Dalam surat Paulus kepada Timotius hal utama yang Paulus inginkan untuk Timotius lakukan adalah doa, artinya kita bisa mengenal satu hal, ini bukan masalah urutan, ini maslah prioritas, apa yang menjadi prioritas dalam sebuah gereja bagi Paulus? Doa, bagaimana dengan kita hari ini? Apakah hari ini doa syafaat menjadi satu prioritas dalam gereja? Kalau hari ini kita cari gereja, baik tempat ini atau tempat lain, kita akan mencari gereja yang kriteria seperti apa? Kita tahu ada orang kristen yang mementingkan gaya ibadah, yang ada sekolah minggu atau yang sedikit agak rohani, saya mau gereja yang firman Tuhan-nya kuat, sepertinya sangat mulia, kelihatan reformed, tetapi apakah ada dari antara kita yang seperti Paulus, yang ketika kita cari gereja, kita berkata, saya mencari gereja yang menekankan kehidupan doa yang kuat? Apakah ada dari kita yang seperti itu? Inilah yang Paulus katakan, Timotius nasehatku yang paling utama, yang kamu harus lakukan, yang kalau misalnya hal-hal lain kamu kesulitan sehingga kamu harus kompromi satu atau dua hal, kamu jangan kompromi yang satu ini, inilah yang terutama, DOA, biarlah ada satu doa dalam gereja ini. Mungkin kita bisa bilang, yaah itu kan karena Paulus sudah tahu, Timotius itu pasti mementingkan firman Tuhan, itu sebabnya dia tidak sebut-sebut, bukan karena firman Tuhan bukan yang terutama, tetapi karena Paulus sudah tahu Timotius tahu itu, ini kan bukan surat ke orang awam, cukup save dong untuk kita mengasumsikan bahwa Timotius tahu bahwa firman Tuhan itu yang terpenting, ya mungkin saja.
Tetapi coba kita lihat dalam seluruh alkitab, mulai dari PL, apa yang PL katakan mengenai doa? Seluruh PL itu basically mengulang-ulang satu pattern yang sama, pattern-nya adalah umat Allah itu berdosa, umat Allah itu kompromi, umat Allah itu berulang kali jatuh ke dalam satu periode kemandekan rohani, biasanya penyembahan berhala atau mereka kompromi terhadap budaya-budaya sekitarnya dsb., intinya mereka menyeleweng dan setelah itu ada pembalikan arah, ada satu revival, ada pemimpin baru yang dibangkitkan, ada pembaruan dan seringkali mereka memakai pembaruan covenant dihadapan Tuhan. Yang menarik adalah kalau kita perhatikan revival-revival ini, ada yang terjadi di dalam kebaktian raya, seperti pembaruah covenant di zaman Ezra dan Nehemia, ada pemimpinnya, Ezra dan Nehemia, seorang imam, lalu seluruh rakyat berbalik kepada Tuhan. Tetapi ada juga yang revival dulu baru Tuhan memberikan pemimpin seperti dalam Hakim-Hakim, jadi ada banyak macam, yang menarik adalah meskipun banyak perbedaan tapi ada satu unsur yang menyatukan cerita ini yaitu umat Allah berseru, berteriak kepada Tuhan. Lalu dalam PB juga ada revival, yaitu pada saat pentakosta, penuh dengan Roh Kudus, jangan kita berpikir bahwa pentakosta itu hanya terjadi sekali, ada berkali-kali muncul lagi revival-revival tersebut, seperti dalam Kis.4:31, dalam cerita ini mereka bukan orang-orang yang belum percaya, yang belum menerima Roh Kudus, mereka adalah rasul-rasul yang sudah menerima Roh Kudus, basically mereka yang mengerjakan pentakosta, tetapi dikatakan kembali mereka penuh dengan Roh Kudus, revival. Lalu dalam Kis.7, ini revival yang menarik, karena ini terjadi hanya pada satu orang yaitu Stefanus, dia dikatakan penuh dengan Roh Kudus melihat Anak Allah disebelah Allah Bapa, lalu dia berdoa, kemudian dalam Kis.10 ketika Kornelius dan se-isi rumahnya menerima Roh Kudus, ini ketika orang yang belum menerima Roh Kudus sekarang. Jadi beragam, kita kan tahu pentakosta itu penuh dengan tanda-tanda, lidah-lidah api, tiupan angin keras, bahasa lidah, khotbah, mukjizat dll., semuanya ada di situ, tetapi di dalam Kis.4 apakah ada mukjizat, lidah api dll? Tidak ada, yang ada adalah mereka berdoa. Pada saat Stefanus tidak ada juga khotbah, dia dilempari batu, lalu dia berdoa, lalu di dalam kisah Kornelius mengapa ada pembaruan? Karena Kornelius adalah orang yang senantiasa berdoa kepada Allah, menarik.
Kita sudah pasti tahu dan setuju bahwa turunnya Roh Kudus tidak selalu disertai bahasa lidah, kita mungkin baru tahu bahwa ternyata tidak setiap kali juga turunnya Roh Kudus disertai pemberitaan firman Tuhan, tetapi saya rasa tidak ada satu pun dari antara kita yang menyangka bahwa yang selalu ada dalam kebangunan, pembaruan umat Tuhan baik di PL maupun di PB adalah prayer, di PL orang berseru-seru kepada Tuhan, di PB mereka berdoa kepada Tuhan. Kalau zaman sekarang bagaimana? Revival-revival yang dicatat dalam sejarah dimulai dengan persekutuan doa, seperti di Korea yang gerejanya lebih banyak pentakosta, yang menarik ada satu buku Korean pentecost yang membahas mengenai revival ini, orang Korea sendiri mengakui bahwa fenomena-fenomena yang biasanya diasosiasikan dengan gereja karismatik itu, yang mukjizat, bahasa lidah baru muncul belakangan, pada awalnya tidak seperti itu. Sebenarnya kalau melihat revival seluruh zaman bukan hanya masalah bahasa lidah atau mukjizat, tidak semua revival datang dari gereja Calvinis dan revival yang dicatat di Korea adalah prayer, revival yang dari doa. Jadi tidak heran mengapa hal utama yang Paulus nasehatkan kepada Timotius adalah doa.
Lalu doa yang seperti apa yang bisa membuat kebangunan? Jujur saja, doa kita itu luar biasa kering, bukan hanya perorangan yang kering, secara gereja pun doa-doa kita kering. Mungkin kita pernah merasakan doa yang hangat, tetapi kapan terakhir kali kita berdoa seperti itu? Kenapa bisa begini?
Coba kita melihat doanya Nehemia 1:5-11, ini salah satu yang mengobarkan revival, apakah kita sudah melihat bedanya dengan doa kita? Ketika kita berdoa, kita mulai dengan ayat 11, kita mulai dengan petisi, kita mulai dengan permintaan, lalu kita mengisi doa kita di tengah-tengah dengan ayat 11, lalu kita mengakhiri doa kita dengan ayat 11, petisi dan permintaan. Kalau kita berdoa isinya seperti itu kan? Tuhan tolonglah ….. tolonglah…… dst., doa Nehemia apa yang terjadi di situ? Nehemia mulai bukan dengan permintaan, dia mulai dengan penyembahan, adoration, dengan satu pengenalan akan Tuhan-nya, siapa Allah-nya dan siapa Allah-nya buat dia, sangat menarik, dia tidak mulai dengan dirinya atau masalah-masalahnya, mirip dengan doa Bapa kami, dimulai bukan dengan minta makanan yang secukupnya dst., tapi mulai dengan penyembahan, Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah namaMu, datanglah KerajaanMu dst. Bandingkan persentasenya, doa Nehemia ini 7 ayat, permintaannya hanya setengah ayat, doa Hizkia dalam Yesaya 37:16-20, ada 11 kalimat, kalimat permintaan hanya satu. Seperti Nehemia dia mulai dengan siapa Tuhan, ya Tuhan semesata alam, Allah Israel yang bertahta di atas kerubim, hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi, Engkaulah yang menjadikan langit,….. dst.
Jadi inilah bedanya, salah satu hal yang harusnya membuat kita berpikir, kita seringkali pikir yang namanya doa itu adalah ekspresi jiwa kita dihadapan Tuhan, sama seperti lagu pujian, makanya namanya pujian, berarti itu dari saya, isinya adalah kalimat-kalimat saya, sayalah yang memuji, itu kan jelas? Tapi kalau kita lihat dalam alkitab, baik doa maupun pujian, Mazmur dsb., selalu memiliki dua elemen, elemen pertama adalah elemen permintaan, elemen keluar dari diri kita menghadap pada Tuhan, tapi ada elemen yang datang sebelumnya, hampir selalu yaitu elemen berita, elemen pengenalan akan siapa Tuhan itu masuk dulu baru bisa keluar. Kenapa kita banyak tidak senang dengan lagu-lagu modern zaman sekarang? Karena kalau kita melihat lagu zaman sekarang isinya adalah ekspresi diri, misalnya I want to praise You Lord, pokoknya saya memuji Tuhan, tetapi apa yang mengerakkan kita to praise the Lord? Siapa Lord yang kamu maksudkan? Apa itu praise? Tidak di kasih tahu, maka pertanyaannya adalah kalau kita tidak pernah merenungkan apa yang namanya praise the Lord, siapa Lord yang kita praise, bagaimana kita bisa praise? Calvin mengatakan, untuk sebuah hati manusia untuk bisa digerakkan, itu hanya bisa digerakkan oleh sesuatu yang di luar dirinya, yang bukan dirinya, kalau kita terkesima secara genuine, itu terkesima kenapa sih? Ketika kita melihat kecantikan seseorang yang bukan kita atau kegagahan seseorang yang bukan kita kan? Apakah kita ketika lewat kaca, lalu memuji orang yang dikaca yaitu diri kita sendiri? Mungkin pernah juga sih, yang narsis, tetapi yang narsis pun tidak akan bisa ketika lewat depan kaca, lalu dia sampai terkesima dan berkata, waaah luar biasa, padahal orang narsis itu adalah bahwa sesungguhnya dia tidak sadar bahwa yang bayangannya itu bukan dirinya, dia terkesima dengan sesuatu yang bukan dirinya, dia tidak tahu bawa itu adalah dirinya.
Maka itulah namanya hati yang digerakkan oleh Tuhan, bagaimana kita bisa memuji, bagaimana kita bisa meresponi, bagaimana kita bisa mengeluarkan ekspresi jiwa kita kalau kita tidak pernah ada yang masuk? Coba kita pikirkan, doa-doa kita isinya keluar, keluar, tidak heran kalau kering, tidak heran tidak ada isinya, tidak heran begitu sulit untuk berdoa, kenapa? Karena tidak ada yang pernah masuk. Kita butuh sesuatu yang di luar kita untuk kita bisa berespon, tidak bisa meresponi kalau tidak ada yang diresponi, misalnya seperti lagu “how great Thou art”, kenapa lagu ini sangat-sangat klasik dan dipakai terus? Karena ada keseimbangan antara message dan response, antara berita dan reaksi ekspresi, apakah lagu ini dimulai dengan maka jiwaku memujiMu, tidak, lagu itu dimulai dengan “bila kulihat bintang gemerlapan dan bunyi guruh riuh kudengar, ya Tuhanku apabila kurenungkan pemberianMu dalam Penebus”, ini message, itulah sebabnya setelah itu muncul “maka jiwaku pun memujiMu, sungguh besar Kau Allahku.” Itulah lagu yang baik, maka doa kita juga seperti itu, kalau selama ini kita merasa doa kita begitu kering, kenapa doa disebut kering? Lawan kering adalah aliran air, air yang mengalir itu tidak perlu dipaksa, air mengalir secara natural begitu saja, tetapi kering maksudnya adalah berarti tidak ada alirannya, kita harus berusaha, harus bekerja untuk ini, itulah doa-doa kita, makanya doa kita disebut kering. Karena doa-doa kita itu, kita harus berusaha, ayo kamu harus pikirkan untuk berdoa sungguh-sungguh sama Tuhan, oh iya saya harus berusaha, saya harus cari-cari dst., itu doa yang kering.
Doa yang kering itu bukan berarti tidak keluar suara, doa yang kering itu sangat mungkin teriak-teriak, sangat mungkin nangis-nangis, tetapi tetap itu doa yang kering, karena doa yang kering adalah doa yang tidak mengalir secara natural. Tapi kalau kita mengerti posisi doa yang kita mendapatkan sesuatu yang kita bisa berespon, maka doa kita akan mengalir secara natural. Ketika kita berdoa dengan kita mulai dari message, dari siapa Tuhan dan siapa Tuhan buat kita, maka akan mulai ada tetesan-tetesan aliran air dalam hati kita, mulai kita tergerak untuk berdoa. Ketika kita berdoa syafaat mengenai gereja, yang sering kita doakan adalah gereja perlu ini, perlu itu dst., coba kita berdoa dengan cara yang lain, coba kita doakan dengan kita berfokus pada Tuhan, apa yang Dia lakukan, siapa Dia buat kita, misalnya, saudara-saudara mari kita berdoa untuk gereja Tuhan, kalau saudara melihat di alkitab, seperti apa Tuhan memandang gerejaNya, seperti ini, waktu Paulus menganiaya jemaat, Paulus dihajar sama Tuhan dan Tuhan berkata padanya, Paulus, Paulus kenapa engkau menganiaya Aku? Itulah gereja buat Tuhan, gereja adalah biji mata-Nya, sekarang mari kita berdoa untuk biji mata Tuhan. Nah kita mulai melihat kan alirannya, makin lama makin besar, kita tidak lagi harus berusaha, apa lagi ya doanya, ada satu yang natural, ada aliran air yang mulai muncul. Tetapi kenapa bisa seperti itu ya? Karena kita meresponi sesuatu, meresponi siapa Allah kita, meresponi berita alkitab, siapa Allah kita, apa yang Dia kerjakan buat kita? Coba kita lihat bedanya, sehingga doa yang alkitabiah, doa yang besar kuasanya, itu doa seperti apa? Doa yang berfokus pada Allah kita.
Kenapa doa Bapa kami mulai dengan Bapa kami yang di sorga? Kenapa tidak mulai dengan Raja kami yang di sorga? Dia Raja kita kan? Kenapa tidak mulai dengan Pencipta kami yang di sorga? Dia Pencipta kita kan? Karena Bapa itu menandakan satu relasi yang lain, kalau kita mulai berdoa dengan pengenalan Allah sebagai Bapa di sorga, bukankah doa kita akan berbeda sekali? Bukankah permintaan kita belum muncul, seperi contoh waktu banjir di Kelapa Gading, saya berdoa kepada Tuhan, “Tuhan, engkau adalah Allah segala hujan, Engkau adalah Allah penguasa segala cuaca, Engkau bukan Allah pengontrol keselamatan saja dan melupakan bumi, Engkau adalah segala sesuatu, Engkau berdaulat atas segala sesuatu”, apa efeknya? Permintaan saya belum muncul sama sekali and yet ada satu aliran air yang langsung mengubah hati saya, doa saya langsung berubah, saya langsung tenang, saya tahu apa pun yang terjadi tidak di luar kekuasaan Allahku. Hujan itu actually untukku, buat kebaikanku, karena Dia Bapaku, inlah doa yang alkitabiah, kenapa selama ini doa kita tidak ada efek, karena tidak pernah muncul message mengenai siapa Allah kita dalam doa-doa kita. Coba kita lihat doa-doa kita, doa makan dll., kita lihat, coba kita refleksi ke dalam diri kita, seperti apa doa kita? Adakah penyembahannya? Kalau tidak ada, itulah sebabnya doa kita kering, kita bisa lihat, ini bukan trik, ini sesuatu yang sangat natural, kita bisa lakukan sendiri, tidak tunggu mukjizat datang, simply kita mengatakan apa yang sudah Tuhan katakan terlebih dahulu kepada kita, kita bawa dalam doa, lalu kita lihat efeknya seperti apa? Inilah doa yang pertama, doa yang sebelum kita meminta, seperti yang Tuhan Yesus mengatakan, Engkau akan tahu Bapamu yang di sorga mengetahui kebutuhanmu sebelum kamu pernah minta. Ketika kita meminta pun harus dengan hati yang tepat, ada banyak orang yang meminta dengan hati yang galau, ada banyak orang yang makin minta, makin cemas, kenapa? Karena tidak pernah ada bagian yang pertama ini, karena mereka tidak meresponi Allah yang tepat, mereka bukan meresponi Allah yang sejati, mereka bukan meresponi Allah Bapa. Hubungan anak dengan bapak itu sangat lain, satu-satunya orang yang bisa lepas dari pedang algojo kalau dia membangunkan raja jam tiga pagi adalah anaknya dan kita dipanggil untuk memiliki itu.
Yang kedua adalah doa-doa dalam alkitab itu memiliki satu karakter yang lain, doa-doa dalam alkitab itu tidak sporadik, doa-doa dalam alkitab memiliki karakter yang terus-menerus dipanjatkan lagi dan lagi, konsisten, berulang kali. Doa Nehemia yang tadi kita baca seakan-akan hanya dipanjatkan sekali kan ya? Tapi di ayat 6 dikatakan, siang dan malam, actually antara pasal 1 dan 2 berbeda 4 bulan, dia mengatakan, berikanlah keberhasilan hari ini, tetapi tidak, dia tidak diberian keberhasilan sama Tuhan sampai 4 bulan kemudian, kita harus tahu hal itu, dia berdoa terus-menerus, dia berdoa berulang kali dan yang menarik adalah alkitab mencatat doa yang disebut alkitabiah itu bukan hanya doa yang berulang kali, tetapi doa yang juga ngotot. Coba kita lihat Yesaya 62:6-7, di ayat 6 bagian terakhir dikatakan, hai kamu yang harus mengingatkan Tuhan kepada Sion, janganlah kamu tinggal tenang, lalu ayat 7, janganlah kamu biarkan Dia tinggal tenang sampai Ia menegakkan Yerusalem dan sampai Ia membuatnya kemasyuran di bumi. Panggilannya bukan hanya kepada para imam untuk tidak berdiam diri untuk senantiasa mengingatkan umat Tuhan di Yerusalem, tetapi juga untuk para imam tidak membiarkan Tuhan diam dan berdiam diri, ganggulah Dia, cerewetin Dia, paksa Dia, ini cuma gaya bahasa saja kan ya? Kalau seperti ini tidak calvinis, Dr. Martyn Lloyd-Jones seorang calvinis, mengkhotbahkan bagian ini dengan mengatakan “bombardirlah Tuhanmu dengan doa-doamu”, tidak calvinis ya? Tergantung kita berpikir calvinis itu apa? Kalau kita berpikir calvinis itu setia sama alkitab, maka ini sangat calvinis, mari kita lihat alkitab, apa yang alkitab ajarkan mengenai doa? Coba lihat Abraham, bagaimana dia berdoa? Peristiwa Sodom dan Gomora, kalau ada 50 Tuhan, kalau ada 30, 20, 10 Tuhan dst., balik lagi, balik lagi, begitu juga Musa, Tuhan nyatakan kemuliaanMu, aku mau lihat kemuliaanMu, Tuhan bilang, tidak, Aku menyuruh malaikat untuk menuntun jalanmu, tidak mau Tuhan, saya mau Tuhan, kalau tidak coret namaku dari kitab kehidupan, ngotot. Yakub juga, dia bergumul sama Tuhan, ketika Tuhan mau pergi, Yakub bilang, aku tidak akan biarkan Kamu pergi sampai Kamu memberkati aku, lalu apa yang Kristus ajarkan mengenai doa dalam Lukas 18 tentang perumpamaan janda yang mengganggu hakim, yang memaksa hakim, lalu dikatakan, kalau kamu berdoa, berdoalah seperti ini. Dalam Efesus 1, Paulus mengatakan, dia tidak berhenti berdoa bagi jemaat Efesus, kata “tidak berhenti” di situ yang dia pakai, itu adalah kata yang dipakai untuk batuk yang tidak berkesudahan, itu kata yang dipakai untuk menandakan doa yang tidak berhenti, doa yang terus-menerus, doa yang terus maju, doa yang terus ngotot, doa yang memaksa.
Kenapa harus doa seperti ini? Apakah karena Tuhan tidak mau dengar? Seperti kenapa kita perlu menyembah Tuhan? Karena untuk kita, lalu yang ini kenapa kita perlu doa terus-menerus? Ya karena kita, untuk kita, Jonathan Edward mengatakan, the only way to obtain of blessing from God is to pester Him forever, ini jelas bukan doa ngotot berdasarkan pengertian yang salah, bukan. Karena ada juga doa yang ngotot dengan pengertian yang salah, misalnya, Tuhan saya minta mobil ferari, kalau tidak diberi saya akan mati saja, saya tidak perlu hidup lagi dsb. atau Tuhan saya naksir cewek ini, tolong berikan kepada saya, saya pengen dia dsb., ini jelas bukan doa yang dimaksudkan oleh Edward di sini. Karena doa-doa seperti itu jelas Tuhannya siapa? Kalau kita berdoa seperti itu, kita akan tahu bahwa itu doa yang ngawur, kenapa? Karena kalau kita berdoa untuk satu barang dan ngototnya seperti itu, dan ketika kita tidak mendapatkan, biasanya kita akan mundur dari Tuhan kan ya? Berarti sebenarnya Tuhan kita itu apa? Ya barang itu, bukan Tuhannya, jelas itu bukan doa yang Edward maksudkan. Kenapa Edward berkata bahwa satu-satunya cara untuk kita bisa menerima berkat adalah dengan mengusik Tuhan dengan doa? Ada 3 hal:
Pertama, karena kalau kita mendapat berkat tanpa doa yang banyak, kita akan sangat mudah menjadi proud, jadi menurut Edward hanya melalui doa yang berulang-ulang inilah akan muncul satu kesadaran yang dalam mengenai ketergantungan kita pada Allah. Jika berkat-berkat datang tanpa banyak berdoa, maka kita akan dengan mudah jatuh ke dalam anggapan bahwa berkat adalah simply hak dari semua orang, simpel, apakah kita pernah berdoa minta khotbah yang bagus di Kelapa Gading? Kenapa tidak, kenapa jarang? Kenapa, misalnya ketika satu hari di tempat ini khotbah hamba Tuhannya menurun, mungkin kita akan pergi dari sini, mungkin kita akan menghina dari belakang, pak Tong pernah mengatakan, jemaat itu adalah pendukungmu yang setia dan juga musuhmu yang paling kejam, karena ketika kamu khotbah bagus sedikit, mereka akan bahagia dan ketika kamu khotbah jelek sedikit, mereka akan langsung menghinamu. Apa sebabnya kita cepat menghina khotbah para hamba Tuhan yang menurun? Karena kita tidak pernah berdoa meminta khotbah yang bagus, itu sebabnya ketika kita diberikan khotbah yang bagus, tanpa kita berdoa, yang terjadi adalah kita berpikir, ini hak saya, ini sesuatu yang normal, ini sesuatu yang boleh dan harus saya dapatkan. Dalam Roma 1 ketika Allah bohwat sama manusia dan membuang mereka, apa yang Allah lakukan? Dikatakan, Dia menyerahkan mereka kepada nafsu-nafsunya, kalau kita baca dalam konteks ini, maka kita bisa mengatakan, Tuhan ketika membuang orang, Tuhan memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan tanpa melalui doa. Hal yang paling mengerikan yang bisa terjadi pada seorang manusia adalah dia diberikan semua apa yang dia inginkan tanpa doa, karena orang yang demikian akan dengan sangat mudah jatuh ke dalam satu penipuan yang mengatakan, saya sukses karena saya hebat, saya pintar karena saya berbakat, saya sukses dan sehat karena saya menjaga hidup saya, sayalah penentu hidup saya sendiri, hidupku ditanganku. Itu penghukuman yang paling besar yang Tuhan bisa lakukan kepada seseorang di atas dunia ini, memberikan apa yang dia mau tanpa doa.
Kedua, tanpa doa, kita tidak akan bisa bersyukur untuk hal-hal yang kecil dalam hidup kita, kenapa banyak anak keci yang dikasih sesuatu oleh om atau tantenya, lalu mamanya menegur dia dan mengatakan, eeeh bilang apa, bilang apa? Kenapa si anak tidak bilang terima kasih telah menerima sesuatu itu? Karena dia tidak minta, itu sebabnya dia merasa tidak perlu berterima kasih, itulah kita, kita seringkali seperti itu. Kalau kita tidak berdoa untuk sesuatu, kita juga tidak akan berterima kasih untuk hal itu.
Ketiga, tanpa doa, kita secara tidak sadar akan mencabuti, membuang sukacita dari hidup kita, kenapa bisa seperti itu? Karena kalau kita berdoa terus-menerus, bedoa untuk banyak hal sampai hal-hal yang kecil, maka kita akan jauh lebih thankful hidupnya untuk banyak hal yang kita take it for granted, Bersukacita dalam banyak hal yang orang lain sudah tidak lihat, misalnya seperti waktu saya berdoa mengenai hujan, berapa banyak diantara kita yang berdoa mengenai hujan? Atau misalnya apakah kita pernah bersyukur masih bisa buang air kecil, tidak pernah kan ya? Kenapa tidak pernah? Karena kita tidak pernah kehilangan kemampuan untuk buang air kecil, tetapi orang-orang yang sudah tua, yang sudah mulai tidak bisa buang air kecil dll., lalu mereka berdoa minta tolong sama Tuhan, tolong Tuhan supaya saya bisa buang air kecil dan akhirnya Tuhan memberikan kesembuhan, walaupun sementara, tetapi ketika itu diberikan, dia akan bisa bersyukur mengenai buang air kecil, kita tidak akan bisa. Orang yang dalam hidupnya senantiasa berdoa adalah orang yang senantiasa bersukacita, kenapa? Karena dia melihat hal-hal yang orang lain tidak lihat, ooh puji Tuhan hari ini saya diberiklan ferari, ooh puji Tuhan hari ini jari saya masih bergerak, lain sekali kan ya? Kalau kita kurang sukacita dalam hidup kita dan ingin ada sukacita, maka kita harus berdoa.
Jadi kenapa kita harus menyembah Tuhan? Untuk kita agar kita bertumbuh dalam iman, kenapa kita harus berdoa secara terus-menerus, konsisten? Untuk kita, bukan buat Tuhan, supaya kita bertumbuh dalam sukacita. Menyembah Tuhan dalam doa, bertumbuh dalam iman, bertekun dalam doa, bertumbuh dalam sukacita.
Yang ketiga, kenapa kita harus berdoa bersama-sama? Kenapa harus datang dalam persekutuan doa? Tidak ada yang bisa membuat ikatan yang lebih kuat dari kita berdoa bersama-sama dihadapan Tuhan. Doa bersama itu bisa menumbuhkan ikatan yang tidak bisa dibawa hal lain apapun, kita bisa ingat persahabatan kita yang mana yang begitu berarti, persahabatan dimana kita berdoa bersama, berlutut, bertangisan bersama-sama kan? Tidak ada yang bisa menggantikan itu, tidak ada. Jadi ada tiga hal, menyembah Tuhan dalam doa, bertumbuh dalam iman, bertekun dalam doa, betumbuh dalam sukacita, berdoa bersama-sama, datang bersama-sama dalam doa, bertumbuh dalam solidaritas. Doa adalah suara sangkakala bagi jiwa kita untuk kita mengingat siapa Allah kita, siapa Dia, Dia adalah Raja yang besar dan apa yang Dia lakukan buat kita? Dia telah mati bagi kita, itu akan membuat doa kita mengalir seperti sungai. Amin.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (AS)
Gereja Reformed Injili Indonesia Jemaat Kelapa Gading