Waktu saya merenungkan apa tujuan hidup manusia, sebenarnya waktu kita lahir apakah kita langsung sudah tahu tujuan hidup kita? Kalau sekarang kita ditanya, apa tujuan hidupmu? Mungkin sebagian besar dari kita bisa jawab, tapi mungkin juga ada sebagian dari kita tidak bisa jawab, ada yang masih bergumul tentang tujuan hidup. Untuk apa saya hidup, saya sendiri tidak mengerti, tetapi sebetulnya itu yang benar, artinya orang hadir di dunia ini tidak mengerti harus apa dan mau apa?
Sejak kecil kita sudah diajar untuk tertarik dengan dunia, dunia yang menawarkan keindahan-keindahan dan kesenangan-kesenangan, wah… mulai belajar jalan, belajar bicara, belajar coret-coret dsb., hidup penuh dengan sukacita dan permainan-permainan, lalu sekarang banyak ditawarkan permainan anak yang bermacam-macam, inilah hidup. Lalu dari kecil kita merasa, inilah hidup yang menyenangkan, tetapi ternyata tidak selalu menyenangkan dan menggembirakan, waktunya sekolah wah… harus belajar, ternyata kertas yang kita coret-coret, kita sobek-sobek….eeh.. tenryata ada kertas penting yang tidak boleh dicoret, tidak boleh disobek yaitu kertas lembaran uang.
Waktu anak kita mau mencoret uang 100 ribu kita berkata, eh.. jangan, ini kertas berharga… anak kecil tidak mengerti bahwa uang kertas itu berharga, baginya semua kertas sama saja, tidak mengerti. lalu waktu anak kita ajak ke supermarket, dia minta ini, minta itu, lalu kertas berharga kita keluarkan, anak kita baru mengerti… ooh… kertas ini bisa ditukar sama mainan dll., barulah anak kita memahami pentingnya uang. Lalu orang tua kita juga mengajarkan bahwa uang ini penting, kalau kamu tidak punya uang, kamu tidak bisa dapat apa-apa…. oooh gitu ya… dan itu tertanam di dalam pikiran kita bahwa uang itu yang berarti, lalu akhirnya kita baru memikirkan dan diajar oleh orang tua kita, kamu harus sekolah, hidup bukan hanya untuk bermain, hidup harus sekolah supaya pintar. Lalu ketika melihat anak kecil yang mengemis, kita berkata, lihat mereka itu tidak sekolah, akhirnya jadi pengemis, mau seperti itu? Ya tidak mau, makanya harus sekolah.
Kita terus diajar mengenai nilai-nilai, kamu harus sekolah agar pintar, setelah pintar apa? Cari uang, kalau punya uang, kita bisa memakai uang ini untuk segala sesuatu yang kita ingini, kalau kamu tidak punya uang, kamu tidak bisa apa-apa. Maka tertanamlah dalam pikiran kita dan nilai hidup kita, yang namanya berarti, yang namanya bernilai adalah uang dan mungkin 90% dalam hidup manusia ini di dunia ini tujuannya adalah cari uang, karena sudah ditanamkan sejak kecil. Sehingga sebetulnya hidup manusia tanpa sadar sudah melupakan Sang Pencipta yang memberi dia hidup.
Rasul Paulus adalah salah satu contoh orang yang dibentuk oleh Tuhan secara luar biasa, sampai mengenal apa sebenarnya merupakan nilai terdalam dalam hidup manusia, apa sesungguhnya yang dicari oleh manusia. Dari orang-orang kebanyakan cari uang, ada orang-orang tertentu yang jumlahnya tidak banyak, yang melihat kepada nilai-nilai yang selain uang ada nilai yang lebih dari pada itu dan itu bukan orang kristen. Orang-orang yang menjadi pemimpin agama, bahkan orang yang menjadi teroris (mereka ini juga memiliki visi), mereka memikirkan satu nilai yang lebih dari uang, yang mereka perjuangkan dengan segala resiko yang harus mereka hadapi.
Alkitab berkata, where there is no vision the people perish, jika tidak ada visi manusia akan binasa, di dalam bahasa Indonesia, jika tidak ada visi, tidak ada penglihatan, maka liarlah manusia itu (Amsal 29:18), tidak tahu dia mau kemana dan tidak tahu apa yang mau dia kerjakan. Manusia sudah condong hedonis, hedonis adalah ya nikmati saja hidup ini, enjoy saja, hidup hanya sementara mau apalagi (tetapi hidup sementara pun dilupakan), tidak, kita hidup memang untuk menikmati. Apakah hidupmu hanya untuk uang? Sebelum saya bertobat, tujuan hidup saya pun adalah untuk menjadi orang yang kaya raya, cari uang sebanyak mungkin, pada waktu saya bertobat, tujuan hidup saya semua habis, saya baru memahami arti hidup yang sebenarnya. Saya baru mengenal Allah adalah Allah yang hidup, Allah yang berkarya, Allah yang mempunyai tujuan. Manusia tidak hidup secara kebetulan dan apalagi kita yang sudah diperkenalkan akan Yesus sebagai Tuhan, Allah yang menjadi manusia.
Apa arti dan tujuan hidup manusia? Karena itu rasul Paulus membagikan di dalam 2 Timotius 4:1-8, yang sudah kita baca. Berbicara soal tujuan hidup, Tuhan Yesus sendiri sebetulnya sudah mengatakan satu kebenaran yang sangat mendasar kepada kita, “jangan kuatir akan apa yang kamu makan atau apa yang kamu minum atau apa yang kamu pakai, karena hidup lebih penting dari makanan, tubuh lebih penting dari pakaian”. Bagian ini mau menunjukkan, hal yang primer dan hal yang sekunder, orang-orang sudah terbalik, membuat yang primer jadi sekunder, yang sekunder jadi primer. Orang-orang mau berjuang dan mengutakaman untuk yang namanya makanan, minuman dan pakaian, itu yang terutama dalam hidup. Memang makanan, minuman, pakaian itu adalah simbol semua yang dicari oleh manusia yaitu uang, harta, fasilitas hidup.
Apa arti hidup lebih penting dari makanan? Artinya adalah meskipun kita punya makanan, tapi kalau kita tidak punya hidup, itu tidak ada gunanya, kalau kita punya banyak pakaian, tapi kita tidak punya tubuh, itu juga tidak ada gunanya dan penekanannya adalah hidup dan tubuh itu dari mana? Jawabannya adalah dari Tuhan, itu merupakan anugerah dari Tuhan. Kalau saudara dan saya bisa hidup, ini benar-benar adalah anugerah Tuhan, jadi jangan meremehkan hidup itu, karena kita tidak bisa menciptakan hidup, ini mau membuktikan akan anugerah Tuhan.
Hidup lebih penting dari makanan, seringkali kita membalik hal ini, makanan penting sekali, hidup itu malah kita remehkan. Dan Tuhan Yesus mengatakan, jangan kamu kuatir akan makanan, minuman, pakaian, kenapa? Karena itu dicari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Orang yang orientasi hidupnya hanya makanan, minuman, pakaian, itu adalah orang-orang yang hanya berorientasi di dunia ini saja. Dan orang yang orientasinya di dunia ini saja, itu sama seperti bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Karena itu, kalau kekristenan orientasinya saya menyembah Tuhan demi saya bisa makan, minum, pakaian dan demi fasilitas, hidup kaya, sukses dsb., kalau kita menyembah Tuhan karena tujuan seperti itu, sebenarnya kita tidak berbeda dengan orang kafir. Hanya ada embel-embel Tuhan untuk saya bisa mencapai apa yang saya mau tuju.
Sebenarnya itu adalah spirit paganisme, spirit penyembahan berhala, saya memperalat Tuhan untuk kesuksesan saya, supaya saya bisa kaya, supaya apa yang saya inginkan berhasil. Maka saya yakin, dalam perenungan ini banyak gereja-gereja yang justru bukan mengantar orang kepada Tuhan yang benar, tetapi mengantar kepada tuhan yang adalah berhala. Karena orientasi hidupnya hanya untuk kepentingan diri sendiri, tanpa sadar kita seringkali juga seperti itu. Mari kita renungkan baik-baik dan kembali lepada visi, where there is no vision the people perish, jika tidak ada visi, manusia akan hancur, manusia tidak tahu tujuan hidupnya mau kemana.
Pada saat kita lahir, kalau kita bisa langsung berbicara dan ditanya, apa tujuan kita dilahirkan? Dan kita harus tahu itu, bahwa kita lahir di dunia yang bukan milik kita. Banyak orang lupa, merasa ketika lahir di dunia ini, dunia ini miliknya, bukan, ini adalah dunia asing bagi kita, sebagai ilustrasi fantasi saya, saudara dan saya ini adalah mahluk-mahluk luar angkasa yang mendarat di bumi ini dan kendaraan kita adalah rahim ibu kita. Jadi rahim itu kita umpamakan kendaraan luar angkasa kita dan kendaraan ini mendarat di bumi ini, dan bumi ini diberitahu bahwa bumi ini bukan milik anda, this world is not my home, this is my Father’s world. Bagi orang-orang yang sudah bertobat, sadarilah bahwa kita sudah mendarat di bumi yang merupakan milik Bapa anda, milik Bapa di sorga.
Maka sebenarnya yang mempunya tujuan hidup itu bukan kita, yang mempunyai tujuan hidup, yang mempunyai tujuan kita mendarat di bumi ini adalah Allah yang sudah menciptakan kita dan membuat kita mendarat di bumi ini untuk menjalankan maksud-maksud Allah, bukan menjalankan maksud kita. Di dalam katekismus singkat wesminster sangat jelas dalam pertanyaan pertama, apakah tujuan hidup manusia? Tujuan hidup manusia adalah mempermuliakan Allah dan menikmati hidup bersama dalam anugerahNya.
Pada saat saya merenungkan bagian ini, saya benar-benar menyadari saya ini siapa dan kenapa saya hadir di dunia ini? Siapa yang menciptakan saya? Pada saat seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya akan menyadari benar-benar bahwa hidupnya bukan dari dirinya, hidupnya dari Allah dan hidup yang dari Allah ini, didaratkan di dunia ini dengan maksud-maksud Allah, bukan maksud-maksud saya.
Pada saat seseorang tidak mengerti untuk apa dia lahir, pada saat seseorang tidak tahu bahwa dia diciptakan Allah, pada saat dia tidak tahu dan mengenal siapa Allah yang sedang mengutus dia datang ke dunia ini mau apa? Maka manusia akan membuat mainan-mainan sendiri, menyibukkan diri sendiri dengan kegiatan-kegiatan dan aktivitas-aktivitas dan dia mengangap bahwa itulah arti hidup, dengan segala mainan-mainan dan kesibukan-kesibukan ini. Itu hidup apa? Itu hidup yang penuh dengan kesibukan dan hidup dengan mainan yang menarik. Apa sih yang berharga itu, ya kalau bisa memiliki mobil yang mahal, inilah manusia yang hebat.
Ya memang sejak kecil kita sudah senang dengan mainan-mainan, semakin besar minta mobil-mobilan, setelah semakin besar bukan mobil-mobilan tapi mobil sungguhan, ini mainan baru yang lebih menarik, lalu mainan apa lagi, oh semuanya penuh dengan mainan dan itulah arti hidup, menikmati mainan-mainan itu, dan melupakan Sang Pencipta. Mari kita merenungkan baik-baik, rasul Paulus benar-benar menyadari akan kebenaran nilai hidup yang tidak main-main. Rasul Paulus benar-benar menyadari hidup itu untuk apa dan untuk siapa?
Saya seringkali khotbah tentang kematian, jemaat saya bilang, jangan bicara kematian pak, nanti mati sungguhan, lalu saya bilang, meskipun tidak berbicara kematian, pasti akan mati sungguhan. Bagi saya, mati atau tidak mati bukan urusan saya, itu urusan Tuhan, urusan saya adalah memberitakan kebenaran. Sewaktu-waktu kita pasti akan dipanggil Tuhan, jadi apa tujuan hidup kita, apa nilai hidup kita? Rasul Paulus menulis dalam Roma 14:7-9, dan itu juga menjadi pegangan dan perjuangan hidup saya dan juga kita semua sebagai orang percaya saat ini, nats ini jangan dilepaskan dari hidup kita (bukan berarti ayat lain tidak penting, bukan, tapi bagian ini mau menunjukkan nilai, arti hidup bagi manusia).
Tidak ada seorang pun yang hidup untuk dirinya sendiri, tidak ada seorang pun yang mati untuk dirinya sendiri, kalau dia hidup, dia hidup untuk Tuhan kalau dia mati, dia mati untuk Tuhan. Seperti ada seorang komunis yang berkata kepada saya, saya dulu ketika masih komunis hidup bukan untuk diri sendiri, saya hidup untuk komunis, mati, hidup berjuang demi komunis. Sekarang setelah saya ikut Tuhan, seperti dulu saya berani hidup dan mati untuk komunis, sekarang saya berani mengorbankan hidup saya untuk Tuhan. Kalau seorang komunis saja berani mati untuk komunis, kita yang mengaku kristen tidak berani mati untuk Tuhan, berarti omong kosong kita ikut Tuhan.
Dan inilah yang dilakukan oleh rasul Paulus, dia berkata, aku sudah meneteskan darah penghabisan, aku sudah hampir mati, waktu rasul Paulus mengatakan itu, dia sedang dalam penjara dan memang penjara zaman itu begitu mengerikan. Paulus ditangkap dan dipenjara, dia merasa bahwa hidupnya sudah mau berakhir, tetapi dia tidak kecewa sama sekali. Kalau kita bayangkan, orang-orang yang ada di dalam penjara itu sangat tidak enak dan perjuangan mereka itu apa? Perjuangan mereka adalah ingin bebas dari penjara.
Apa yang diperjuangkan Paulus saat dia dipenjara? Paulus tidak pernah berpikir bagaimana saya bebas dari penjara, yang dipikirkan Paulus adalah bagaimana kita bisa memberitakan kebenaran di tengah-tengah dunia yang telinganya sudah tidak mau mendengar kebenaran. Telinganya hanya mau mendengar kepuasan bagi dirinya sendiri, karena itu siap sedialah dalam segala waktu untuk memberitakan kebenaran (ini bagian yang lebih fokus), kalau tadi manusia lahir mau apa?
Tetapi kalau kita sadar bahwa kita diciptakan Tuhan, hidup kita adalah hidup dari Tuhan, tubuh kita adalah tubuh dari Tuhan dan semuanya ini adalah pinjaman, semuanya ini hanya sementara, semua ini hanya titipan lalu Tuhan mau apa dengan semua yang Tuhan titipkan kepadaku? Saya mengutip bagian ini dari seorang seniman, W.S Rendra – saya bukan mau mengatakan bahwa ini menjadi standard bagi kekristenan, tidak. Saya hanya memikirkan, kalau yang bukan kristen saja memikirkan hal seperti ini, lalu orang yang namanya kristen malah tidak memikirkan hal ini, itu malah memalukan. W.S Rendra mengatakan, rumahku, mobilku, hartaku, istri dan anak-anakku, semua titipan Tuhan, tetapi satu hal yang tidak pernah saya bertanya kepada Sang Pencipta yaitu apa maksud Tuhan menitipkan semuanya ini kepadaku?
Dia juga mengatakan hal yang begitu dalam ketika saya renungkan, pada saat titipan itu diambil, saya mengatakannya sebagai musibah, padahal yang menitipkan kalua dia mau ambil, itu haknya yang menitipkan, ini persis seperti kata-kata Ayub, Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil. Dan kenapa pada saat Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil saya katakan itu sebagai musibah? Sebenarnya sama sekali saya tidak boleh mengucapkan hal ini sebagai musibah, saya juga tidak boleh marah kepada Sang Pencipta yang menitipkan semuanya ini kepadaku dan pada saat Dia mau mengambilnya kembali, saya tidak boleh menuduh Allah jahat dsb., karena Dia berhak untuk melakukan itu.
Rasul Paulus menyempurnakan konsep ini dengan mengatakan, tidak ada seorangpun yang hidup bagi dirinya sendiri dan tidak ada seorangpun yang mati bagi dirinya sendiri. kalau dia hidup, dia hidup bagi Tuhan, karena hidupnya memang dari Tuhan, kalau dia mati, dia mati bagi Tuhan. Karena Tuhan memang memberi hidup kepada dia untuk melaksanakan apa yang menjadi rencana Tuhan, dia bukan melaksanakan apa yang menjadi rencananya. Seorang pengusaha yang kelihatannya rohani mengatakan, saudara-saudara, puji Tuhan, perusahaan kita bisa berhasil, semua ini karena apa? Karena kita mengikutsertakan Tuhan di dalam mendukung usaha dan tujuan perusahaan ini, kelihatannya kata-kata ini bagus dan rohani sekali, saya bisa katakan, kalimat ini salah 100%.
Kenapa salah? Karena Tuhan hanya dijadikan ikut serta, Tuhan hanya dijadikan tambal butuh, ayo Tuhan, saya punya tujuan ini, Tuhan sertai saya, Tuhan dukung saya, jadi Tuhan itu hanya dibuat embel-embel, Tuhan hanya disuruh ikut serta maunya saya. Saya yang punya mau, Tuhan yang ikut saya, apa benar seperti itu? Ini salah besar, yang punya rencana terhadap dunia yang diciptakan, yang punya rencana terhadap saudara dan saya adalah Allah. Maka seharusnya bukan Tuhan yang ikut rencana saya, tapi saya yang harus belajar ikut rencana Tuhan. Bukan saya mengikutsertakan Tuhan di dalam menggenapi rencana saya, tetapi saya diikutsertakan Tuhan di dalam menggenapi rencanaNya.
Kita seringkali memperalat Tuhan untuk menggenapi rencana kita, seharusnya kita adalah alat Tuhan untuk menggenapi rencanaNya dan itu yang disadari oleh rasul Paulus. Semua yang Tuhan rencanakan itu digenapkan melalui hidupku, aku sudah mencapai titik darah penghabisan dan aku sudah melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Mari dalam kehidupan ini kita benar-benar sadar, this is my Father’s world, ini bukan duniaku, ini dunia Bapaku dan aku dihadirkan dalam dunia Bapaku untuk menjalankan maksud-maksud Bapaku. Dunia ini bukan rumahku, aku hanya mampir sementara saja, kata-kata ini tidak bermaksud membuat kita tidak memiliki ambisi hidup, tidak seperti itu. Ini bukan satu khotbath yang membuat kita pesimis, aah… tidak ada yang buat diri kita sendiri, buat apa berjuang yang bukan untuk diri kita sendiri…. aaah semua untuk Tuhan, laah… untuk saya mana? Kenapa kok semuanya untuk Tuhan? Jadi apa gunanya hidup kalau semuanya untuk Tuhan, untuk saya mana?
Banyak orang yang berpikir seperti itu, itu pemikiran yang salah besar, kenapa? Karena nilai hidup yang tertinggi justru bukan hidup untuk aku, nilai hidup yang tertinggi adalah hidup bagi Allah, hidup bagi kemuliaanNya. Karena memang kita diciptakan untuk kemuliaanNya, saudara dan saya diciptakan bukan untuk berhawa nafsu memikirkan kepentingan diri sendiri. Apa yang ingin Allah mau kerjakan dalam dunia ini, itu sudah ada jawabannya di dalam alkitab, hanya manusia itu lupa dan manusia itu tidak peduli urusan Allah di dunia ini. Urusan atau misi Allah di dunia ini apa? Urusan atau misi Kerajaan Allah.
Saya juga terus merenungkan, sebetulnya hidup ini apa sih? Hidup ini bergulir terus dari generasi ke generasi, lalu hidup ini apa sih? Manusia yang lalu sudah tidak ada lagi, sekarang sudah digantikan oleh saudara dan saya di sini, tetapi nanti puluhan tahun lagi saudara dan saya juga akan lenyap, dan digantikan generasi yang selanjutnya. Pertanyaannya, mau apa saudara dan saya hidup dalam dunia yang sementara ini dan yang akan bergulir terus? Jawabannya hanya satu, misi Kerajaan Allah, karena Allah memang adalah Raja, Dia yang berkuasa, Dia yang punya rencana, Dia yang menciptakan, hidup kita berada di sini untuk menjalankan misi Kerajaan Allah. Dan hal itu selalu kita doakan di dalam doa Bapa kami, ketika kita berdoa datanglah KerajaanMu, artinya apa? Dunia ini memang adalah dunia milik Kerajaan Allah dan dunia yang adalah milik Kerajaan Allah, maka jadilah kehendakMu, bukan kehendak saya. Biarlah ini menjadi komitmen saudara dan saya, mengerti visi Kerajaan Allah, kiranya ini boleh menjadi berkat bagi kita semua. Amin.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (AS)
Baca: 2 Timotius 4:1-8