup ini bukan? Kita boleh punya rencana, saya begini, saya begitu, tetapi Tuhan yang punya kehendak.
Kejutan yang keempat, kejutan ternyata Esau tidak kehilangan apa-apa, hari ketika Esau melihat Yakub keluar dari kemah, itu hari yang cukup traumatis, dia curiga melihat wajah Yakub, ada apa ini? Dan terbukti, waktu dia masuk memberikan sup itu, ternyata berkatnya sudah dicuri dan bapaknya hanya punya kutuk untuk dia, dan dia harus terima kenyataan bahwa dia ada dibawahnya Yakub, menjadi hamba dari Yakub. Tetapi benarkah dia menjadi hamba dari Yakub? Kita bisa tahu bahwa ketika Esau dan Yakub mengalami reuni, apa yang terjadi? Siapa menyembah siapa? Kita lihat dalam Kej. 33:2-3, dia menyembah-nyembah Esau, apa artinya? Dalam kata-kata kutuk yang ayahnya berikan kepada Esau, Esau akan menyembah Yakub dan Yakub akan disembah oleh Esau dalam kata-kata berkat kepada Yakub, tetapi itu tidak terjadi bukan? Yakub datang dengan takut kepada Esau, dia rela memberikan semua hartanya kepada Esau, asalkan Esau rela mengampuni dia, artinya apa? Apakah Esau kehilangan apa-apa? Apakah Yakub berhasil mencuri hak kesulungan itu dari Esau? Kalau hak kesulungan itu berarti kuasa, power, siapa tuan siapa budak, apakah Yakub berhasil? Tidak berhasil, gagal total, dia datang mengemis-ngemis pengampunan dari kakaknya, itulah kejutan keempat, dikejutkan karena apa yang disangka hilang ternyata sama sekali tidak hilang dan apa yang disangka didapatkan, ternyata sama sekali tidak didapatkan.
Kejutan yang kelima, kita lihat dari Kej.33:4, bagian ini sama seperti yang dilakukan oleh Yusuf terhadap saudara-saudaranya, mereka bergetar ketakutan sewaktu dia menyatakan diri, akulah Yusuf. Waktu Yusuf membuka dirinya, dia itu adalah penguasa Mesir dan mereka adalah bangsa pinggiran yang mengemis-ngemis makan sama Mesir, Yusuf berkuasa melakukan apa saja kepada mereka, dan Yusuf justru melakukan apa? Sama seperti ini Esau boleh melakukan apa saja kepada Yakub, karena dia punya kuasa di atas Yakub, dia punya 400 pasukan, melebihi Abraham yang hanya 300 pasukan dan apa yang Esau, orang yang bukan dipilih sebagai umat Tuhan ini lakukan pada akhirnya? Apa yang Esau lakukan kepada Yakub? Sama seperti yang Yusuf lakukan, dia peluk leher adiknya, dia tidak hitung semua harta sogokan Yakub itu, umat Tuhan berlaku seperti yang dunia lakukan, sudah pastilah semua orang itu inginnya sederhana saja, kalau bukan uang, wanita, ya kuasa, itu saja atau apalah, itulah yang kira-kira dunia inginkan. Tetapi Yakub dikejutkan dengan indah bukan? Apa yang mengejutkan Yakub? Bahwa kadang-kadang hal-hal demikian tidak laku, Esau tidak lihat sama sekali, dia tidak dengan sombong berkata, domba seperti ini kamu kasih untuk pengampunan kamu, saya minta 10 kali lipat, kamu harus jadi budak saya, dst., Esau tidak bicara seperti itu. Esau justru berlari mendapati Yakub, memeluk dia, mengampuni dia, tidak ingat-ingat sama sekali kesalahan Yakub dan kakaknya itu bukan umat Tuhan. Israel dikejutkan oleh anugerah yang diberikan oleh yang bukan Israel, oleh yang dulu ingin membunuh dia, oleh yang kepadanya dia sudah bersalah dan cerita ini dibaca oleh umat Israel, dibaca bukan oleh keturunan Esau, ini dibaca oleh keturunan Yakub. Kira-kira bicara apa ya mengenai Tuhan, kira-kira bicara apa ya mengenai bagaimana kita harus berlaku sebagai umat Tuhan? Saya kira mungkin bicara ini.
Kita ini bukan yang menyelenggarakan drama kosmik alam semesta ini, kita bahkan bukan yang bisa punya master plan untuk hidup kita sendiri, kita ini mungkin adalah mahluk yang harusnya berespon dengan setia pada perjanjian kita dan itu saja. Kita ini mungkin homo respondents, kita mungkin bukan homo father, kita mungkin bukan sekedar mahluk yang bikin alat lalu menaklukkan dunia ini dengan alat-alat kita, dengan teknologi kita, tetapi mungkin bagian kita adalah ini, kita bertanya terlebih dahulu apa panggilan saya? Apa yang menjadi norma-norma dalam kehidupan ini? Siapakah saya? Kita mungkin harus mulai dari situ, siapakah saya? Jadi bukan dengan pertanyaan kamu tahu tidak siapa saya? Semua cerita ini membuat kita berpaling kepada kebenaran yaitu panggilan kita bukan untuk memberitahu seluruh dunia, kamu tahu tidak saya ini siapa? Tetapi untuk bertanya pada diri sendiri siapakah saya? Karena kita adalah mahluk untuk berespon kepada Pencipta kita dan kita itu bukan ada dengan sendirnya, dan kemudian bertanya pada diri sendiri, saya enaknya ngapain ya di sini? Dengan kata lain mungkin panggilan kita adalah berespon, bukan merancang cerita besar untuk kemudian seumur hidup kita, kita wujudkan itu.
Pemimpin yang besar tidak boleh mudah terkejut, karena pada setiap surprise, berarti dia sudah tidak pintar, tidak bisa hitung ada kemungkinan itu, makanya beberapa orang membiasakan diri punya muka datar, poker face, kenapa? Karena Tuhan itu poker face, Dia itu tidak boleh kaget-kaget, tidak boleh senang-senang, tidak boleh sedih-sedih, karena penguasa yang paling tinggi sudah tahu semua. Jika kita ingin sukses dengan cara dunia, panggilan kita adalah jadi orang semacam itu, kita harus jadi master, master atas tubuh kita, master atas emosi kita, master atas jalannya hidup ini, kita harus jadi subyek, bukan obyek, tetapi benarkah kita subyek pada dirinya sendiri? Benarkah kita yang melangkahkan bidak putih dipapan catur kehidupan ini? Atau jangan-jangan kita adalah berbagian untuk melangkahkan bidak hitam yang menyambut apa yang Tuhan sudah langkahkan, yaitu mengadakan ini semua, yaitu memberikan perjanjian second chance buat setiap kita? Tetapi mungkin panggilan kita, dimana kita menempa badan kita, menempa hati kita, menempa pikiran dan reputasi kita adalah kita mau menjadi yang berepson, kita malu menjadi yang lemah, kita malu dengan keterbatasan, kita ingin berkuasa, kita ingin yang menentukan. Pilih mana, menolong atau ditolong? Punya rencana atau ada rencana orang lain dan kita hanya obyek di situ? Pilih mana berkuasa atau dikuasai? Jawaban kita, ya tentu sisi yang aktif, menebak, mengantisipasi, merencanakan, menguasai, mengontrol. Pada akhirnya kita menyadari bahwa kita sedang berusaha menjadi Tuhan dan kita mungkin malu bahwa kita hanyalah manusia belaka, yang hanya 78-80 tahun umurnya setelah itu kembali menjadi tanah dan dalam perspektif kristen kembali menghadap Penciptanya.
Dalam sisa umur kita di bawah matahari apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan bertanya saya ingin seluruh dunia tahu saya ini siapa? Atau kita bertanya, Tuhan, Engkau ciptakan saya siapa sebagai siapa? Apakah kita bertanya pada diri kita, apa yang Tuhan mau untuk saya kerjakan, apa yang Tuhan mau untuk saya menjadi, apa yang Tuhan mau untuk saya menggenapi? Apa sih artinya jadi orang. Atau pertanyaan kita ingin mewujudkan satu jawaban dengan membuktikan diri kita dihadapan semua orang dan dihadapan Tuhan? Kiranya Allah memberikan kemurahan kepada kita untuk memilih yang benar, untuk kita bisa menghidupi panggilan kita yang mulia sebagai umat Tuhan, kita ini dipanggil, bukan memanggil, marilah kita berespon pada panggilan itu. Amin.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (AS)
Gereja Reformed Injili Indonesia Jemaat Kelapa Gading