Kita akan membicarakan mengenai doa dari anak perjanjian, Ishak. Dalam Alkitab, hidup Ishak tidak banyak dibicarakan; kitab Kejadian banyak membicarakan mengenai hidup Abraham, Yakub, Yusuf, sedangkan mengenai Ishak, walaupun dibicarakan tapi tidak mendapatkan porsi yang besar.
Dalam Kejadian 22, “Kepercayaan Abraham Diuji”, Ishak diminta untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Ini satu tindakan Abraham yang besar sekali; ketika Tuhan meminta Abraham mempersembahkan anak yang dijanjikan-Nya, langsung keesokan harinya itu dilakukan. Tradisi orang Yahudi memperkirakan umur Ishak saat itu sudah 30 tahunan; jadi ini satu iman yang besar sekali. Dalam kitab Ibrani pasal 11:17 dikatakan: “Karena iman maka Abraham, tatkala ia diuji –bukan dicobai– mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: “Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.” Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.” Betapa luar biasa pergumulan Abraham di sini, dia mendengar 2 perkataan dari Tuhan; perkataan Tuhan pertama, mengatakan bahwa keturunan dari Ishaklah yang akan disebut ‘keturunanmu’; dan yang kedua, perkataan Tuhan di pasal 22, yang mengatakan ‘persembahkanlah Ishak’. Dalam pergumulannya ini, akhirnya Abraham melalui pergumulan tersebut, tapi dengan satu pengertian yang lebih mendalam mengenai siapa Tuhan.
Saya percaya hidup anak-anak Tuhan –kita semua—juga demikian, kita melalui pergumulan, tapi akhir dari pergumulan tersebut harusnya adalah bahwa kita memiliki satu pengenalan yang lebih mendalam mengenai siapa Tuhan. Pada waktu Abraham bergumul, dia akhirnya mendapatkan satu pengenalan yang lebih mendalam mengenai Tuhan, bahwa Tuhan adalah Tuhan yang bisa membangkitkan Ishak. Tidak pernah sebelumnya Tuhan membicarakan tentang kebangkitan, tapi Abraham menyimpulkan dua perkataan Tuhan itu pasti dua-duanya benar, bukan bertolak belakang satu dengan yang lainnya; dan dua-duanya bisa benar karena cuma ada satu solusi saja: Tuhan akan membangkitkan Ishak, karena dia adalah anak perjanjian. Keturunan Abraham adalah keturunan yang melalui Ishak, maka kalau Dia meminta Ishak dipersembahkan, maka Tuhan akan membangkitkan Ishak. Luar biasa.
Namun yang tidak kalah luar biasa adalah iman atau ketaatan Ishak, yang melambangkan Kristus yang akan datang. Ishak yang sudah dewasa dan bukan seorang anak-anak, yang bisa memikul kayu untuk membakar dirinya, akhirnya diikat oleh Abraham, ini berarti Ishak memberikan dirinya dan taat sepenuhnya. Ini gambaran figuratif Kristus yang akan datang. Gambaran selanjutnya dalam pasal 22 ini Ishak tidak mati, ada domba yang harus menggantikan, karena Ishak is not worthy untuk mati, karena Ishak adalah manusia yang berdosa. Harus ada domba yang menggantikan Ishak. Ini berarti walaupun Ishak menggambarkan Kristus yang akan datang, tapi dia bukanlah Sang Kristus, Sang Juruselamat tersebut; dia pun masih harus digantikan. Inilah Ishak yang kita kenal, begitu luar biasa hidupnya.
Dalam Kejadian pasal 25 Ishak memiliki 2 anak kembar, Esau dan Yakub, ketika dia berumur 60 tahun. Lalu Kejadian pasal 26 adalah tentang Ishak di negeri orang Filistin. Gambarannya cukup positif –meski ada positif dan negatif. Di bagian ini Tuhan memberikan kepada Ishak janji-Nya pada Abraham (‘janji Abraham’). Pasal 26:1, ketika itu timbullah kelaparan di negeri tersebut, dan ini bukan kelaparan yang pertama; Abraham pernah diuji dalam hal ini, dan sekarang Ishak diuji dengan cara yang sama. Tapi bedanya, dikatakan di ayat 2 bahwa Ishak tidak boleh pergi ke Mesir, Ishak harus menetap di sana, di Gerar, yang merupakan bagian dari daerah orang Filistin. Di ayat 3 dan 4, janji Tuhan pada Abraham diberikan kepada Ishak: “Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu. Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit; Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat” –‘janji Abraham’ diberikan kepada Ishak. Di tengah-tengah kesulitan yang Ishak hadapi, Tuhan berjanji bahwa Dia akan menyertai Ishak, Dia akan memberkati Ishak dan keturunannya.
Selanjutnya yang terjadi di sini mirip dengan yang Abraham lakukan; Ishak melakukan satu penipuan, dia tidak berani mengatakan bahwa Ribka adalah istrinya; Ribka wanita yang cantik, dan Ishak mengatakan dia adalah saudaranya. Ini memang tidak salah, tapi di sini Ishak mengatakan dengan satu niat untuk menipu. Kemudian ayat 12,13,14,15, Tuhan memberkati Ishak dengan luar biasa, Ishak menggali sumur-sumur yang digali Abraham tapi telah ditimbun oleh orang-orang Filistin, dan mendapatkan air. Di ayat 16, Abimelekh kewalahan karena melihat betapa Tuhan memberkati Ishak, lalu kata Abimelekh kepada Ishak: “Pergilah dari tengah-tengah kami sebab engkau telah menjadi jauh lebih berkuasa dari pada kami.”
Saudara, di tengah-tengah hidup Ishak, yang akan kita perhatikan pada hari ini adalah pasal 27, Ishak di akhir hidupnya. Di bagian ini ada dua doa Ishak, yang dia berikan untuk Yakub dan untuk Esau, suatu doa yang besar. Kita akan memperhatikan isi doa Ishak untuk kedua anaknya ini.
Ayat 2-4, Ishak berkata kepada Esau: “Lihat, aku sudah tua, aku tidak tahu bila hari kematianku. Maka sekarang, ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu, pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang; olahlah bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari, sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan, agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati.” Ketika itu Ishak berumur sekitar 137 tahun dan dia nantinya meninggal umur 180 tahun, jadi di bagian ini dia tidak benar-benar akan mati, dia masih akan hidup sekitar 43 tahun berikutnya, tapi yang dia katakan di sini mirip seperti Esau yang impulsif, yang begitu menginginkan makanan dan berpikir ‘sebelum saya mati, saya mau menikmati sesuatu yang enak’. Di sini ada satu blunder dalam akhir hidup Ishak.
Saudara perhatikan, di pasal 25 dikatakan bahwa Ishak mencintai Esau tapi Ribka mencintai Yakub; dan di ayat 5 pasal 27 ini dikatakan bahwa Ribka mendengar perkataan Ishak tersebut, lalu mempersiapkan Yakub, supaya anaknya itu mendapatkan berkat dari Ishak. Ribka mengolah makanan yang enak, lalu lengan Yakub dipalutkan bulu karena Esau berbulu. Kedua anak kembar tersebut memang tidak kembar identik, Esau berbulu dan memiliki karakter yang berbeda sekali dari Yakub; Esau menjadi tulang punggung keluarga, dia pandai berburu mencari makan, dst., sementara Yakub mungkin seperti anak-anak yang kalau di zaman sekarang meski sudah besar tapi di rumah saja main game, dan tidak banyak melakukan apa-apa (kita tidak melihat di bagian ini catatan mengenai apa yang dilakukan Yakub). Ribka mengasihi Yakub, entah apa alasannya, karena Alkitab tidak mencatat; sedangkan dalam Kejadian 25 dicatat alasan Ishak mengasihi Esau. Pasal 25:28, ‘Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan’, lalu selanjutnya, ‘tetapi Ribka kasih kepada Yakub’ –dan tidak dituliskan alasannya. Kembali ke ayat 5 pasal 27, Ribka mendengarkan perkataan Ishak dan mempersiapkan Yakub dengan cara-cara menipu untuk mendapatkan berkat sulung itu.
Ayat 27-29: Lalu datanglah Yakub dekat-dekat dan diciumnyalah ayahnya. Ketika Ishak mencium bau pakaian Yakub, diberkatinyalah dia, katanya: “Sesungguhnya bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN. Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah. Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia.” Ini adalah janji Tuhan kepada Abraham; dan sekarang Ishak mencoba memberikan janji itu kepada Esau, yang dalam anggapan Ishak dialah yang datang itu.
Ayat 30-31, Esau datang dan membawakan makanan yang enak lalu mengatakan kepada ayahnya: “Bapa, bangunlah dan makan daging buruan masakan anakmu, agar engkau memberkati aku”; lalu dikatakan di sini, terkejutlah Ishak dengan sangat (ayat 33). Ini bukan cuma terkejut saja, arti dalam bahasa aslinya Ishak itu gemetar ketakutan, karena sudah memberikan berkat sulungnya kepada seseorang yang dipikirnya adalah Esau. Esau lalu menangis dengan suara yang keras sekali (ayat 34); Esau yang tidak menghargai hak sulung, sekarang minta berkat sulung. Banyak dari antara kita yang tidak sadar akan hak sulung yang Tuhan berikan kepada kita. Kita sering minta berkat kepada Tuhan, lebih daripada hak sulung yang Tuhan berikan kepada kita. Esau berteriak, menangis, meminta berkat itu.
Ayat 35-36, Jawab ayahnya: “Adikmu telah datang dengan tipu daya dan telah merampas berkat yang untukmu itu.” Kata Esau: “Bukankah tepat namanya Yakub, karena ia telah dua kali menipu aku. Hak kesulunganku telah dirampasnya, dan sekarang dirampasnya pula berkat yang untukku.” Tidak ada yang merampas berkat sulungnya Esau, Esaulah yang menjualnya, dia menukar hak sulung itu dengan semangkuk sup. Tidak ada yang merampas dan memaksa dia untuk melepaskannya, dialah yang memberikannya sendiri, menjual dirinya sendiri. Tetapi dalam hidup orang berdosa, tidak ada satu orang berdosa pun yang mau bertanggung jawab atas dosanya, sebaliknya selalu menyalahkan orang lain. Ketika Adam jatuh dalam dosa, yang dia salahkan Tuhan dan perempuan yang Tuhan tempatkan di sisinya; lalu ketika Tuhan bertanya kepada Hawa, dia menyalahkan ular, yang adalah ciptaan Tuhan. Orang berdosa selalu mencari dan mencoba menyalahkan orang lain, dan bukannya menerima fakta dirinya sudah berdosa. Tidak ada satu orang pun yang merampas hak sulung Esau, dia sendiri yang melepaskannya.
Ishak kemudian menjawab Esau, (ayat 37), “Sesungguhnya telah kuangkat dia menjadi tuan atas engkau, dan segala saudaranya telah kuberikan kepadanya menjadi hambanya, dan telah kubekali dia dengan gandum dan anggur; maka kepadamu, apa lagi yang dapat kuperbuat, ya anakku?” –what else can I do for you, my son. Ayat 38 kembali Esau menangis dengan suara keras; lalu Ishak menjawabnya: “Sesungguhnya tempat kediamanmu akan jauh dari tanah-tanah gemuk di bumi dan jauh dari embun dari langit di atas. Engkau akan hidup dari pedangmu dan engkau akan menjadi hamba adikmu. Tetapi akan terjadi kelak, apabila engkau berusaha sungguh-sungguh, maka engkau akan melemparkan kuk itu dari tengkukmu” (39-40).
Saudara, saya tanya, dari dua doa Ishak untuk anaknya ini, mana yang lebih bagus? Saudara pikirkan baik-baik, kalau Saudara jadi Esau atau jadi Yakub, Saudara mau terima doa yang mana? Banyak orang mungkin akan berpkikir doa yang pertamalah yang bagus, karena isinya bagus. Kalau Saudara perhatikan isi doa pertama dan doa kedua, ada kontras yang sangat jelas. Doa yang pertama mengatakan ‘Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi, dst.’; hal tersebut dijanjikan dalam doa yang pertama, sedangkan dalam doa yang kedua, ‘tanah-tanah gemuk’ tetap dibicarakan tapi dikatakan bahwa engkau akan jauh dari tanah-tanah gemuk tersebut, dan jauh dari embun yang dari langit di atas. Jadi ada kemiripan antara doa pertama dan doa yang kedua, tapi dengan hasil yang sangat berbeda sekali. Banyak orang ingin doa yang pertama, tapi tidak sadar bahwa doa Ishak yang kedua adalah doa yang indah.
Saudara, bagian ini adalah suatu blunder Ishak di hari tuanya. Alkitab mengatakan, Ishak mengasihi Esau, Ribka mengasihi Yakub. Ini bukan cuma karena pilih kasih saja; blunder yang sangat luar biasa yang dilakukan oleh Ishak dalam Kejadian 27 adalah fakta yang terjadi setelah dia menerima firman Tuhan dalam Kejadian 25:23, “Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda” —yang Tuhan katakan kepada Ribka.Sangat besar kemungkinan Ishak bukan tidak tahu apa yang telah Tuhan katakan kepada Ribka, tapi setelah dia mengetahui hal ini, faktanya dia tetap mengasihi Esau, dan tetap ingin memberkati Esau. Meskipun Tuhan sudah mengatakan bahwa anak yang tua akan jadi hamba dari anak yang muda, kalau Saudara baca doa Ishak yang pertama –yang dia pikir dia berikan kepada Esau– dia masih mendoakan supaya Esau menjadi tuan dari yang muda. Ishak berusaha untuk memutarbalikkan rencana Tuhan, tapi dia akan belajar nantinya bahwa rencana Tuhan tidak mungkin bisa diputarbalikkan. Rencana Tuhan itu, kalau Dia sudah mengatakan, anak Tuhan suka tidak suka harus menjalankan. Namun pada saat ini Ishak sangat menginginkan yang lain, Ishak sangat menginginkan Esau yang mendapatkan berkat sulung dan akhirnya menjadi tuan di atas seluruh keturunan Ishak. Inilah satu blunder yang sangat besar sekali; bukan cuma masalah pilih kasih, dalam hal ini pilih kasihnya Ishak sangat tidak memiliki dasar. Pilih kasihnya Ishak bukan cuma karena dia mengasihi anak sulung, tapi dikatakan di Kejadian 25 tadi, dia mengasihi Esau karena dia suka masakan olahan Esau. Ishak, anak perjanjian, yang sangat penting sekali itu, di akhir hidupnya dikatakan mengasihi Esau karena makanan. Bukan itu saja, di akhir hidupnya Ishak ingin memberkati Esau, berlawanan dengan perintah Tuhan. Blunder yang sangat besar sekali.
Kita akan fokus pada doa Ishak. Doa yang pertama begitu luar biasa, Ishak menjanjikan memberkati anaknya –yang dia pikir adalah Esau itu– dengan tanah yang gemuk, embun yang dari langit. Ini seakan-akan Ishak mengatakan kepada Esau, “Segala usahamu akan diberkati Tuhan.” Memang tidak mungkin manusia bisa mengusahakan semua ini; Ishak sadar semua itu datang dari Tuhan, maka di ayat 28 dia mengatakan, “Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah.” Ishak sadar hanya Tuhan yang bisa melakukan hal ini.
Hal yang bisa kita pelajari dari doa Ishak yang pertama ini, bahwa doa ini adalah doa yang Ishak pikir diberikan, atau dimaksudkan, untuk Esau; dia menginginkan semua kemakmuran ini bagi Esau; bahkan dikatakan di ayat 29, “jadilah tuan atas saudara-saudaramu”.
Hal yang kedua, kalau kita memperhatikan doa pertama ini, kita melihat bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kelemahan manusia mengalahkan rencana Tuhan. Tuhan sudah merencanakan dari kekekalan, bahwa anak yang lebih muda akan menjadi tuan dari anak yang tua, maka segala tipu daya yang Yakub lakukan serta kelemahan Ishak yang menginginkan Esau mendapatkan berkat sulung tersebut, itu semua Tuhan pakai, dan Tuhan bekerja bersama di dalamnya, supaya akhirnya yang mendapatkan bukan Esau melainkan Yakub. Manusia boleh merencanakan sesuatu, manusia bisa menginginkan sesuatu, bahkan mau membatalkan rencana Tuhan, tapi fakta menunjukkan pada akhirnya pasti rencana Tuhan yang terjadi. Saudara bisa melihat dalam kehidupan Yusuf pun demikian; Yusuf yang mau disingkirkan oleh saudara-saudaranya sendiri, yang dicabut dan dibuang ke tanah Mesir untuk waktu cukup lama, 22 tahun kemudian dia bertemu lagi dengan keluarganya dan dia sendiri baru ngeh bahwa mereka boleh merencanakan yang jahat atas hidupnya tapi Tuhan sedang mereka-rekakan hal yang baik untuk hidup suatu bangsa. Luar biasa. Manusia berusaha menggagalkan rencana Tuhan, tapi Tuhan menggunakan kelemahan manusia –bahkan dosa manusia—untuk akhirnya menjadikan rencana-Nya pasti terjadi. Kelemahan Ishak, tidak bisa membatalkan rencana Tuhan. Tuhan sudah mengatakan bahwa yang muda akan menjadi tuan dari yang tua, maka Saudara lihat ketika Ishak di sini berencana untuk mendapatkan makanan dan seterusnya, itu semua dalam rencana Tuhan. Tidak bisa manusia menggagalkan rencana Tuhan. Walaupun Ishak memikirkan ini adalah doa untuk Esau, namun yang mendapatkan doa tersebut akhirnya benar-benar sesuai rencana Tuhan, yaitu Yakub.
Hal yang ketiga yang bisa kita pelajari dari doa pertama Ishak bahwa kerinduan Ishak untuk Esau itu, Tuhan masih dengarkan. Kalau Saudara perhatikan ayat 29, “jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu”, yang diinginkan Ishak adalah Esau menjadi tuan; dan ini benar-benar Tuhan lakukan, meskipun nantinya Edom akan ditaklukkan oleh Israel. Kita lihat Kejadian 33:3, di situ benar-benar doa Ishak untuk Esau terjadi; dikatakan: ‘Dan ia (Yakub) sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu.’ Lalu di ayat 6-7: ‘Sesudah itu mendekatlah budak-budak perempuan itu beserta anak-anaknya, lalu mereka sujud. Mendekat jugalah Lea beserta anak-anaknya, dan mereka pun sujud. Kemudian mendekatlah Yusuf beserta Rahel, dan mereka juga sujud.’ Jadi doa Ishak untuk Esau itu benar-benar terjadi; Tuhan memberi suatu ruang/peluang untuk doa Ishak bagi Esau tersebut bisa terjadi.
Kembali ke pasal 27. Ayat 30: ‘Setelah Ishak selesai memberkati Yakub, dan baru saja Yakub keluar meninggalkan Ishak, ayahnya, pulanglah Esau, kakaknya, dari berburu.’ Segera setelah (as soon as) Ishak memberikan doa tersebut kepada Yakub –yang dianggapnya Esau– segera setelah itu, Esau pulang. Esau mengolah binatang buruannya dan memberikan makanan yang diinginkan Ishak, lalu terjadilah percakapan itu. Di sini Ishak terkejut –dalam bahasa aslinya, bukan hanya terkejut tapi amat sangat kaget sekali, gemetar hebat (trembled violently)– akan apa yang terjadi. Dan di ayat 38 Esau menangis karena tidak mendapatkan berkat tersebut.
Di ayat 37, keluar kalimat dari mulut Ishak, “apa yang bisa kulakukan untukmu, ya anakku? —what else can I do for you, my son? Sekarang kita memperhatikan isi doa Ishak yang kedua: “Sesungguhnya tempat kediamanmu akan jauh dari tanah-tanah gemuk di bumi dan jauh dari embun dari langit di atas. Engkau akan hidup dari pedangmu dan engkau akan menjadi hamba adikmu. Tetapi akan terjadi kelak, apabila engkau berusaha sungguh-sungguh, maka engkau akan melemparkan kuk itu dari tengkukmu.” Bagi saya doa yang kedua ini adalah doa yang lebih indah daripada doa yang pertama. Doa yang pertama adalah doa yang Ishak berikan untuk seseorang yang dia pikir Esau, doa yang didasarkan keangkuhan Ishak yang coba menganulir rencana Tuhan. Tuhan sudah katakan bahwa Esau akan jadi hamba dari Yakub, tapi dia coba memutarbalikkan hal itu. Doa Ishak yang kedua adalah doa yang indah, karena yang berdoa adalah Ishak yang baru disadarkan/ditaklukkan benar-benar di bawah rencana Tuhan.
Ada 4 hal dari doa yang kedua yang bisa kita pelajari. Pertama, doa yang kedua ini menunjukkan bahwa Ishak percaya pada kuasa doa. Kalau Saudara melakukan apa yang telah dilakukan Ishak, memutarbalikkan doa yang harusnya untuk Yakub lalu diberikan untuk Esau, Saudara bisa saja kemudian membatalkan doa yang pertama –‘kurang ajar anak itu (Yakub) sudah menipu saya, jadi saya sekarang akan menganulir doa yang tadi itu dan memberikan kepada anak yang harusnya mendapatkan (Esau)’ – tapi Ishak tidak melakukannya. Dia percaya, apa yang sudah dia katakan itu benar-benar akan terjadi, itulah doa. Saya rasa hal ini luar biasa sekali; dan saya berkata kepada semua orangtua di sini, khususnya bapa-bapa, berani tidak kita berdoa seperti demikian, berani tidak kita memberkati anak-anak kita, berdoa untuk mereka? Sering kali kita ragu-ragu akan kuasa yang keluar dari mulut kita; mengapa? Karena kita tidak percaya ada kuasa Tuhan yang menggunakan orangtua untuk memberkati anak-anaknya. Kita tidak percaya hal tersebut. Kadang-kadang kita rasa, ‘ya, sudah, engkau lakukan apa yang ingin engkau lakukan, engkau sudah besar, engkau akan bertanggung jawab di hadapan Tuhan’, dst.; itu semua ada benarnya, dan tidak salah, tapi ketika mereka masih kecil/muda khususnya, kita harus bisa memberkati mereka, kita harus bisa memikirkan apa yang akan terjadi dalam hidup mereka, dan kita mempersiapkan diri kita dan diri anak-anak kita untuk akhirnya melakukan apa yang kita doakan untuk terjadi bagi mereka. Hal ini perlu iman yang besar sekali.
Kalau Saudara perhatikan dalam Perjanjian Baru, ada Zakharia, papa Yohanes Pembaptis, yang sambil berdoa sambil tidak percaya kuasa doa, sambil berdoa minta Tuhan berikan anak, sambil meragukan bahwa dirinya akan medapat anak, sehingga ketika malaikat Tuhan menampakkan diri dan mengatakan bahwa akan terjadi sesuai yang dia doakan, bahwa dia akan medapatkan anak, Zakharia tidak percaya. Akhirnya diberikan satu tanda, yaitu dia tidak bisa berbicara –‘berhentilah berbicara kalau engkau tidak bisa percaya apa yang engkau katakan’. Saya bukan mengatakan kita bisa sembarangan berdoa dan sembarangan percaya dengan doa kita, tapi kalau Tuhan sudah menggerakkan kita untuk berdoa, percayakah kita dengan kuasa doa tersebut? Inilah yang harusnya kita gumulkan, khususnya orangtua, berkati anakmu. Berkali-kali saya memberkati anak-anak saya, dan saya bukan cuma mengharapkan apa yang dia akan lakukan, tapi saya mengatakan apa yang dia harus lakukan, ‘terjadilah ini dalam hidupmu’, dan itu berarti saya harus bertanggung jawab sebagai seorang ayah, mempersiapkan dia untuk mendapatkan apa yang saya doakan. Ini satu hal yang harus dipelajari oleh semua orangtua yang memiliki anak, khususnya anak-anak yang masih muda, yaitu mendoakan keturunanmu; dan Saudara harus percaya akan kuasa doa.
Saudara perhatikan, setelah keluar kalimat-kalimat doanya tersebut, Ishak tidak pernah menariknya kembali, karena dia tahu, doa yang sudah keluar adalah milik Tuhan, bukan milik dia lagi. Tuhan sudah mendengarkan doa tersebut, jadi dia tidak menariknya lagi; itu sebabnya dia berkata kepada Esau, “Apa yang bisa kulakukan lagi bagimu?? Yang terbaik sudah kuberikan kepada adikmu” —saya tidak akan tarik lagi doa tersebut, ini doa yang sudah diucapkan maka ini doa milik Tuhan, jadi ya, Tuhan akan memberkati adikmu. Dalam pemikiran manusia, mungkin saja Ishak berpikir, ‘wah, ini tidak adil, adikmu telah mencuri doa tersebut; saya akan menganulirnya dan tidak akan memberikan kepadanya’, tapi dia tidak mengatakan hal itu. Ini adalah satu kebesaran doa Ishak, yang percaya bahwa apa yang dia telah katakan tidak bisa kembali lagi, bahkan dia tidak ada kuasa untuk menganulir semua kata-kata tersebut. Dia percaya bahwa doa adalah doa yang penuh dengan kuasa.
Hal kedua yang bisa kita pelajari dari doa Ishak, Ishak percaya bahwa firman Tuhan pasti digenapi. Ishak sekarang baru sadar bahwa dia telah melakukan suatu blunder. Tuhan sudah berfirman sebelumnya bahwa Tuhan memberkati Yakub yang bungsu, bukan Esau yang sulung, tapi dia kemudian melakukan suatu blunder, dan sekarang dia baru sadar bahwa rencana Tuhan pasti terjadi, firman Tuhan pasti akan terjadi, manusia hanya harus tunduk pada firman Tuhan tersebut. Perhatikan ayat 40, Ishak sekarang menyelaraskan dirinya dengan rencana Tuhan; dia mengatakan kepada Esau: “Engkau akan hidup dari pedangmu dan engkau akan menjadi hamba adikmu”. Ini sesuai dengan firman Tuhan kepadanya, sesuai dengan rencana Tuhan bahwa yang tua akan jadi hamba dari yang muda; akhirnya teringatlah Ishak akan firman Tuhan itu dan dia memberikan doa tersebut untuk Esau. Di sini dia percaya, yang dikatakan firman Tuhan itu pasti terjadi, tidak mungkin tidak terjadi, dan dia tidak ngotot lagi, dia sudah menundukkan diri di bawah kebenaran firman Tuhan.
Yang ketiga, ada satu pengharapan dalam doa Ishak untuk Esau. Dia meminta hal yang baik; dia tahu walaupun Esau akan menjadi hamba dari Yakub, tapi ada pengharapan yang indah sekali. Dikatakan di sini: “Engkau akan hidup dari pedangmu dan engkau akan menjadi hamba adikmu”; Saudara nantinya akan melihat bahwa seumur hidup keturunan Esau, yang orang Edom, banyak sekali hidup atas pedang, terus-menerus berperang, baru kemudain pada zaman Daud akhirnya ditaklukkan dan menjadi hamba dari Israel. Namun kemudian ada satu pengharapan yang Ishak berikan kepada Esau: “Tetapi akan terjadi kelak, apabila engkau berusaha sungguh-sungguh, maka engkau akan melemparkan kuk itu dari tengkukmu” (kalimat ini nanti kita akan bicarakan apa artinya). Di dalam kehidupan Edom nantinya, mereka terus berrtentangan dengan Israel, meskipun mereka adalah saudara. Dan memang benar nantinya Israel berhasil menaklukkan Edom, tapi Edom terus berusaha untuk mengalahkan Israel. Dalam 2 Raja-raja 8, Edom berhasil merdeka kembali dari jajahan atau kuk Israel yang dikenakan kepada mereka. Lalu dalam Mazmur 137, kita melihat ketika Yudea runtuh dan Yerusalem jatuh, Edom mengambil kesempatan untuk balas dendan kepada Israel; dikatakan demikian di ayat 7: “Ingatlah, ya TUHAN, kepada bani Edom, yang pada hari pemusnahan Yerusalem mengatakan: “Runtuhkan, runtuhkan sampai ke dasarnya!” Dalam kitab Obaja juga dituliskan bagaimana Edom membalas dendam ketika akhirnya Tuhan memang mendisiplin Yehuda; Edom yang saat itu sudah merdeka, membalas dendam kepada Yehuda. Hidup keturunan Esau memang penuh dengan pedang, dengan usaha sendiri, dst., tapi ada satu pengharapan pembebasan yang Tuhan berikan melalui Ishak kepada Esau.
Yang terakhir, doa ini besar karena akhirnya doa ini akan disempurnakan oleh Tuhan sendiri. Suatu doa bukanlah doa yang besar, tanpa Tuhan di dalamnya. Manusia tidak bisa memberikan doa yang besar, kalau Tuhan tidak bekerja di dalamnya. Doa kita pun demikian. Doa kita bisa saja banyak kelemahan, dst., namun ada pengharapan. Tapi kalau doa kita tidak ada Tuhan di dalamnya, apa yang kita harapkan itu tidak mungkin akan terjadi. Doa Ishak ini menjadi doa yang besar, karena doa ini disempurnakan oleh Tuhan sendiri. Bagaimana Tuhan menyempurnakan doa ini? Tuhan menyempurnakan doa ini dengan mengabulkan pengharapan Ishak atas Esau, bahwa benar kuk tersebut akan dilemparkan dari tengkuknya, yang terjadi ketika Yesus datang saat yang pertama kali, dan akhirnya keselamatan juga datang kepada kaum Edom. Ketika Yesus datang, Dia menggenapkan janji Allah kepada Abraham bahwa semua bangsa akan mendapatkan berkat –termasuk Edom. Janji itu diberikan, akhirnya Edom juga bisa menikmati, dan terlepaslah kuk tersebut karena janji berkat tersebut datang kepada bangsa Edom ini. Bukan semua orang tanpa terkecuali; kepada bangsa Edom Tuhan memberikan janji-Nya kepada orang-orang pilihan di sana. Janji ini digenapkan ketika Anak Allah itu datang berinkarnasi.
Saudara, demikian juga dengan hidup kita. Dari doa Ishak ini kita belajar satu hal: tidak mungkin kita bisa mengubah rencana Tuhan. Tuhan itu berdaulat, Tuhan menetapkan sesuatu terjadi, lalu manusia mau mengubah, itu tidak mungkin. Manusia bisa berencana, manusia berdosa pikir dia bisa mengubah rencana Tuhan dan berusaha seumur hidup untuk mengubah rencana Tuhan, tapi karena Tuhan adalah Tuhan yang berdaulat, seluruh rencana kita bisa diputarbalikkan Tuhan dengan gampang saja, supaya akhirnya terjadilah bukan rencana kita, melainkan Thy will be done. Ketika Tuhan mau mengubah dalam hidup Ishak, yaitu bukan Esau yang diberkati, Dia mengubah dengan cara yang sangat mudah sekali. Di sini Saudara bisa melihat satu hal, bahwa kalau kita berusaha seumur hidup untuk menentang Tuhan, itu tidak ada gunanya. Sebagai anak Tuhan harusnya kita mengetahui satu hal, rencana Tuhan pasti akan terjadi. Hidup kita seumur hidup kita, semua keringat kita, harusnya adalah untuk mengerjakan rencana Tuhan yang pasti akan terjadi. Itulah anak Tuhan.
Perhatikan juga di sini, doa kita tidak sempurna –doa kita tidak sempurna sampai doa tersebut disempurnakan oleh Tuhan sendiri. Tuhan menjajikan ada Roh Kudus yang akan berbicara dan menyempurnakan doa-doa kita. Sering kali kita berkeluh kesah dengan kata-kata yang kita sendiri tidak bisa mengerti, tapi Roh Kudus menyempurnakan doa kita di hadapan Bapa. Dalam doa kita dan pengharapan kita, bersyukurlah bahwa Saudara bukan berdoa atau berharap sebagai orang yang tidak memiliki Tuhan, Saudara berdoa dan berharap sebagai seseorang yang di dalam rencana Tuhan. Orang yang demikian, berharap tapi tetap bersandar kepada Tuhan; bukan Saudara melakukan suatu pengharapan tapi di luar Tuhan, sebaliknya justru mengetahui bahwa pengharapan tersebut, yang sesuai dengan kehendak Tuhan, akan Tuhan sempurnakan dan Tuhan akan genapkan. Itulah sukacita seorang anak Tuhan.
Kiranya jemaat Tuhan di sini diberkati Tuhan, dan Saudara bisa mendoakan lebih banyak pekerjaan Tuhan terjadi dalam Gereja ini, dalam hidupmu sehari-hari, dan dalam hidup keturunanmu. Kiranya Tuhan dipermuliakan.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (MS)
Gereja Reformed Injili Indonesia Kelapa Gading