Hari ini kita akan belajar dari tokoh Nuh, dalam bagian yang sudah kita baca alkitab mengatakan, “Nuh hidup bergaul dengan Allah”, istilah bergaul dengan Allah pernah disebutkan kepada Henokh, Henokh hidup bergaul dengan Allah selama 300 tahun, lalu Tuhan mengangkat dia dan dia tidak mengalami kematian. Hidup bergaul dengan Tuhan atau hidup berjalan dengan Tuhan adalah privilege setiap orang percaya, setiap anak-anak Tuhan mendapat satu kehormatan bahwa kita boleh hidup bergaul dengan Tuhan. Pada waktu kita bertobat terima Tuhan Yesus Kristus, kita dibenarkan, kita diadopsi sebagai anak Allah, kita punya status yang baru sebagai orang-orang benar, Allah Bapa melihat apa yang sudah dikerjakan oleh Kristus, itu yang Dia lihat, jadi kita punya status yang baru yaitu kita orang benar, orang suci karena Kristus sudah mati membenarkan kita.
Di sini disebutkan bahwa Nuh bergaul dengan Tuhan, dalam istilah lain dalam PL kita melihat walapun tidak memakai istilah bergaul, tetapi kita melihat satu gambaran orang yang bergaul akrab dengan Tuhan, misalnya Daniel, dia adalah orang yang bergaul dengan Tuhan. Bayangkan setiap hari dia menyediakan waktu yang khusus untuk beribadah, berdoa kepada Tuhan, menghadap ke Yerusalem setiap hari, dia menyediakan waktu 3 kali untuk berdoa, ini menunjukkan bahwa Daniel itu hidup bergaul, hidup berjalan dengan Tuhan. Lalu kita melihat juga Yusuf, tidak ada istilah Yusuf bergaul dengan Tuhan, tetapi memakai istilah Tuhan menyertai Yusuf dan Tuhan membuat berhasil apa pun yang dikerjakan oleh Yusuf, sehingga ini suatu pengalaman hidup orang-orang percaya di PL dan juga Tuhan ingin pada saat ini kita boleh menikmati juga hidup seperti ini, di tengah-tengah dunia yang corrupt, di tengah-tengah dunia yang berdosa bagaimana kita bisa bertahan menjadi anak Tuhan kalau kita tidak mengandalkan Tuhan, tidak dekat dengan Tuhan. Istilah bergaul dengan Tuhan, istilah bagaimana seseorang itu disertai oleh Tuhan ini bukan khusus untuk para pendeta, para penginjil atau para misionaris, ini berlaku untuk setiap orang percaya. Apapun statusnya kita mendapatkan satu kehormatan untuk boleh menikmati kehadiran Tuhan di dalam hidup kita.
Istilah bergaul dengan Tuhan ini menyatakan satu intimacy, kedekatan, keintiman atau hubungan yang personal dengan Tuhan, saya dengan Tuhan atau dalam istilah lain Tuhan adalah Gembalaku, aku dombaNya, ini bersifat personal, ada satu kedekatan, intimacy, ada relasi aku dengan Tuhan, di dalamnya ada covenant, ada perjanjian, sama seperti hubungan suami istri, itu adalah hubungan personal, tidak boleh ada orang ketiga dalam hubungan itu. Kita melihat Tuhan yang menyatakan dalam alkitab bahwa Nuh ini bergaul dengan Tuhan, sehingga ini suatu hubungan yang riil, bukan hanya kelihatannya orang ini dekat sama Tuhan, tetapi sungguh-sungguh, Tuhan juga menikmati kedekatanNya sama orang itu. Orang melihat kita bahwa kita adalah orang yang mengenal Tuhan, tetapi apakah kita memiliki intimacy, kedekatan bergaul dengan Tuhan? Nuh itu disebutkan hidup bergaul dengan Tuhan bahkan ditambahkan penjelasan bahwa dia orang benar, hidupnya tidak bercela, ini penilaian Tuhan artinya Nuh dalam hidupnya menerapkan nilai-nilai kristiani, nilai-nilai kebenaran, ada value hidup yang benar dihadapan Tuhan, bukan dinilai oleh orang lain, Nuh juga punya virtue, kebajikan hidup yang Tuhan nilai, dia orang yang tidak bercela.
Kadang-kadang kita melihat menjadi sesuatu yang ironis sekali, kelihatannya orang ini benar, bijaksana, saleh, ternyata hidupnya itu kotor, najis, tetapi Tuhan menilai Nuh bahwa dia orang yang benar, the righteous man, bukan berarti bahwa Nuh itu sudah sempurna tanpa dosa, tidak, tetapi hidupnya itu sudah mendekati kebenaran, punya kerinduan untuk hidup benar, menerapkan nilai-nilai kebenaran di dalam hidupnya, lalu berusaha untuk hidup bijaksana, artinya orang yang hidup berintegritas, bukan kelihatannya saleh, baik. Kita tahu kehidupan para filsuf pada zaman awal abad pertama atau sebelumnya, banyak filsuf membicarakan tentang bagaimana menerapkan kebajikan dan moral yang tertinggi dalam hidup ini. Kita dipanggil sebagai anak-anak Tuhan untuk hidup benar, hidup tak bercela atau berusaha untuk menerapkan nilai-nilai firman Tuhan, menuntut moral yang excellent dalam hidup ini dan Nuh boleh dikatakan mendekati target itu, sehingga dikatakan, Nuh hidup benar tak bercacat, tak bercela di tengah-tengah orang se-zamannya, ada qualitative difference yang clear sekali, hidupnya berbeda.
Dari dua bagian ini saja banyak hal yang bisa kita renungkan, apakah selama ini kita bergaul dengan Tuhan? Apakah selama ini kita berani memastikan bahwa kita hidup intim dengan Tuhan? Nuh mendapatkan privilege boleh bergaul dengan Tuhan, kalau kita bisa bertemu misalnya presiden RI, pasti kita ada kebanggaan, apalagi bertemu Tuhan, bergaul dengan Tuhan, ini suatu privilege dan ini juga satu ajakan, waktu kita membaca firman Tuhan, melihat Nuh, Henokh, Daniel dan Yusuf bergaul dengan Tuhan, bagaimana hidup dekat dengan Tuhan, ini suatu gambaran orang-orang yang menikmati Tuhan di tengah-tengah kondisi yang tidak mudah. Bukan berarti kalau kita bergaul dengan Tuhan kita menjadi orang yang eksklusif, tidak mau begaul dengan yang lain, kita bergaul dengan Tuhan, ini satu hubungan personal, tetapi kita masih hidup di dunia ini, kita juga harus ada sifat hidup yang inklusif, mau terbuka, mau bergaul dengan orang lain. Tetapi pada waktu kita terbuka, bergaul dengan orang lain, kita tidak sampai kabur dari identitas diri kita sebagai orang percaya, nah ini tidak mudah, kalau kita hidup di tengah-tengah orang yang tidak beres dan kita mau hidup beres, kita akan dihabisi, betul tidak? Tidak perlu berbicara dengan teman seiman, dengan keluarga sendiri pun kadang tidak bisa terima, kalau keluarga kita tidak beres, kita hidup beres, kita bisa digencet, betul tidak?
Seperti saudara-saudara Yusuf punya hati nurani yang sudah gelap, tidak peduli itu adik kandungnya sendiri juga dikerjain kalau perlu dibunuh, itulah sifat manusia. Tetapi kita melihat ada providensia Allah, pemeliharaan Tuhan yang ajaib, bagi orang-orang yang sungguh-sungguh bergaul dengan Tuhan, Tuhan itu hidup, Tuhan itu tidak pernah membiarkan kita dicobai, diserang setan melampaui kekuatan kita. Tuhan bisa mengubah yang negatif menjadi positif, yang gelap menjadi terang, Tuhan adalah Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu. Bergaul dengan Tuhan itu satu privilege saya mendorong kita semua, kalau selama ini kita kurang punya komitmen untuk bergaul dengan Tuhan, mengenal Tuhan, mari kita memulai lagi, yang sudah mulai, tingkatkan bergaul dengan Tuhan.
Apa dampaknya kalau kita mengabaikan Tuhan? Apa akibatnya kalau kita tidak bergaul akrab dengan Tuhan? Dan bagaimana kondisi orang yang akhirnya hidup jauh dari Tuhan? Di dalam alkitab kita melihat kontras dari pada Nuh yaitu Lot, Nuh disebut orang benar tapi bergaul dengan Tuhan, Lot juga orang benar tetapi dia tidak bergaul dengan Allah dengan benar. Kadang-kadang kita melihat ada orang yang mengaku kristen, yang satu hidupnya benar, yang satu hidupnya tidak benar, betul tidak? Ada orang kristen yang hidupnya saleh, yang satunya tidak saleh, ada majelis yang bertanggung jawab, cinta Tuhan, cinta jemaat, tapi ada juga majelis yang hanya jabatannya majelis, tetapi tidak ada hati untuk menggembala, tidak ada hati untuk berkorban, tidak ada hati untuk melayani, bahkan menjadi contoh yang jahat, ada majelis yang seperti ini. Dan Lot dikatakan juga orang benar, tetapi hidupnya tidak benar, dia memakai cara berpikir dunia di dalam mempraktekkan pola-pola hidupnya, bukan nilai-nilai yang Tuhan tetapkan yang menjadi mindset-nya, bukan kebajikan-kebajikan dari Allah yang dia terapkan dalam hidupnya, tetapi nilai-nila dan kebajikan dunia yang dia terapkan dalam hidupnya. Apa yang menjadi cara berpikir kita akan mempengaruhi bagaimana kita menginterpretasikan atau menilai segala sesuatu yang kita lihat, sehingga kalau kita tidak memiliki cara berpikir yang benar atau tidak ada nilai-nilai yang benar yang masuk dalam pikiran kita, maka ouput-nya pasti tidak benar.
Waktu Lot melihat lembah Yordan, memang masalahnya adalah masalah uang, waktu ternak mereka semakin banyak, antara Abraham dan Lot ada perselisihan, hampir menimbulkan perang saudara, lalu Abraham mengatakan, kalau aku ke kiri, kamu ke kanan atau sebaliknya (kita sudah tahu cerita ini). Abraham itu memiliki kebajikan, orang yang memiliki kebajikan itu moral excellence, punya moralitas yang tinggi, dia tahu bagaimana berelasi dengan orang sekitarnya dan Abraham bukan hanya orang yang mengenal Tuhan, bergaul akrab dengan Tuhan, tetapi dia punya kebajikan hidup. Waktu ada masalah, dia bajik, menghadapi orang seperti ini harusnya seperti ini, orang seperti itu harusnya seperti itu dst., kebajikan itu tidak ada diruang kelas, dalam kehidupan ini kita belajar tentang kebajikan, lewat kehidupan Tuhan mengijinkan kita banyak mengalami hal-hal dalam hidup ini dan kita belajar kabajikan dari pada Tuhan. Waktu Salomo ditanya oleh Tuhan, Salomo kamu mau minta apa? Salomo minta hikmat kepada Tuhan, satu permintaan yang berkenan kepada Tuhan. Kembali kepada Lot, singkat cerita akhirnya Lot memilih lembah Yordan, Lot melihat lembah Yordan seperti taman Tuhan, dia menilai seperti itu karena dia melihat keuntungan secara dunia, lembah Yordan itu subur sekali, lalu ada sungai Yordan, rumputnya hijau sekali dst., lalu dekat dengan kota Sodom dan Gomora, kota yang sudah maju pada zaman itu dan dia melihat kota itu bumi seperti di surga.
Seperti taman Tuhan, tetapi kok tidak ada Tuhan? Kalau seperti taman Tuhan, harusnya di situ kan ada kehadiran Tuhan? Harusnya karya Tuhan dinyatakan di situ dan dia boleh memuliakan Tuhan di tempat itu, tetapi itu hanya konsep. Konsepnya memakai nama Tuhan, tetapi dia tidak ada pikiran akan Tuhan, dia tidak merindukan kehadiran Tuhan di lembah Yordan itu, dia tidak memikirkan pekerjaan Tuhan, tidak memikirkan bagaimana hidup memuliakan Tuhan di lembah itu, dia adalah tuhan atas dirinya sendiri, bukan Tuhan. Banyak orang yang percaya Tuhan tetapi tuhan-nya bukan Tuhan, dirinya sendiri yang jadi tuhan, dia yang mengatur Tuhan, ingin memperalat Tuhan, Tuhan tidak ada di dalam hatinya, itulah Lot. Padahal lembah Yordan adalah sarangnya penyamun, lembah Yordan itu dekat dengan kota Sodom dan Gomora, yang kelak akan dihancurkan oleh Tuhan, Lot mengabaikan nasehat orang benar. Di dalam Mazmur 1 dikatakan, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasehat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tapi yang kesukaannya adalah Taurat Tuhan dan merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon yang ditanam ditepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, yang tidak pernah layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya berhasil. Tidak demikian orang fasik, orang fasik seperti sekam ditiup angin, orang fasik tidak tahan pada penghakiman, orang fasik tidak tahan di depan orang-orang benar, Tuhan mengajar orang benar, jalan orang fasik menuju kebinasaan”.
Perjalanan hidup Lot bukan menurut nasehat orang benar, bukan menurut nasehat Tuhan, berjalan menurut nasehat orang fasik, berdiri dijalan orang berdosa dan duduk dalam kumpulan orang yang tidak menghormati Tuhan, mencemooh Tuhan, akhirnya habis. Sodom dan Gomora dihukum oleh Tuhan, tidak ada satupun yang hidup, dan istri Lot melihat kebelakang, susah untuk melepaskan hidup keduniawian-nya, akhirnya isri Lot mati binasa. Dan Lot yang sudah depresi, hidup yang jauh sama Tuhan, lalu dikerjain oleh kedua putrinya, putrinya membuat Lot mabuk dan menyetubuhi ayahnya sendiri, ini skandal, lalu Tuhan juga masih membiarkan menghasilkan anak, keturunannya adalah orang Moab dan orang Amon, orang kafir. Ini satu kontras, Nuh di dalam catatan alkitab dikatakan sebagai orang benar hidup bergaul dengan Tuhan, tetapi Lot meninggalkan kesaksian yang aib, skandal dalam hidupnya. Ini adalah satu akibat dari orang yang tidak bergaul dengan Tuhan, memang ini adalah akibat yang fatal, tetapi yang jelas kalau kita mengabaikan hidup bergaul dengan Tuhan, hati-hati, kita sudah membuka diri untuk bergaul dengan dunia ini, kalau kita tidak punya komitmen untuk intim dengan Tuhan, maka kita akan berdampak intim dengan dunia.
Alkitab memberitahu kepada kita, janganlah kamu mengasihi dunia dengan segala isinya, kalau engkau mengasihi dunia, tidak ada kasih akan Allah, keinginan dunia yaitu keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup, ini dari dunia. Dunia sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang takut kepada Tuhan akan hidup selama-lamanya. Orang yang tidak bergaul dengan Tuhan, hidupnya itu dipengaruhi oleh dunia, dunia menghancurkan, akhirnya hidupnya tidak menikmati kehadiran Tuhan, tidak menikmati kuasa Tuhan, tetapi dikuasai oleh dosa, hidup tidak memuliakan Tuhan, tetapi hidup mempermalukan nama Tuhan. apakah kita mau seperti ini, saya percaya tidak, kita ingin hidup seperti Nuh, Henokh, Daniel dan Yusuf, hidup bergaul akrab dengan Tuhan. Kita mulai dari hidup kita sendiri, kita mau bergaul akrab dengan Tuhan dan menjadikan ini prioritas dalam hidup kita, lalu kita sebagai kepala keluarga, kita mempengaruhi istri kita, mempengaruhi anak-anak kita untuk bergaul dengan Tuhan, kita jangan hanya puas anak-anak kita bisa studi di luar negeri, punya nilai bagus dalam studi, lalu dapat pekerjaan yang bagus, dapat posisi yang bagus, kita tanya bagaimana hubungan anak kita dengan Tuhan? Kita bisa melihat bagaimana konsep nilai dia tentang hidup ini? Bagaimana dia itu menerapkan firman Tuhan di dalam hidup sehari-hari, bukan hanya melihat bahwa anak kita sering ke gereja saja atau melayani dsb., tetapi apakah dalam perjalanan hidupnya itu lebih mengenal Tuhan, sehingga nilai-nilai kebenaran itu mempengaruhi hidupnya?
Kadang-kadang kita bisa melihat seseorang itu baik, tetapi cara berpikirnya tidak ada nilai kristiani sama sekali, lalu pada waktu mengambil satu keputusan, tidak ada kebajikan sama sekali, sangat egois sekali dan tidak punya peri kemanusiaan, yang ada peri kebinatangan. Tuhan ingin supaya kita memiliki kesaksian hidup yang baik, kita menjadi contoh, kita mulai dari diri kita sendiri, lalu kita bagikan kepada orang-orang disekitar kita, kalau kita sudah bergaul akrab dengan Tuhan, Tuhan akan menyatakan kehendakNya, misiNya kepada kita, untuk kita hadir di dalam dunia ini melaksanakan kehendak Allah, menjadi garam dan terang dunia. Kita bergaul akrab dengan Tuhan untuk dipersiapkan, diperlengkapi dan orang dalam taraf tertentu Tuhan siapkan dia, dan orang yang sudah disiapkan Tuhan akan dipakai menjadi alat kemuliaanNya. Dunia menantikan orang-orang benar, dunia menantikan orang-orang saleh, kalau tidak ada orang benar, tidak ada orang saleh dalam dunia ini yang dipakai Tuhan, maka dunia akan tambah kotor, tambah rusak. Apakah kita punya belas kasihan pada dunia yang rusak ini? Gereja dipersiapkan melengkapi orang-orang benar untuk hidup benar, untuk memahami nilai-nilai kebenaran, lalu menjadi saksi Tuhan di tengah-tengah dunia yang tidak tahu nilai-nilai kebenaran itu, panggilan mulia menjadi saksi Tuhan.
Dunia membutuhkan orang benar, orang saleh, orang yang bergaul dengan Tuhan, lalu kita boleh menjadi berkat bagi dunia ini, kita menyatakan kehadiran, karya dan kemuliaan Allah bagi dunia ini melalui hidup kita. Waktu kita berdoa dalam nama Tuhan Yesus Kristus, dalam nama Bapa di surga, apa yang kita pikirkan? Tiga hal yang perlu kita ingat waktu kita berdoa, doa Bapa kami, lalu kita berdoa, kita merindukan kehadiran, kemuliaan dan kuasa Kristus dinyatakan dalam hidup kita, kalau setiap hari kita bergaul dengan Tuhan, orang akan tahu bahwa kita bergaul akrab dengan Tuhan, karena senantiasa dia menyadari kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Tidak boleh hidup sembarangan, apa pun yang dia kerjakan mengandalkan kuasa dan bijaksana Tuhan, apa yang dikerjakan hanya untuk kemuliaan Tuhan, tidak ada yang lain. Saya berharap firman Tuhan ini menjadi berkat bagi kita semua, mari kita sama-sama bangkit menjadi orang benar, orang tak bercela, memperbaharui komitmen kita bergaul dengan Tuhan supaya kita boleh dipakai untuk kemuliaan namaNya. Amin.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (AS)
Gereja Reformed Injili Indonesia Jemaat Kelapa Gading