Kalau kita membandingkan antara catatan Lukas, Matius atau Markus, kita akan mendapatkan keanekaragaman di dalam pencatatan peristiwa-peristiwa yang ada di dalam alkitab, termasuk bagian ini yaitu Yesus yang dibaptis. Kalau kita lihat dalam bagian ini bahkan Lukas tidak tertarik untuk mencatat bahwa Yesus sedang dibaptis dan yang membaptis itu adalah Yohanes. Ayat 20, kita sudah membaca ada catatan Yohanes dalam penjara, ada keunikan perspektif waktu Lukas mencatat peristiwa baptisan Yesus ini, tidak seperti injil yang lain, yang lebih jelas dikatakan bahwa yang membaptis adalah Yohanes, bahkan Matius mencatat ada percakapan Yohanes yang merasa tidak layak untuk membaptis dsb., waktu kita membaca ayat 21, 22 kita tidak mendapati ada tokoh Yohanes di situ, jadi jelas sekali di sini Lukas mengalihkan perhatian, bukan lagi kepada Yohanes, sekarang masuk kepada Yesus, cerita Yohanes sudah betul-betul diselesaikan yaitu dia dicatat di dalam bagian yang terakhir (ini tidak harus dimengerti secara kronologis, secara ketat).
Yesus yang dibaptis adalah peristiwa yang jauh lebih penting dari pada siapa yang baptis Yesus, biasanya kalau urusan baptisan dsb., kadang kita bisa cari tangan manusia, yang baptis siapa, nanti kalau yang baptis pak Tong itu lebih sreg, begitu kan ya? Kadang ada satu tradisi gereja tertentu, kalau orang dikunjungi dan didoakan, kalau yang mengunjungi dan mendoakan bukan pendetanya sepertinya doanya kurang ada kuasa, kalau pendeta yang mendoakan sepertinya lebih ada kuasa kehadiran Tuhan. Tetapi dalam bagian ini sebetulnya tidak ada kepentingan, siapa yang membaptis, sekali lagi meskipun kita tahu bahwa ada Yohanes pembaptis yang membaptis, tapi peristiwa Yesus dibaptis, ini jauh lebih penting dari pada yang membaptis. Di dalam injil yang lain kita membaca certain ada kesulitan, karena bagaimanapun itu ada image yang bisa salah dimengerti, bahwa yang membaptis lebih besar dari yang dibaptis, sehingga injil Matius perlu mencatat adanya diskusi, Yohanes sendiri yang berkata, “masakan aku yang membaptis Engkau, sebetulnya saya yang lebih perlu dilayani oleh Engkau, tetapi kenapa kok…dst., “ lalu Yesus mengatakan, supaya tergenapilah hukum Taurat dst.
Tetapi Lukas tidak merasa ada kepentingan itu, dia langsung menggeser tokoh Yohanes pembaptis ini dan mengkonsentrasikan kepada Yesus yang dibaptis. Bahkan waktu kita membaca ayat 21 sepertinya baptisan ini common bersama dengan orang banyak yang lain, ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis, ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, di sini tentu saja ada perbedaan, selain langit yang terbuka, itu jelas sekali sangat signifikan membedakan baptisan yang dialami oleh Yesus dengan baptisan orang banyak. Sekali lagi, Lukas mau menyatakan Yesus ini sebagai karakter seseorang yang betul-betul hidup di dalam konteks Yahudi sebagaimana orang Yahudi yang lain dibaptis demikian juga Yesus dibaptis. Kita melihat satu sisi ini baptisan yang unik, sisi yang lain ada kemiripan dengan baptisan orang banyak itu dan ini versi dari pada Lukas, khususnya menggambarkan Yesus sebagaimana orang banyak dibaptis demikian juga Yesus dibaptis, menyatakan bahwa Dia betul-betul adalah manusia yang sejati sama seperti orang banyak itu, and yet waktu kita membaca di sini ada perbedaan yang khusus, bukan hanya langit terbuka, tapi Yesus dibaptis dan sedang berdoa.
Memang apa yang unik dengan berdoa? Yang lain juga bisa berdoa, indeed kalau kita melihat banyak orang juga dibaptis, sikapnya pasti sikap berdoa, begitu kan ya? Menurut perspektif Lukas ini tetap khusus dan particular, Lukas tidak mencatat, ketika seluruh orang banyak itu dibaptis dan berdoa, karena semua orang biasanya waktu dibaptis juga berdoa dan Yesus yang juga dibaptis dan juga berdoa, karena sebagaimana orang banyak juga berdoa waktu dibaptis, tidak ada catatan itu di dalam Lukas, berarti menurut Lukas, ini signifikan. Ketika Yesus dibaptis, Dia sedang berdoa, kalau kita membaca di dalam catatan injil, yang paling menekankan Yesus sebagai orang yang suka berdoa terutama adalah injil Lukas lebih dari semua injil yang lain, Lukas menggambarkan Yesus itu sebagai yang suka berdoa (bagian ini sudah pernah kita bahas). Kalau kita meneliti injil Lukas, waktu Yesus berdoa, setelah itu terjadi peristiwa-peristiwa penting (ini sedikit berbeda dengan teologi doa kita), kita biasanya berdoa kalau ada peristiwa penting. Kita menjadi orang yang didikte oleh peristiwa penting, peristiwa penting itu siapa yang mengerakkan? Mungkin orang lain, mungkin kita dipaksa masuk ke dalam setting itu, saking pentingnya mau tidak mau harus berdoa, kita menjadi orang-orang yang doanya itu didikte dan bukan doa seperti yang dikatakan di sini, doa yang menciptakan event, doa yang menciptakan sesuatu yang penting, kita boleh meneliti dalam Lukas, setelah Yesus berdoa, lalu terjadi apa?
Ketika Yesus berdoa terjadi sesuatu yaitu terbuka langit, Roh Kudus turun di dalam rupa burung merpati dan terdengar suara dari langit, Engkau AnakKu yang Kukasihi, kepadaMu Aku berkenan. “Terbuka langit” merupakan suatu motif, kalau kita boleh membandingkan, kita bisa baca dari Yesaya 64:1-4, khususnya ayat 1, sekiranya Engkau mengoyakkan langit dan Engkau turun, menarik, Yesaya menjadi satu turning point kalau kita mempelajari secara kritik motif. “Langit terbuka” di dalam PL, itu biasanya berarti penghukuman, salah satu contoh adalah air bah, langit tebuka, lalu tingkap-tingkap langit dibuka, setelah itu air bah, kan ya? Itu penghukuman, tetapi Yesaya merubah motif yang negatif itu menjadi motif yang positif, yaitu dengan mendoakan, sekiranya Engkau mengoyakkan langit dan Engkau turun, lalu menghakimi bangsa-bangsa, bukan menyatakan penghakiman kepada Israel, tapi menghakimi bangsa-bangsa dan menjadi keselamatan bagi Israel. Waktu kita membaca di dalam konteks Lukas terjadi perubahan motif lagi, waktu langit terbuka, Yesus bukan hanya menjadi berkat bagi orang Isarel, tapi juga bagi gentile, bagi bangsa-bangsa lain. Ini bukan hanya melampaui konsep atau motif langit terbuka Allah PL sebelum Yesaya, tetapi juga sekaligus melampui Yesaya, tapi sekaligus juga mengkonfirmasi apa yang dinubuatkan oleh Yesaya, karena di sini betul-betul Yesus datang dan sebagai berita keselamatan, bukan sebagai berita penghukuman.
Saya percaya gambaran ini menyatakan kekhususan Yesus yang hadir atau lahir sebagai orang Israel and therefore silsilah setelah itu, silsilah ini penafsirannya banyak sekali, mereka mempersoalkan kenapa tiba-tiba di sini ada silsilah? Posisi silsilah sebagai apa? Ini tafsiran saya pribadi, salah satu untuk mengkonfirmasikan bahwa Yesus itu betul-betul adalah orang Yahudi, karena itu jelas sekali, tetapi sisi yang lain ditarik sampai kepada anak Allah, mau menyatakan universality, bukan hanya ke-khusus-an Israel, tapi Israel dan juga sekaligus semua bangsa-bangsa yang lain, karena yang berasal dari Allah bukan hanya Israel. Kita tidak usah sampai situ, kita berhenti sampai Nuh saja, kita tahu Nuh adalah bapak dari banyak bangsa atau Abraham juga menghasilkan bukan hanya Ishak, tapi ada keturunan yang lain, tetapi di sini dibicarakan gambaran sekaligus ke-khususan Israel, Yahudi, tetapi sekaligus juga gambaran universalitas, yang bagi semua orang Yesus memang memberitakan berita keselamatan itu, "langit terbuka, Roh Kudus di dalam rupa burung merpati”, ayat 22 dalam bahasa Inggris dikatakan, the Holy Spirit descended on Him in bodily form like a dove, seperti burung merpati, in bodily form, penekanan yang jelas, ini menyatakan bahwa ini bukan satu komtemplasi, terjadi dalam dunia ide, ini bukan sesuatu subyektif yang hanya ada di dalam pikiran orang-orang tertentu, padahal tidak betul-betul riil. Bahasa ini sangat dekat dengan Yesus yang berinkarnasi, itu juga bukan hanya di dalam dunia ide, tetapi betul-betul terjadi, bisa diraba, bisa dipegang, di sini dikatakan, in bodily form, menyatakan bahwa ini bukan sekedar penglihatan, bukan a mere appearance.
Waktu kita membaca bagian ini konfirmasi bahwa Roh Kudus hadir, diserupai di dalam rupa burung merpati, bagian ini menyatakan pribadi ketiga yang turut mengkonfirmasikan peristiwa baptisan ini sebagai suatu peristiwa pentahbisan dari Yesus Kristus dan kemudian terdengar suara dari langit “Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan”. Perkataan ini mencakup tiga hal, pertama, pembicaraan tentang identitas dari Yesus Kristus, Yesus mendengar suara, setelah itu mulai pelayananNya dimulai dengan pencobaan di padang gurun. Setelah mendengar suara yang ditranfigurasi yang di atas gunung itu, yang disaksikan oleh tiga murid, lalu setelah itu Yesus naik ke Yerusalem dan Dia mati di sana. Identitas itu penting, mengawali dari pada apa yang seseorang kerjakan, khususnya tanggung jawab berat yang dipercayakan kepada seseorang, ini benar di dalam kehidupan Yesus dan benar di dalam kehidupan saudara dan saya. Untuk menghadapi tanggung jawab besar yang diberikan Tuhan di dalam kehidupan kita itu pertama, kita perlu konfirmasi, kita sendiri perlu jelas, kita sendiri perlu dukungan dan dukungan paling penting itu adalah penyataan dari Tuhan sendiri bahwa sebetulnya kita ini siapa?
Sekarang ini identitas sudah kacau balau, kalau kita ditanya siapa kita, kita menjawab dengan cara bagaimana itu menyatakan filosofi kita terhadap identitas itu bagaimana? Ada yang bertanya, bapak siapa? Kita jelaskan berdasarkan pekerjaan kita, jadi identitas kita pekerjaan kita, begitu? Bukan begitu kan? Atau identitasnya itu berdasarkan alamat rumahnya, daerah elit atau bukan? Jadi apa sih yang menjadi identitas kita? Alkitab mengatakan dengan sederhana, identitas kita itu sederhana yaitu kita itu adalah anak Allah, seperti Yesus Kristus adalah Anak Allah yang tunggal, kita anak Allah yang diadopsi di dalam Yesus Kristus. Engkaulah AnakKu, kita ini adalah anak Allah, sebelum kita memikirkan apa yang ingin kita kerjakan, apa yang akan kita achieve, apa yang akan kita raih, kita tidak bisa kehilangan pengenalan akan identitas kita, banyak orang yang kemudian di dalam kehidupannya itu akhirnya hilang identitas justru di dalam kesibukannya, hilang identitas justru di dalam pencapaian-pencapaiannya, dalam pasal 4 salah satu pencobaan kan seperti itu. Yesus dicobai untuk membangun identitasnya berdasarkan apa yang Dia sanggup kerjakan, kalau Engkau adalah Anak Allah suruhlah batu ini menjadi roti, Yesus menyuruh batu ini menjadi roti tidak ada urusannya Dia Anak Allah atau tidak, Dia adalah Anak Allah terlepas dari apakah Dia sanggup mengubah batu menjadi roti atau Dia tidak mengubah batu menjadi roti, itu tidak akan menggeser identitasnya sebagai Anak Allah. Pencobaan dari dunia adalah membuktikan identitas kita berdasarkan apa yang dicapai oleh orang tersebut, mengubah batu menjadi roti, membuktikan diri kita ini siapa?
Di sini waktu kita membaca, pada saat Bapa mengatakan, Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, tidak ada tambahan apa-apa, itu adalah konfirmasi yang diberikan Bapa. Bapa tidak mengatakan, Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, karena Aku senang sekali Engkau mengubah batu jadi roti, tidak ada istilah itu, Engkaulah AnakKu yang Kukasihi karena Engkau achieve ini dan itu, melakukan mukjizat ini dan itu, tidak ada kalimat itu. Kita jangan hanya melihat perspektif Yesus sebagai Allah yang sejati, tetapi Yesus juga Manusia yang sejati. Kalau kita hanya merenungkan Yesus dari perspektif Allah yang sejati, di sini bisa-bisa kita tidak belajar apa-apa, kita harus mengerti kalimat ini juga di dalam pengertian Yesus, pribadi yang adalah Allah dan Manusia, waktu kita memikirkan according to His human nature, kita bisa belajar sesuatu dari pada perkataan ini. Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, identitas itu berkaitan erat dengan penghayatan being love, perhatikan di sini, ini adalah perkataan Bapa, bukan Yesus yang bicara sendiri. Ada perbedaan orang yang bicara sendiri, geer, merasa dikasihi seluruh dunia, padahal tidak ada yang peduli dengan dia, tetapi dalam bagian ini tidak seperti itu, ini pengumuman dari Bapa sendiri, memang di dalam perspektif Lukas mengikuti Markus, Matius sedikit berbeda yaitu Matius memberikan ini sebagai pengumuman, bukan hanya Yesus yang mendengar, paling sedikit Yohanes pembaptis harus dengar bagian ini dan tentu saja pembaca dari Matius atau orang banyak. Tetapi dalam Lukas dan Markus ini adalah pembicaraan intens antara Bapa dan Yesus, bukan satu pengumuman.
Berarti di dalam perspektif Lukas lebih menekankan bagian ini sebagai konfirmasi dari Bapa kepada Yesus, sebagai Anak yang dikasihi. Identitas Sang Anak adalah Anak yang dikasihi, di sini Yesus membangun according to His human nature juga, bisa di share kepada saudara dan saya apa artinya menghayati true security di dalam kehidupan kita sebagai manusia? Sekuritas itu berkaitan erat dengan perasaan dikasihi, seseorang yang insecure bukan hanya karena uang-nya sedikit, lalu habis itu belanja seperti jadi kurang lincah atau kurang ada freedom, begitu ya? Ada orang itu kaya raya, suaminya kaya raya, tetapi dia somehow tetap insecure, karena dia merasa suaminya tidak mengasihinya atau anak juga bisa seperti itu, harta tidak selalu menjamin memberikan sekuritas di dalam kehidupan manusia, tetapi perasaan kasih itu melampaui. Ada banyak keluarga bahagia tidak harus kaya raya, tetapi ada perasaan security, kenapa? Karena saling mengasih satu dengan yang lain, kasih di dalam kehidupan manusia itu tidak bisa dibeli dan juga tidak bisa diganti oleh sesuatu yang lain. Dan di sini waktu kita membaca, merenungkan bagian ini, sekuritas dari Sang Anak, Yesus yang again bisa di share kepada saudara dan saya, ini dikatakan, Bapa memberitahukan, Engkau adalah Anak yang Kukasihi.
Yesus punya kekuatan dari mana, ditolak kanan kiri, kalau Dia tidak menghayati bagian ini? Yesus dihianati oleh Yudas, Petrus dsb., Dia memberitakan kebenaran tetapi di tolak sana sini? Dia punya kekuatan dari mana kalau bukan dalam bagian ini? Engkaulah AnakKu yang Kukasih, kalau tidak ada kalimat ini, saudara dan saya tidak menghayati bagian ini, kita akan cenderung untuk mencari kasih dari sesama manusia. Memang tidak harus necessary salah bagian ini, tetapi kita tahu betapa melelahkannya mencari kasih dan perhatian dari sesama manusia, karena kita sendiri tidak ada sekuritas untuk diterima oleh Tuhan sepenuhnya, being fully love accepted itu tidak ada, akhirnya kita haus penerimaan, haus kasih dari orang-orang disekitar kita. Bisa banyak sekali implikasinya, misalnya seorang anak yang bertumbuh di dalam perasaan tidak dikasihi (sebetulnya alkitab juga include aspek psikologis), akan tumbuh menjadi seorang anak yang mungkin sibuk untuk membuktikan diri, karena dia merasa dia selalu dibandingkan dengan saudaranya atau bagaimana, dan dia sebagai orang yang dianggap loser dst., akhirnya tumbuh di dalam psikologis yang tidak karu-karuan. Karena dia tidak ada jaminan bahwa dia dikasihi oleh orang tuanya, mungkin orang tuanya salah mendidik juga, mereka berpikir kamu harus berhasil dulu baru setelah itu mama papa akan mengasihi kamu, begitu kan? Manusia banyak berpikir bahwa dia harus achieve something dulu baru dia mendapatkan penerimaan, baru dia mendapatkan kasih, orang yang bertumbuh di dalam tekanan seperti ini, either consciously atau unconsciously, dia lupa bahwa dia adalah orang yang dikasihi sepenuhnya oleh Allah, ini kan berita reformatoris yang kita terima?
Kita bukan saleh enough karena itu Yesus mati untuk kita, bukan, kita ini bukan karena kita berhasil doing good works yang so impressive dihadapan Tuhan sampai Tuhan itu begitu terharu dan mengasihi kita, itu bukan yang kita pelajari dari kaum reformator kan? Bukan, itu tidak ada dalam tulisan Calvin, Luther dsb., tetapi yang mereka tekankan adalah sebelum bahkan kita sanggup untuk berbuat baik, Tuhan terlebih dahulu mengasihi kita, kasih Tuhan itu memampukan kita untuk berbuat baik yang berkenan kepada Tuhan. Sekali lagi, Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, ini adalah identitas dan penghayatan dikasihi oleh Tuhan sehingga Yesus tidak perlu menjilat manusia, sehingga Yesus tidak perlu mencari muka manusia, sehingga Yesus tidak perlu mencari perhatian, cinta kasih daripada manusia, Dia bahkan sampai bisa mengorbankan diriNya demikian, karena Dia secure, Dia dikasihi sepenuhnya oleh Bapa yang di sorga.
Dan kepadaMulah Aku berkenan, ini juga bisa kita kaitkan dengan security acceptance dsb., mungkin ini lebih berkait dengan security, kalau yang kasih tadi lebih berkaitan dengan acceptance. KepadaMu Aku berkenan, karena Yesus tidak mencari kasih dari manusia, coba kita perhatikan, saya tidak mau disalah mengerti lalu masuk ke dalam penghayatan yang radikal di dalam pengertian Yesus menolak semua bentuk cinta kasih dari manusia manapun, itu ekstrim, bukan seperti itu. Karena kita tahu ada saat-saat dimana Yesus membiarkan diriNya juga dilayani oleh murid-muridNya, kita tahu itu, kita tidak boleh masuk ke dalam spiritualitas yang aneh ini, kita bilang saya rest assure di dalam cinta kasih Tuhan, jadi semua orang tidak usah mengasihi saya, kalau seperti ini nanti kita akan capek dalam hidup ini, karena ada waktunya juga kita untuk dikasihi oleh sesama kita, tetapi kita terima itu sebagai kasih yang dari Tuhan. Kembali lagi, kepadaMu Aku berkenan, karena Yesus tidak mencari kasih, perhatian, popularitas dari manusia, maka Dia bisa berkonsentrasi satu yaitu memperkenan hati Tuhan, memperkenan BapaNya yang di surga.
Kierkegaard mengatakan kalimat yang penting, purity is to will one thing, ya ini that one thing yaitu menyenangkan hati Tuhan, to praise God only, menyenangkan Tuhan saja. Orang yang di dalam kehidupan seperti ini akan betul-betul menjalani rencana yang Tuhan kehendaki di dalam kehidupannya, bukan hanya itu, kalau kembali ke pasal 2, bahkan juga dikasihi oleh manusia, seperti Yesus yang dicatat di dalam Lukas 2:52. Orang yang hidup memperkenan Allah juga dikasihi oleh manusia, itu perspektif Lukas, seperti juga dalam Kisah Para Rasul, jemaat mula-mula hidup memperkenan Allah dan mereka makin disukai semua orang. Jadi gambaran yang selalu mengatakan, kalau kita memperkenan Allah, kita dibenci semua orang, kita mungkin perlu koreksi, jangan-jangan kita dibenci semua orang karena kita juga tidak terlalu memperkenan Allah. Makanya waktu setiap kita hadir, orang lain merasa sangat terganggu dengan kehadiran kita, karena kita tidak seperti Allah, jangan selalu bikin karikatur bahwa orang yang semakin memperkenan Allah itu semakin tidak diterima oleh siapapun. Lalu kita memakai cerita Atanasius dsb., kita tahu cerita itu, pergumulan dalam doktrin Allah Tritunggal, meskipun seluruh dunia melawan saya, saya tetap akan berperang dengan seluruh dunia dsb., itu memang menarik juga, being alone with God, tetapi itu tidak bisa jadi pattern di dalam kehidupan kita. Mentang-mentang kalau dunia tidak senang kepada kita, semua orang tidak senang dengan kita bahkan sesama orang percaya tidak senang kepada kita, lalu kita bilang, inilah buktinya konfirmasi bahwa saya hidup semakin berkenan kepada Allah, mungkin tidak, mungkin justru kita hidup tidak berkenan kepada Allah, makanya kita tidak disukai oleh manusia. Ini ada aspek christian humanism yang jarang sekali dibahas, mungkin juga jarang dibahas di dalam teologi reformed, karena teosentris seringkali dibenturkan selalu dengan aspek horisontal yang positif, begitu kan ya? Sepertinya semakin teosentris, horisontal semakin rusak, tetapi itu karikatur, tidak ada ajaran itu di dalam alkitab, kalau adapun itu partial dan kita tidak bisa naikkan menjadi satu doktrin yang absolut, bahwa setiap orang yang semakin memperkenan Tuhan akan dibenci oleh siapapun, tidak juga, karena alkitab mencatat Yesus semakin dikasihi oleh Allah dan manusia.
Motivasi Yesus bukan untuk disukai oleh banyak orang, ada pembedaan dengan tujuan dan akibat, Yesus memperkenan BapaNya yang di surga, orang banyak makin menyukai Dia, itu akibat, bukan tujuan yang Yesus kejar. Ada orang-orang yang diperkenan juga oleh Tuhan dan memperkenan Tuhan juga akan menyukai Yesus, meskipun dalam hati mereka juga ada kesalnya, kenapa orang ini bicara jujur tentang saya, tapi mau tidak mau orang itu bisa membedakan mana yang mengatakan kalimat-kalimat yang betul-betul membawa manusia kepada pengenalan diri dan mana kalimat-kalimat yang membawa manusia kepada distorted self knowledge, yang tidak membawa kepada pengenalan diri. Kalimat-kalimat itu bisa manis sekali, bisa sangat menyenangkan, bisa sangat menggiurkan, tetapi sebetulnya tidak membawa orang kemana-mana dan manusia yang masih mempunyai kepekaan di dalam hati nuraninya, dia bisa membedakan kalimat-kalimat itu. Orang sering mengatakan, obat itu pahit, kalau obat untuk anak kecil itu bisa tidak pahit, karena ada banyak rasa, tetapi kalau orang dewasa tidak perlu minta obat yang manis-manis itu, yang pahit tetapi betul-betul sesuai dengan diagnosa yang menyatakan kebutuhan kita. Sama juga di dalam dunia rohani, kalau kita bertumbuh dewasa, kita tidak perlu coating yang manis-manis rasa jeruk dll., tidak perlu, tidak perlu dikemas-kemas sedemikin rupa, tidak perlu, karena kita orang dewasa, kecuali kita tidak bertumbuh. Kalau kita tidak bertumbuh, dikasih tahu langsung yang pahit, langsung tersinggung, sepertinya orang ini mengganggu ketenangan saya, itu anak kecil, bukan orang dewasa. Yesus jelas identitasnya, Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, full acceptance dari Bapa dan kepadaMu Aku berkenan, secure seumur hidupNya karena Dia hanya menyenangkan Bapa.
Terakhir tentang silsilah, ini mau menyatakan tentang Yesus yang masuk line orang Yahudi sejati dan juga sekaligus adalah mewakili manusi secara universal, bukan hanya orang Yahudi, particular, exclusive hanya Yahudi, tetapi juga sekaligus bisa ditarik sampai kepada anak Allah. Di sini waktu mengatakan anak Allah, kita kan tahu istilah anak Allah ini bukan di dalam pengertian Anak Allah yang tunggal, karena ditarik dari anak Nuh, anak Lamekh, anak Metusalah, anak Henokh….., anak Adam, anak Allah, apa maksudnya? Waktu dikatakan Yesus itu adalah anak Allah khususnya di dalam pasal 3 ayat terakhir, mau dinyatakan Yesus sebagai anak Allah sebagaimana yang lain juga adalah anak Allah, jangan kita menyatakan ini sebagai liberal bahwa Yesus tidak ada ke-khususannya kalau disebut anak Allah sama dengan yang lain. Tetapi justru keunikan dari pada Lukas waktu mencatat silsilah ini adalah mau menyatakan bagian itu, justru tidak ada ke-khususannya yang ditekankan, tetapi bukan berarti Lukas tidak percaya bahwa Yesus itu punya ke-khususan sebagai Anak Allah yang tunggal, tentu saja tidak, Lukas jadi liberal kalau seperti itu.
Waktu di sini Yesus disebut anak Allah, ternyata ini bukan dalam perspektif Yesus Anak Allah yang tunggal saja, sehingga setelah itu kita katakan, good for you not good for me, anda beruntung anda adalah anak tunggal tapi saya ternyata tidak, saya ternyata adalah sekedar anak adopsi, sehingga ayat 22 juga tidak bisa berlaku untuk saya, karena ini hanya berlaku untuk Anak tunggal Allah. Tidak, Lukas mempresentasikan sedemikian rupa dengan mengatakan Yesus sebagai anak Allah di dalam kaitan seluruh manusia adalah anak Allah. Ayat 22 juga bisa dihayati di dalam kehidupan saudara dan saya, “Engkau AnakKu yang Kukasihi, kepadaMu Aku berkenan”, ini bukan sekedar pembicaraan inklusif antara Bapa dan Anak, yang kita hanya bisa melongo saja, tidak, bahkan Roh Kudus yang turun pun diberikan juga kepada umat Allah, peristiwa pentakosta itu apa ya? Roh Kudus yang turun, bukan hanya di dalam rupa burung merpati yang di atasnya tetapi betul-betul masuk ke dalam hati orang yang percaya (peristiwa pentakosta) dan ini diantisipasi di dalam kehidupan Yesus Kristus, satu model, bahwa nanti Israel akan mengalami ini, Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan, tetapi sekali lagi, not without repentance, bukan tanpa pertobatan.
Selain kebelakang, kita percaya silsilah ini saya percaya ada kaitannya dengan peristiwa pencobaan di padang gurun, kalau kita membaca perspektif Matius, Markus, Lukas, di situ kita bisa membandingkan, ada perbedaan di dalam mengolah cerita pencobaan di padang gurun. Waktu di situ disebut anak Adam, anak Allah di situ kita melihat tarikannya kan kembali ke atas, biasanya orang membuat silsilah kan dari atas ke bawah, tetapi kita melihat di sini mulai dari bawah setelah itu ke atas, anak Allah dan sebelum anak Allah kita mendapat istilah anak Adam, lalu setelah itu masuk kepada peristiwa pencobaan di padang gurun. Waktu kita membandingkan bagian ini, Lukas bukan seperti Paulus yang membawakan konsep second Adam, kita tidak boleh membaca Lukas berdasarkan Paulus, keunikan biblical theology itu seperti ini, kalau kita tidak belajar perbedaan perspektif ini akhirnya semua buat kita sih sama saja. Ini bukan different personality of Jesus, tetapi Yesus yang satu dan sama, but true different perspective, kalau kita membaca di sini ada gambaran yang universal, Adam adalah anak Allah, Yesus adalah anak Allah, istilah Adam itu artinya kan manusia? Manusia itu adalah anak Allah, nah ini di dalam pengertian yang universal, bukan di dalam pengertian yang seringkali kita bicarakan dalam teologi injili, saving grace, orang yang percaya diselamatkan, dia adalah anak Allah, yang tidak percaya berarti bukan anak Allah, ini bukan anak Allah dalam pengertian itu, tetapi anak Allah dalam pengertian yang universal.
Dan Adam sebagai anak Allah gagal di dalam pencobaan, tetapi Yesus taat, jadi meskipun bukan di dalam konsep first Adam, second Adam, tapi komparasi ini jelas sekali, sedikitnya di dalam pengertian tipologis-tipologis Adam Kristus, waktu kita membaca di dalam pencobaan di padang gurun. Setelah Yesus selesai di baptis, Dia yang penuh dengan Roh Kudus, dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk dicobai. Baptisan setelah itu pencobaan, nah struktur ini yang tidak dihindari oleh penginjil manapun yang mencatatnya, baik itu Markus, Matius, kita akan mendapati struktur ini dan so close, baptisan pencobaan. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (AS)
Gereja Reformed Injili Indonesia Jemaat Kelapa Gading