Dalam bagian yang sudah kita baca ada satu prinsip yang demikian penting yang mau disampaikan yaitu mengenai cara hidup orang yang benar, baik Abraham atau Lot adalah orang yang dianggap benar seperti tertulis dalam 2 Petrus 2 yang sudah kita baca tadi. Tetapi alkitab menuliskan Abraham dan Lot memiliki cara hidup yang berbeda, jadi bagian ini bukan hanya kita baca lalu lewat begitu saja, tapi ada satu prinsip yang demikian mendalam yang harus kita pelajari. Kejadian 13 ini melanjutkan Kejadian 12, dalam Kejadian 12 Abraham dipanggil keluar dari tanah Ur untuk mengikuti Tuhan dan Tuhan menjanjikan kepada Abraham bahwa kelak keturunannya akan menjadi berkat bagi semua bangsa, akhirnya Abraham mengikuti Tuhan Dalam Kejadian 12 ada dua perikop yang berbeda Kej.12:1-9 menceritakan mengenai Abraham yang sudah dipanggil oleh Tuhan dan mengikuti Tuhan, lalu Kej.12:10-20 memulai suatu fakta bahwa Abraham di tanah perjanjian itu mengalami suatu kelaparan yang demikian besar, sehingga dia harus mau tidak mau (menurut dia), dia harus turun ke Mesir. Di Mesir dia memiliki opsi yang demikian besar, kelaparan dia selesaikan dengan turun ke tanah Mesir.
Ketika Abraham memutuskan turun ke tanah Mesir, itu adalah satu keputusan yang salah dan dia harus bayar harga oleh karena itu, mengapa? Karena kalau kita bandingkan kedua perikop ini kita bisa melihat hidup Abraham yang berbeda sekali, di dalam Kej.12:1-9 dikatakan, Abraham menaati janji Tuhan, Tuhan terus berjanji, I will do this for you, berulang-ulang, dalam Kej.12:10-20 kalau kita perhatikan, Abraham terikat dengan satu kondisi karena istrinya cantik kemungkinan akan diambil oleh Firaun sehingga mengancam keberadaannya, maka dia mengatakan kalimat yang tidak berpusat lagi kepada janji Tuhan, tetapi melihat kondisi disekitar dia dan dia merasakan ada satu kerugian yang akan dia alami. Yang tadinya mata berpusat pada janji Tuhan, sekarang berpusat pada kondisi sekitar Abraham. Kita bisa melihat hidup ibadah Abraham demikian berbeda, di tanah Kanaan, kemana saja dia pergi, dia mendirikan altar untuk memanggil nama Tuhan, tetapi ketika dia turun ke tanah Mesir nama Tuhan, altar tidak pernah disebut di dalam perikop kedua tersebut. Kalau kita melihat juga di tanah Kanaan Abraham menjadi berkat bagi banyak orang, tetapi di tanah Mesir, kehadiran dia di sana justru mendatangkan kutuk bagi keluarga Firaun, hidup yang totally different. Dan terakhir kita bisa melihat akhirnya Abraham harus diusir, dia harus kembali ke tanah perjanjian dan tanah perjanjian dalam pasal 13 adalah tanah perjanjian yang masih mengalami kekeringan dan kelaparan, dan dia harus belajar hidup bergantung kepada Tuhan.
Di rumah seseorang yang saya kunjungi ada satu kalimat indah tertempel di dinding berbunyi the will of God will never lead you where the grace of God can not keep you, kehendak Tuhan tidak mungkin akan membawa engkau ke satu tempat dimana anugerah Tuhan tidak mungkin menopang kamu lagi di tempat itu. Saya rasa Abraham akan mempelajari hal ini, bahwa Tuhan yang sudah memanggil dia keluar ke tanah Kanaan adalah Tuhan yang akan cukup memberikan anugerah untuk sustain dia di tanah Kanaan. Dalam pasal 13:1 dikatakan, maka pergilah Abraham ke tanah Negeb berserta istrinya dan segala kepunyaannya, dan Lot pun bersama-sama dengan dia. Abraham tidak sembarang kembali ke tanah perjanjian, dia akan kembali ke tanah secara spesifik, dimana dulu dia pernah mendirikan mezbah, tempat dimana dulu dia menikmati persekutuan bersama dengan Tuhan. Ini adalah cerita mengenai pertobatan dari Abraham, Abraham kembali ke tanah perjanjian, tetapi khususnya dia kembali ke tempat dimana secara spesifik, secara fisik dulu dia pernah beribadah kepada Tuhan. Perubahan tanpa pertobatan adalah suatu penipuan, tetapi ini tidak terjadi dalam diri Abraham, ketika dia sudah berubah, dia bertobat, kembali bersekutu dengan Tuhan, ada mezbah dan dia kembali memanggil nama Tuhan.
Tetapi fakta bahwa dia sudah bertobat tidak merubah fakta bahwa tanah Kanaan masih mengalami kelaparan (tertulis dalam ayat 5-6), dikatakan dalam terjemahan aslinya bahwa negeri itu tidak cukup untuk menopang mereka bersama-sama, karena kelaparan yang masih terjadi pada saat itu. Sehingga negeri itu tidak memiliki resources yang bisa menopang keberadaan mereka di sana dan di sini Abraham akan mempelajari satu hal yaitu dia akan tinggal tetap di negeri itu, menantikan perintah dan anugerah dari Tuhan. Alasan di sini sangat menarik sekali, memang saya percaya ini adalah karena famine, kelaparan sehingga mereka tidak bisa hidup bersama, tetapi kalau kita perhatikan ayat 6, alasan utama bukan karena kelaparan, tapi karena harta milik mereka amat banyak sehingga mereka tidak bisa diam sama-sama. Ini sangat mengagetkan, apa hubungannya antara harta mereka yang banyak dengan tidak bisa tinggal bersama dan negeri itu tidak bisa menopang mereka? Memang ada satu kelaparan, kelaparan adalah satu alasan dimana mereka akan mengalami kesulitan hidup bersama-sama di negeri itu tetapi alkitab mengatakan itu bukan alasan yang paling penting. Tapi harta yang demikian banyak itu yang melipatgandakan kesulitan mereka hidup di negeri itu karena kelaparan yang sedang terjadi. Mereka memiliki banyak berkat, dari Mesir Abraham mendapatkan begitu banyak berkat, Abraham sendiri adalah seorang yang kaya, tetapi faktanya mereka tidak bisa tinggal bersama-sama karena kelaparan ditambah kekayaan, kelimpahan yang mereka miliki.
Ini sangat ironis sekali, di satu sisi memilik demikian banyak kelimpahan, kekayaan, lembu, kambing domba dan budak-budak, di lain pihak mereka tidak bisa sustain keberadaan mereka tersebut. Di sini kita harus berhati-hati, karena ini adalah kalimat pertama kata “kaya” itu muncul di dalam alkitab atau harta milik (terjemahan NIV), dan seakan-akan alkitab memiliki suatu pandangan yang negatif terhadap kekayaan. Apakah benar alkitab memiliki konsep demikian? Seperti dalam Lukas ketika Yesus mengatakan, sangat lebih mudah seekor unta masuk lubang jarum daripada seorang kaya masuk Kerajaan Allah, mendengar kalimat ini orang sekitar bertanya, kalau demikian siapa yang bisa diselamatkan? Seringkali kekayaan kita menjadi satu ujian dalam hidup kita, itu benar, tetapi yang pasti kekayaan, harta itu sendiri bukanlah satu hal yang negatif. Coba kita lihat kitab Pengkhotbah 5:7 dst., digambarkan bahwa kekayaan itu seperti menjaring angin, kesia-siaan, untuk apa kita menjaring angin? Tetapi kalau kita baca dalam ayat 17 dst., Pengkhotbah juga memberikan satu turning point, dikatakan, ada satu kekayaan yang dianggap sebagai baik dan tepat, good and fitting. Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa harta benda adalah suatu hal yang pasti secara otomatis adalah negatif, walaupun memang benar pertama kali ketika kekayaan disebutkan dalam Kej.13, seakan-akan negatif, kalau kita lihat dalam 10 hukum Tuhan, di situ dikatakan, kita dilarang memiliki milik orang lain.
Alkitab bukan sistem komunis, dimana kita harus sama rata, harus sama-sama miskin, sama-sama kaya, oh tidak, alkitab justru mengatakan, setiap orang diberikan anugerah oleh Tuhan secara berbeda-beda, bahkan menikmati apa yang kita miliki sendiri itu adalah anugerah dari Tuhan. Poin yang mau ditekankan dalam bagian ini bukan hartanya tetapi sikap, attitude kita terhadap harta benda yang kita miliki, dalam 1 Tim.6:10 dikatakan, akar segala kejahatan adalah cinta uang, jadi yang digarisbawahi adalah sikap kita terhadap kekayaan tersebut. Jadi kalau Tuhan sudah memberikan kepada kita harta kekayaan, that nothing wrong, apalagi kita sudah berusaha dalam hidup kita, berkeringat di bawah matahari dan Tuhan memberkati kita, that nothing wrong which what you have. Yang seringkali menjadi ujian dan batu sandungan bagi kita adalah attitude kita terhadap apa yang kita miliki. Abraham dan Lot sama-sama memiliki harta yang luar biasa banyak tetapi mereka memiliki attitude yang berbeda terhadap apa yang mereka miliki itu, kelaparan dan kekayaan menjadi satu ujian bagi mereka.
Dalam ayat 7-8 maka terjadilah pertengkaran, di sini alkitab mau mengajarkan kepada kita dua cara berbeda untuk hidup yaitu seorang yang hidup berdasarkan mata rohani dia dan yang hidup berdasarkan mata jasmani dia. Abraham adalah orang yang menetapkan hidup dengan mata rohani, sedangkan Lot dia akan menetapkan hidup dengan mata jasmani. Mereka berdua ini memiliki beberapa perbedaan, pertama, perbedaan dari starting point yang mereka hidupi, kita lihat ayat 9-11, orang yang melihat dengan mata jasmaninya, starting point mereka adalah mengukur segala sesuatu dengan untung rugi dia sendiri. Ketika Lot diberikan satu opsi oleh Abraham untuk memilih, dia memilih yang lebih baik, dalam ayat 11 dikatakan, maka Lot memilih lembah sungai Yordan untuk dirinya. Orang yang memilih menghidupi hidupnya dengan mata jasmani, pasti kelihatan selalu tolak ukurnya adalah mengenai untung rugi apa yang dia miliki, orang yang seperti ini tidak mungkin lagi bisa melihat apa yang Tuhan lihat. Coba kita lihat ayat 11, 12 dan 13, dalam satu komentar dikatakan, adapun orang Sodom itu sangat jahat dan berdosa terhadap Allah, Tuhan melihat kota Sodom, this small city is a wicked city and sin greatly against the Lord, tapi apa yang Lot lihat? Yang Lot lihat bukan apa yang Tuhan lihat, Lot melihat berdasarkan untung rugi dirinya sendiri, maka Lot melihat ini suatu yang dimana dia harus pergi ke Sodom, agar dia bisa hidup dan ditopang seluruh keberadaan hidupnya.
Alkitab dengan sangat uniknya mengambarkan isi hati Lot, kita lihat ayat 10, dalam bahasa Indonesia kurang jelas apa yang dikatakan alkitab di sini, di tempat yang lebih tinggi mereka sedang melihat lembah sungai Yordan, Lot bukan hanya melayangkan pandangannya saja, tetapi secara spesifik alkitab mengatakan, Lot lifted up his eyes, dalam bahasa Ibrani tetap Lot melihat ke atas, mengangkat matanya untuk melihat lembah sungai Yordan tersebut. Coba kita bandingkan dengan Kejadian 18:16, di sini bukan hanya memandang, tetapi look down to Sodom, melihat ke bawah, itu satu hal yang sangat natural sekali, karena di tempat yang lebih tinggi mereka akan melihat ke bawah. Sama juga dengan Kej.19:27-28, di situ bukan kata memandang lagi, tetapi look down, bukan hanya look around, tetapi look down toward Sodom, jadi ini gaya bahasa yang sengaja dipakai oleh penulis alkitab, di tempat yang tinggi, dimana mereka melihat lembah sungai Yordan tersebut. Tetapi Lot bukan look down, dia look up, so Lot lifted up his eyes, Lot look up toward Jordan Valley, tidak natural sekali, saya rasa penulis alkitab ingin menggambarkan isi hati dari pada Lot, karena Lot demikian menyukai lembah sungai Yordan itu. Maka dia look up, dia mau pergi ke sungai Yordan tersebut, tidak berpikir lagi mengenai apa yang Tuhan pandang mengenai sungai Yordan tersebut.
Apapun yang kita lakukan, apakah kita sedang melakukan segala sesuatu dengan menilai untung rugi bagi diri kita sendiri atau kita melakukan segala sesuatu karena itu menguntungkan kita, lebih menjamin hidup kita, lebih banyak kekayaan dsb., bukan lagi memikirkan mengenai konteks Kerajaan Allah, mengenai kehendak Tuhan, coba kita perhatikan, Lot tidak pernah bertanya kepada Tuhan kemana dia harus pergi ketika Abraham menawarkan kepada dia option tersebut. Maka itu adalah suatu peringatan dari Tuhan, hei orang kristen hati-hati, kamu mungkin adalah orang yang sedang berjalan dengan mata jasmani mu pada saat ini. Lalu apa yang disisakan Lot bagi Abraham? Abraham mendapatkan tanah Kanaan yang sedang kekeringan, tetapi sebenarnya tidak demikian, dengan Lot meninggalkan tanah perjanjian tersebut, sekarang Lot sudah meninggalkan semua haknya untuk mengklaim tanah perjanjian tersebut. Abraham mendapatkan janji untuk menerima tanah perjanjian itu, tetapi waktu dia keluar, dia kembali dengan membawa sedemikian banyak orang, termasuk juga dengan Lot itu sendiri. Sekarang Tuhan memakai kasus yang demikian, kesempatan ini bagi Lot untuk akhirnya meninggalkan haknya, jadi apa yang tertinggal bagi Abraham?
Abraham mendapatkan keseluruhan dari pada tanah perjanjian tersebut, memang tanah itu sedang mengalami satu kelaparan, bagi Lot dan bagi banyak orang ini mungkin bukan sesuatu yang indah, tetapi itu adalah tanah yang sudah Tuhan janjikan bagi Abraham dan Abraham akan menikmati itu semua. Dalam hidup kita ketika kita melakukan, mengikuti janji Tuhan, menaati janji Tuhan, lalu kita coba hidup sesuai dengan mata rohani kita, mungkin bagi orang lain kita memiliki suatu option hidup yang mungkin serba kekeringan, tetapi itu adalah tetap kita sedang hidup dalam janji Tuhan dan Tuhan akan merubah kondisi ini (dalam Kejadian 18 dan 19), lembah sungai Yordan dihakimi, tetapi Abraham akan menikmati tanah perjanjian sepenuhnya.
Bukan hanya titik permulaan saja yang berbeda, tetapi memiliki perjalanan hidup yang berbeda juga. Kita perhatikan apa yang Lot lakukan, Lot bukan hanya memandang ke lembah sungai Yordan tersebut, dalam ayat 11 Lot berangkat ke Timur lalu menuju lembah sungai Yordan tersebut, dalam ayat 12, lalu Lot menetap di kota Sodom tersebut. Di sini ada satu progres dimana sekarang Lot akhirnya tinggal di kota Sodom, dan dalam Kej.19:1, ketika para malaikat Tuhan datang untuk menghakimi kota Sodom tersebut, Lot sedang duduk di pintu gerbang kota Sodom. Biasanya orang yang duduk di pintu gerbang satu kota adalah orang yang sangat disanjung tinggi di kota tersebut, di sini alkitab mau mengatakan bahwa ada progres dari Lot, mata dan hatinya Lot semakin lama semakin condong kepada kota Sodom tersebut, tadinya dia hanya memandang ke arah kota Sodom, sekarang dia bergerak ke Sodom, lalu dia tinggal di dekat kota Sodom, kemdian dia masuk dan tinggal di kota Sodom dan sekarang dia duduk di pintu gerbang kota Sodom dan alkitab mengatakan, Lot tetap adalah orang benar.
Lot sangat disanjung tinggi oleh orang Sodom, tetapi di dalam 2 Petrus 2:7-8 mengatakan, orang benar itu, the righteous person, yang setiap hari jiwanya sangat terganggu, disiksa melihat demikian banyak wickedness orang Sodom, dia harus lihat, harus dengar wickedness tersebut, tetapi dia tetap adalah orang yang benar. Ketika saya membaca bagian ini, ini adalah satu warning bagi orang kristen, hai orang kristen, hai jemaat GRII KG, jangan pikir karena kita orang kristen, maka kita pasti menghidupi satu hidup yang diperkenan oleh Tuhan. Sama seperti Lot dan Abraham, dua orang ini adalah dua orang yang menjalani hidup mereka dengan prinsip yang berbeda, tapi dua-duanya adalah orang yang benar. Maka ini satu warning bagi gereja dari Tuhan, masih ada kemungkinan bagi orang kristen untuk menjalani hidup mereka tidak sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan, mereka menjalankan hidup seperti Lot yaitu menjalankan hidup dengan mata jasmani bukan dengan mata rohani, and yet mereka tetap dipanggil sebagai orang benar.
Nah kita bisa melihat perbedaan hidup diantara perjalanan hidup Lot dan Abraham ini, ketika Abraham sudah ditinggalkan oleh Lot, dia akan terus-menerus menantikan pimpinan Tuhan, dia tidak bergerak sama sekali (ayat 14), dalam bagian ini Abraham benar-benar diminta oleh Tuhan, lift up your eyes, lihatlah, pandanglah ke atas, lihatlah semua yang sudah Tuhan berikan ini. Tuhan meminta Abraham untuk melihat secara figuratif kepada janji Tuhan, secara figuratif Abraham akan menikmati terus-menerus persekutuan dengan Tuhan, di tempat yang walupun sedang mengalami kekeringan tersebut. Dan dalam ayat 17 dia disuruh bergerak baru Abraham bergerak, berbeda dengan Lot, Abraham tidak bergerak sama sekali, sampai Tuhan menjelaskan kepada dia bahwa dia harus pergi. Menjalani semua negeri itu bukan satu hal yang mudah, dia menjadi seorang asing yang terus berjalan, mengalami kesulitan, berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain, pasang dan bongkar tenda, terus-menerus berjalan. Hidup kita mungkin bisa tidak mengenakkan, bisa mengalami pergumulan demi pergumulan, tetapi yang alkitab mau katakan adalah bagi Abraham, ketika dia menapaki tanah Kanaan tersebut, dia sedang mengklaim janji Tuhan satu persatu di sana.
Demikian intim hidup Abraham dengan Tuhan, tetapi Lot berbeda, setelah ini nama Lot tidak disebutkan lagi, kecuali pada hari dimana Sodom dihakimi. Karena sejak semula Lot sudah tidak mengindahkan Tuhan, dia sudah meninggalkan prinsip hidup sebagai orang yang seharusnya menjalankan semua berdasarkan mata rohani. Mungkin kira-kira 20 tahun waktu kejadian antara Kejadian 13 s/d Kejadian 19, antara ketika Lot mulai meninggalkan Abraham tersebut sampai kota Sodom dihakimi oleh Tuhan. Orang Benar ini tinggal di kota Sodom selama 20 tahun, lalu selama itu apa yang dia lakukan? Ada seorang komentator yang mengatakan bahwa dia akhirnya menjadi a sterile righteous, he's a righteous person, a sterile one, dia tidak menghasilkan buah apapun. Selama 20 tahun tidak ada satu orang pun di kota Sodom yang menjadi orang percaya karena keberadaan dia, dalam Kejadian 18 Abraham negotiate dengan Tuhan, meminta, kalau sampai ada 10 orang benar, Tuhan tidak akan menghancurkan, tetapi ternyata tidak ada, kalau Lot bisa memenangkan paling sedikit 6 orang di kota Sodom,ditambah kekuarganya, pasti Sodom tidak akan dihancurkan. Dan mungkin sekarang masih ada, tapi faktanya adalah bahkan Lot tidak bisa menghasilkan satu orang benar pun di kota Sodom, lalu selama 20 tahun tersebut apa yang Lot lakukan? Akhirnya keberadaan orang benar di kota Sodom ini tetap menghasilkan penghakiman Tuhan bagi kota Sodom.
Paling celaka bagi kita adalah kalau pada akhirnya ketika kita hidup di satu tempat, keberadaan kita bukan mendatangkan berkat Tuhan bagi orang-orang sekitar kita, tetapi tetap status quo, tidak mengalami satu perubahan apapun, malah penghakiman Tuhan harus datang. Di sini kita bisa melihat Lot menjadi orang yang dikatakan, he's a righteous person but he's a sterile righteous person yang tidak menghasilkan buah apapun. Bahkan dalam Kejadian 19, keluarga Lot dan Lot orang benar itu sangat terikat sekali dengan kota Sodom, sehingga ketika sudah mau dihakimi Lot masih belum mau keluar, sampai Tuhan harus menarik dia keluar dari kota Sodom, menarik dengan paksa. Bahkan istrinya sangat terikat sekali dengan kota Sodom, sampai akhirnya ketika kota Sodom dihancurkan, istrinya menoleh ke kota Sodom, matanya sangat menginginkan kota Sodom lebih dari apa yang Tuhan bawa ke depan, maka Tuhan langsung merubah dia menjadi tiang garam. Ada satu keterikatan, orang yang sejak semula hidup dengan mata jasmani dalam menjalani hidupnya, pasti memiliki satu keterikatan dengan jasmani yang ada di dalam dunia ini, baik kekayaan, nama, jabatan dll., ada satu keterikatan. Tetapi Abraham demikian berbeda, Abraham mengalami satu persekutuan dengan Tuhan dan dia terus belajar, Abraham bukanlah orang yang sudah sempurna, dalam perjalannnya bersama dengan Tuhan, dia mengalami up and down, mengalami pembelajaran hidup bersama dengan Tuhan.
Orang yang berjalan dengan mata jasmani dan mata rohani, bukan hanya perjalanan hidup yang berbeda, tetapi akhir hidup mereka juga berbeda. Kalau Lot tahu bahwa Tuhan sedang merencanakan kehancuran Sodom 20 tahun kemudian, Kalau Lot tahu bahwa Tuhan sedang membiarkan kota Sodom itu dihakimi 20 tahun kemudian, saya percaya Lot tidak akan pergi ke kota Sodom tersebut. Fakta bahwa kita tidak bisa melihat masa depan kita, itu justru mau menunjukan bahwa kita tidak bisa bersandar pada mata jasmani kita, karena memang kita tidak bisa melihat masa depan kita. Tetapi faktanya adalah bahwa Tuhan menetapkan segala sesuatu, Tuhan bukan hanya tahu masa depan, Dia juga sudah menetapkan segala sesuatu di masa depan. Di dalam Katekismus Westminster dikatakan, Tuhan sudah menetapkan segala sesuatu yang sudah lewat, maksudnya adalah apa yang sudah lewat itu adalah hasil dari ketetapan Tuhan, tetapi langsung disambung dengan kalimat, tapi Tuhan bukanlah penyebab dari dosa maupun kehendak bebas manusia yang direbut, karena Tuhan sudah menetapkan segala sesuatu.
Mata jasmani kita begitu terbatas sehingga kita tidak bisa melihat apa yang di depan, oleh karena itu maka kita tidak bisa lagi bersandar pada mata jasmani kita dalam menjalani hidup ini. Ada satu cerita yang benar terjadi, pada tahun 1998 ketika terjadi kerusuhan, ada dua keluarga yang merupakan pelayan di gereja, mereka mengambil satu keputusan, yang satu memutuskan pergi ke luar negeri, yang satu tetap tinggal di Indonesia. Yang menarik adalah 14 tahun kemudian, keluarga yang memutuskan tinggal di luar negeri ini, setelah 4-5 tahun hidup di sana demikian sulit, suami istri harus bekerja, anak-anaknya juga tidak mendapatkan gereja yang mendukung kerohanian mereka, tidak melayani dsb., seiring bertambahnya umur mereka, pergaulan semakin bebas dengan teman sekolah disekitarnya, semakin lama terjadi goncangan iman, akhirnya mereka mulai meninggalkan iman orang tuanya. Orang tuanya begitu sedih dan berkata pada saya, 14 tahun lalu apakah kami sudah mengambil langkah yang benar? Mungkin kalau ada kesempatan kembali pada masa 14 tahun lalu, mungkin kita tidak akan keluar dari Indonesia, toh faktanya mereka yang tidak pergi dari Indonesia pun, mereka dipelihara oleh Tuhan. Saya bukan mau mengatakan ketika kita mengalami kesulitan lalu kita pergi keluar negeri, pasti itu adalah salah, kita harus tinggal di sini, ooh tidak, bukan itu maksudnya.
Seringkali kita tidak tahu, kita baru akan melihat hasilnya bertahun-tahun kemudian dan ini yang akan Lot perhatikan, Lot baru tahu, bahwa pada akhirnya semua yang ingin dia pelihara tersebut, yang dia utamakan dalam hidupnya, kekayaan miliknya yang tidak bisa dia lepaskan, akhirnya malah hancur dan semuanya habis dibakar oleh Tuhan. Sedangkan keluarga yang tinggal di Indonesia ini, anak-anaknya sejak kecil pelayanan dalam gereja, ikut koor, dsb., terus dibentuk oleh Tuhan dan akhirnya menjadi orang yang melayani Tuhan. Seringkali mata jasmani kita menipu kita, kalau menuruti mata jasmani saya, saya lebih memilih hidup di luar negeri, semua teratur, semua tenang, tetapi mata rohani saya mengatakan tidak, saya harus melayani di Indonesia. Setiap kita memiliki pergumulan yang berbeda-beda, di sini akan terlihat kita melangkah dengan mata jasmani atau mata rohani kita? Seringkali kita tidak tahu, ketika kita melangkah, tetapi kita bisa melihat, ini adalah satu warning dalam hidup kita, what is your starting point? Kalau starting point kita menghitung untung rugi diri kita sendiri, itu sudah jadi peringatan bagi Tuhan, bagaimana dengan perjalanan hidup kita, apakah semakin lama kita semakin mengalami persekutuan dengan Tuhan atau semakin meninggalkan Tuhan? Yang akhirnya kita dihukum oleh Tuhan.
Cerita ini bukan hanya mengenai Abraham dan Lot saja, cerita ini adalah cerita mengenai dua Adam yang berbeda, Adam yang pertama dan Adam yang kedua dan yang terakhir. Lot sudah menunjukkan sebagai typify dari pada Adam yang pertama, yang melihat ada suatu hal yang indah dimata dia, sehingga dia bisa ambil untuk untung rugi, Adam pertama melihat ada delight untuk memakan buah terlarang karena dia ingin menjadi seperti Allah, Lot menunjukkan cara hidup Adam yang pertama. Sedangkan Abraham merujuk ke depan pada Adam yang kedua, dimana Adam yang kedua juga sama dengan Adam yang pertama, Kristus juga sama sedang dicobai, bahkan lebih dari Adam yang pertama. Kristus dicobai oleh setan dengan ditawarkan kekayaan dari pada dunia ini, semua akan diberikan kepada Kristus, tetapi Kristus katakan, tidak, Saya berjalan dengan mata rohani Saya. Pada akhirnya Adam kedua menyelesaikan semua yang tidak mungkin kita selesaikan di dalam hidup, oleh karena ketaatan Dia, bahkan Dia harus mati di kayu salib.
Maka ketika kita disatukan dengan Dia, Tuhan tidak lagi menuntut dari pada kita untuk hidup harus 100% sempurna tanpa dosa agar bisa menikmati berkat Tuhan, tidak. Ketika kita dipersatukan dengan Dia, maka mungkin kita adalah orang-orang seperti Lot, orang benar, tetapi masih hidup dengan mata jasmani, Tuhan masih bisa memukul kita, tetapi hal itu tidak akan membuat kita kehilangan keselamatan tersebut. Kita akan terus dibenarkan oleh Tuhan, akan terus dikuduskan oleh Tuhan sampai kita bertemu dengan Tuhan dan selama hidup inilah kita mau belajar dengan memakai mata rohani kita, kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (AS)