Bagian ini waktu kita baca, meskipun menggambarkan tokoh yang menantikan keselamatan yang dijanjikan oleh Tuhan, tetapi kita tahu secara kronologis ini terjadi setelah kelahiran Yesus dan perikop ini di Eropa gereja Lutheran juga seringkali dipakai untuk direnungkan setelah first and second christmas day. Yang pasti perikop ini sangat cocok direnungkan di dalam first sunday setelah christmas, yaitu yang diberikan judul di dalam perikop ini Yesus disunat, diserahkan kepada Tuhan, lalu ada Simeon dan Hana, karena memang dua orang ini penting di dalam cerita ini. Ada kemiripan baik Simeon maupun Hana, dua orang yang menantikan sejak lama, akhirnya Tuhan memberikan kepada mereka sukacita, likely dua-duanya memang sudah sangat tua, mereka berdua ini sudah lama menantikan dan menggumulkan keselamatan yang dijanjikan oleh Tuhan. Kita melihat gambaran keselamatan atau berkat kasih karunia dsb., itu sama sekali tidak ada benturan dengan sikap orang yang mempersiapkan diri untuk memperoleh hal tersebut. Ini prinsip yang penting sekali, karena kalau tidak, kita bisa salah mengerti di dalam reformed spirituality yang akhirnya tidak alkitabiah, kenapa? Karena kita pikir karunia justru adalah anugerah kalau kita tidak pernah berharap, kalau kita tidak pernah memimpikan, kan ada juga konsep-konsep yang menekankan ke arah sana? Kalau kita tidak pernah minta eeh tiba-tiba Tuhan lalu beri, kita jadi sangat surprise, heran, yang kita inginkan, yang kita kerja keras, yang kita mau capai justru malah tidak dapat, yang saya tidak pernah mimpi, tidak pernah minta Tuhan kasih, supaya saya bisa sangat bersyukur dan terkejut atas pemeliharaan Tuhan, bijaksana Tuhan dsb., memang ada bagian seperti itu dan sudah sering kita sharingkan, tetapi ini bukan gambaran keseluruhan mendapatkan berkat anugerah dari Tuhan.
Di dalam bagian yang lain juga ada tekanan yang sama, ada orang-orang yang Tuhan pakai untuk mempersiapkan datangnya anugerah yang besar itu dalam kehidupan manusia, di dalam hal ini Simeon dan Hana. Maria, memang dia sendiri terkejut, tidak ada pikiran bahwa dia akan mengandung bayi yang adalah Allah sendiri, di dalam tradisi bapak-bapak gereja, konsili zaman lampau ada istilah theotokos, bunda Allah, Maria disebut bunda Allah, dia tidak pernah pikir bahwa dia menjalankan role itu selama hidupnya di dunia. Tapi waktu kita membaca cerita Simeon dan Hana, tidak demikian, Maria bukan gambaran dari keseluruhan picture tentang kedatangan Yesus Kristus, kelahiran Yesus Kristus, kita melihat ada orang-orang yang dipakai Tuhan untuk menantikan, mendoakan, orang-orang yang betul-betul menggumulkan tentang keselamatan dan orang-orang yang akhirnya juga diizinkan oleh Tuhan untuk melihat datangnya keselamatan itu, ada yang sudah menggumulkan tetapi tetap tidak melihat, di dalam kitab Ibrani dicatat bagaimana kesaksian orang-orang yang beriman itu seperti orang yang melambai-lambai ke depan, tetapi mereka tidak perah menerima apa yang mereka harapkan di dalam dunia ini.
Simeon dan Hana menjadi model di dalam kehidupan kita, bagaimana kita tidak harus selalu masuk menghidupi pengalaman, yaah pokoknya saya tidak persiapan, do my best setelah itu Tuhan kasih dan saya selalu hidup di dalam surpirse, bagus juga sih ada pengalaman itu dan memang perlu untuk memperkaya kehidupan kita. Tetapi ada aspek yang lain di dalam kehidupan kita dimana kita sendiri mengetahui bahwa ada keselamatan yang memang sudah disediakan Tuhan, ada janji Tuhan yang sudah diberikan Tuhan, lalu kita menggumulkan dan terus mengharapkan, dan Tuhan mendengar doa kita, dan memakai juga persiapan yang sudah kita lakukan, ini prinsip yang penting. Dalam bagian ini kita melihat bagaimana Tuhan memakai Simeon dan Hana di dalam masa yang panjang untuk berbagian di dalam sukacita tersebut.
Kalau kita membaca dalam perspektif injil Yohanes, kalimat yang sederhana itu, “mintalah, supaya penuhlah sukacitamu”, memang kalau berdasarkan hukum logika yang ketat, kalau kita coba pakai, “mintalah, supaya penuhlah sukacitamu”, maksudnya di dalam pengertian, jika engkau minta, maka sukacitamu penuh, secara logika itu kan pembalikannya, jika bukan A maka B, jika bukan B maka A, tidak bisa jika bukan A, maka bukan B, itu bukan logika yang benar, itu logika yang keliru. Memang tidak ada kata jika, maka, tetapi kalau kita mau sedikit memaksakan, “jika engkau minta, maka penuhlah sukacitamu”, kita tidak bisa bilang “jika engkau tidak minta, maka tidak penuh sukacitamu”, menurut hukum logikanya kurang tepat. Secara sederhana memang ada perbedaan antara orang yang bergumul, lalu kemudian mendapatan apa yang mereka gumulkan dengan orang yang tidak pernah bergumul lalu mendapatkan apa yang Tuhan berikan kepada mereka. Bukan di dalam pengertian mutlak bahwa orang yang tidak minta tidak mungkin dapat sukacita (memang tidak juga, menurut hukum logika juga tidak seperti itu), Tuhan tetap bisa berikan sukacita bagi mereka yang tidak bergumul, tidak meminta, tidak mempersiapkan diri lalu mendapatkan dan akhirnya sukacita juga, ya itu bisa terjadi. Tetapi bagaimanapun ada perbedaan yang unik (ini bukan mau memperbandingkan), ada keunikan tertentu, sukacita yang khusus bagi orang yang mempersiapkan, lalu kemudian mendapatkan apa yang mereka gumulkan itu.
Tuhan mengatakan melampaui apa yang kita pikirkan dan doakan, tapi bukan tanpa kita pikirkan dan tanpa kita doakan bukan? Melampaui apa yang kita doakan, istilah ‘melampaui’ itu berarti sudah ada sesuatu yang dilampaui, yang dilampaui itu apa, kalau menurut surat Paulus? Yaitu apa yang kita doakan dan kita pikirkan dsb. Kita melihat khususnya di dalam bagian ini kita mendapati ini bukan satu-satunya bagian, cerita yang lebih besar mungkin adalah tentang kelahiran Yohanes pembaptis dan seluruh tugas dari Yohanes pembaptis, kita juga membaca persiapan dari pada apa yang Tuhan akan berikan yaitu kelahiran Yesus Kristus itu sendiri. Intinya adalah secara message saudara dan saya diundang untuk mempersiapkan, bukan hanya menerima tanpa persiapan dan akhirnya kita memperoleh apa yang sudah Tuhan janjikan, in set of orang lain yang mempersiapkan lalu tiba-tiba kita hanya mendapatkan tanpa mempersiapkan. Sekali lagi, dalam hal ini Maria sepertinya memang tidak terlalu persiapan karena itu dia terkejut, tetapi itu bukan satu-satunya picture, kita membacanya dalam bagian ini Simeon dan Hana, Yohanes pembaptis yang dipersiapkan oleh Tuhan untuk mempesiapkan kedatangan tersebut. Mereka bukan yang pertama mendengar kelahiran Yesus, mungkin gembala yang pertama atau Maria dalam hal ini, juga Elizabeth dalam cerita alur dari Lukas, lalu kita baru membaca cerita Simeon dan Hana setelah gembala. Tetapi mereka sebetulnya secara kronologis boleh dikatakan yang pertama di dalam pengertian proses persiapan itu, mendahului para gembala, Maria, Elizabeth, Zakaria dan yang lain, siapa? Simeon dan Hana, tanpa mereka mengerti sepenuhnya apa yang terjadi, waktu mereka masih hidup, karena tidak ada kepastian apakah mereka akan melihat Tuhan atau tidak?
Waktu kita melihat di dalam bagian ini, kalimat-kalimat yang dikatakan Simeon, bagaimana pengharapan dan ketenangannya (ayat 29), dia merasa seperti pergumulannya sudah selesai, tugasnya sudah selesai di dalam dunia ini, di sini kita tidak membaca kalimat seseorang yang despair dan desperate, “biarkanlah hambamu ini pergi”, bukan seseorang yang minta mati seperti Elia, “cukuplah, aku tidak lebih baik dari pendahuluku”, dsb., tidak, tetapi ini satu kepergian yang indah. Kita tidak tahu dengan pasti cerita ini lanjutannya bagaimana, alkitab tidak mencatat, tetapi ini satu penyerahan diri di dalam pengertian kesiapan untuk menghadap Tuhan karena sudah menyelesaikan apa yang sudah menjadi bagiannya di dalam dunia ini. Kesiapan untuk pergi kepada Tuhan di dalam damai sejahtera sesuai dengan firmanMu, bahkan dia mengatakannya, karena dia sudah mendapatkan, sudah melihat keselamatan yang dari padaMu. Saya tertarik dengan kalimat ini, di sini tidak ada pembicaraan tentang jasa, konsentrasinya adalah pada keselamatan, sebenarnya dia bisa mengatakan kalimat seperti ini, “sekarang Tuhan, biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firmanMu, sebab hambaMu ini telah berdoa selama 67 tahun dan sekarang sudah selesai dan melihat keselamatan yang dari padaMu sesuai dengan apa yang sudah saya gumulkan selama bertahun-tahun dan sekarang ada hasilnya apa yang saya kerjakan, mulai melihat apa yang saya bangun, dan karena itu sekarang biarkan saya pergi, karena sekarang bangunan ini mulai establish”, kalimat itu tidak ada.
Jadi ini bukan masalah apa yang sudah dibangun oleh Simeon selama berada dalam dunia, apa yang dia kerjakan, berapa banyak kontribusinya di dalam sejarah Kerajaan Allah, dsb., bukan itu, is not about Simeon, ini tentang Yesus. Kalau kita melihat dalam bagian ini, yang sama sekali tidak muncul adalah diri Simeon sendiri, sama sekali tidak ada, pertama dia bicara tentang Tuhan, memang ada bicara tentang hambamu ini pergi, tetapi pergi maksudnya apa? Berarti tergeser kan eksistensinya? Ya sudah selesai, saya tidak penting, saya sudah boleh pergi, bukan di dalam pengertian heroik, karena orang-orang muda sudah datang, sekarang saya harus mulai pensiun, bukan di dalam pengertian itu, tetapi di dalam arti memang tidak pernah penting di dalam kehidupan Simeon dan yang lebih penting itu adalah keselamatan yang dari Tuhan dan setelah itu bangsa-bangsa lain, kemuliaan Tuhan bagi umatNya Israel. Self consciousness itu menghalangi Tuhan sendiri, menghalangi visio kita sendiri, penglihatan kita akan Tuhan itu jadi kabur, yang ada adalah kebesaran diri kita sendiri, tetapi bukan hanya itu, selain Tuhan yang tergeser, sebetulnya pelayanan kita juga tergeser, orang-orang yang kita layani juga tergeser. Di dalam kehidupan kita menjadi seperti tidak ada kepentingannya, akhirnya jangan-jangan kita mungkin sedang menginstrumentalisasi belaka orang-orang yang kita layani itu?
Ada satu kalimat yang saya sedih sekali mendengarnya, orang pergi ke KKR regional, lalu khotbah, setelah khotbah tanya sama gurunya, tadi jumlahnya berapa ya bu? Wah kalau pelayanan seperti ini, kita hanya cari angka saja, tidak tahu apakah orang itu betul-betul yang mentalitas cari angka atau tidak, tetapi sedih mendengarnya. Kita pelayanan, tetapi sebetulnya sedang menginstrumentalisasi orang-orang lain (kalau itu betul), cari angka untuk laporan sinedo akhir tahun atau betul-betul melayani jiwa yang sedang kita layani, yang kita berkhotbah kepada mereka? Hati-hati, pergeseran seperti ini sama sekali tidak menarik dihadapan Tuhan, karena sebetulnya yang dilayani itu lebih penting dari apa yang kita buat statistiknya, however itu menarik, menarik untuk siapapun, mungkin menarik untuk dirinya sendiri, dst., tetapi itu bukan menjadi fokus di dalam pelayanan kita. Mungkin kita jangan suka mendokumentasikan pelayanan kali ya? Mendokumentasikan dalam pengertian metaforis, bukan berarti dalam acara natal dll., tidak boleh ada fotographer-nya sama sekali, bukan itu maksudnya, tetapi dalam pengertian metaforik, jangan terlalu tertarik mendokumentasikan pelayanan kita, karena nanti yang seperti Yesus katakan kepada orang Farisi, dokumentasimu terlalu banyak di dunia, di surga tidak ada dokumentasi lagi. Yesus bilang sama orang Farisi, kamu sudah terima pujianmu, semua di dalam dunia, rekening di surga terkuras, akhirnya tidak ada pujian apa-apa lagi di surga karena sudah kamu habiskan semua di dalam dunia, begitu kan ya? Jangan terlalu sering dokumentasikan pelayanan kita, nanti di surga tidak ada dokumentasinya lagi?
Waktu kita membaca bagian ini, kita membaca perkataan Simeon, pertama yang bisa melihat keselamatan yang dari Tuhan, setelah itu dia bisa melihat bangsa-bangsa lain, ini very early dan Lukas mencatat, kita percaya betul-betul keluar dari mulut Simeon, bukan ditambahkan oleh Lukas ke dalam mulut Simeon, padahal Simeon tidak pernah bicara kalimat itu, tetapi kita percaya ini betul-betul historical keluar dari mulut Simeon, very, very early. Terang menjadi penyataan bagi gentile, even Petrus pun betapa telatnya mengerti prinsip ini, betapa telatnya Paulus mengerti hal ini, betapa telatnya rasul-rasul yang lain mengerti hal ini, tetapi Simeon, beberapa saat saja setelah melihat Yesus, dia sudah mengatakan kalimat ini, Dia akan menjadi terang, penyataan bagi bangsa-bangsa lain. Wah visi-nya itu luas sekali, kadang kita setelah setia di dalam hal-hal tertentu, kemudian baru Tuhan bukakan, ooh ternyata bukan hanya ini iya, ternyata bisa memberkati lebih luas dari pada itu, itu mungkin pengalaman yang sering terjadi dalam kehidupan kita kali ya? Seperti Petrus waktu dia melayani, melayani kemudian Tuhan bukakan, ooh ternyata Kornelius juga bisa mendapatkan Roh Kudus, oh kalau begitu Tuhan juga bekerja untuk bangsa-bangsa lain begitu kan ya, kemudian mulai dibukakan lebih luas, lebih luas. Tetapi sekali lagi, ini bukan tanpa Israel, karena bagaimanapun Israel adalah umat Tuhan, umat pilihan Tuhan, Israel, kemuliaan bagi umatMu Israel, Israel tetap akan mulia karena dari situ keluar Juruselamat.
Bapa serta ibunya amat heran, kita tidak jelas, heran di dalam bagian mana? Tetapi yang paling amannya adalah heran di dalam semua perkataan yang dikatakan di dalam ayat 29, 30, 31, 32 oleh Simeon, dia heran. Kita juga tidak terlalu jelas, apakah heran di sini berarti kemudian setelah itu langsung mengerti apa yang dikatakan? Mungkin tidak juga, kita tidak tahu, alkitab tidak mencatat bagian itu, tetapi yang pasti ada keheranan, ada sesuatu yang melampaui cara pandang mereka, cara pikir mereka, ya betapa tidak kalimat seperti penyataan bagi gentile, siapa yang mengerti pada saat itu? Tidak ada yang mengerti kecuali Simeon, siapa yang mengerti kecuali Tuhan? Mungkin Yusuf dan Maria pun tidak terlalu mengerti, tetapi di sini kemudian Tuhan menyatakannya kepada mereka apa yang akan terjadi dengan Anak itu, seorang Anak yang akan menjadi berkat baik bagi Israel maupun bagi bangsa-bangsa lain.
Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang di Israel, untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan, mengutip khotbah natal Pdt. Stephen Tong tentang Raja Damai, tetapi kita membaca dalam alkitab yang juga mendatangkan konflik yang necessary, kita tahu Yesus pernah mengatakan, jangan kamu pikir Aku datang membawa damai, Aku datang membawa perang, maksudnya tidak ada benturan pengertian Raja Damai dengan Yesus yang datang membawa perang kan? Karena pengertian damai yang di situ adalah damai yang berbeda, jangan kamu pikir Aku datang membawa damai, di dalam pengertian apa? Di dalam pengertian damai yang palsu, bukan damai yang sejati, tetapi Yesus betul-betul datang membawa damai, damai yang sejati yaitu damai yang mendamaikan manusia berdosa dengan Allah yang kudus. Yesus betul-betul datang membawa damai itu, tapi bukan damai harmonisasi manusia yang tidak ada perbantahan sama sekali, yang tidak ada konflik sama sekali, budaya Timur, human relationship, kalau orang salah ya kita tutup mata sedikit, begitu kan ya, tapi giliran saya salah kenapa orang tidak tutup mata? Jadi itu persoalannya, kalau saya yang salah kok orang lain tidak tutup mata, lalu kita mulai kesal dengan culture itu, somehow amsimetris, karena kita mengharapkan treatment yang sama dst.
Tetapi di sini juga mengatakan pengertian yang sama, bahwa ini akan menjadi suatu tanda, Yesus akan menjadi satu tanda yang menimbulkan perbantahan, ada konflik yang necessary, yang akan terjadi di situ, tetapi bukan karena Yesus mengadu domba, tidak, bukan karena Yesus menggerakkan orang untuk melakukan violent, kekerasan atas nama agama, juga tidak, bukan di dalam pengertian itu. Tetapi di dalam arti bahwa Yesus datang untuk menjadikan nyata pikiran hati banyak orang, ada orang-orang yang melawan kebenaran, ada orang-orang yang menolak pengenalan diri yang sesungguhnya, ada orang yang tidak suka kalau dikatakan dirinya itu apa adanya, karena itu di dalam kehidupan kita, kita juga lebih suka dipuji kan dari pada ditegur? Dipuji itu tergantung juga, bisa benar bisa salah, tetapi yang menarik adalah dipuji salah pun juga tidak perlu, seperti tidak perlu ada koreksi, menarik kan ya? Asimetris di dalam kehidupan kita, kalau orang dipuji benar, ya at least ok lah, karena memang sudah benar, itupun harus kita tambahkan kalimat tentang itu, tetapi katakanlah kita berhenti sampai di situ, tetapi kalau dipuji ternyata salah, tidak ada koreksi, tetapi begitu dikritik dan ada salah, langsung ada koreksi, perlu klarifikasi, menarik kehidupan kita ini.
Intinya adalah orang lebih suka untuk menghidupi self knowledge yang distorted, yang tidak sesuai dengan sesungguhnya, sehingga waktu berjumpa dengan Yesus, waktu berjumpa dengan kebenaran ada persoalan terjadi, di situ ada konflik, ada perbantahan. Yesus waktu datang sebagai terang karena disebut terang, terang pasti membongkar semuanya bukan? Semua kerut-kerut, semua borok-borok akan kelihatan dengan adanya terang, tetapi kita tidak suka dengan pemandangan itu, kita lebih suka menutupi itu semua dengan makeup yang tebal dst., again gambaran metaforik, tetapi justru karena itu Yesus dibenci, karena banyak orang akan menjadi nyata pikiran hatinya waktu Yesus datang menghampiri sebagai terang. Orang-orang Farisi sangat terusik self righteousness-nya langsung dibongkar, kecongkakannya, mereka yang tidak ada belas kasihan, itu semua dibongkar, menarik, Yesus melakukan tindakan belas kasihan, Yesus tidak mengatakan, ini loh yang namanya belas kasihan, kamu tidak ada belas kasihan, tidak ada catatan seperti itu di dalam alkitab. Yesus melakukan belas kasihan, orang yang tidak melakukan belas kasihan langsung tersinggung, seperti terbongkar, wah Dia melakukan belas kasihan, itu menelanjangi kita, selama ini kita tidak pernah melakukan belas kasihan, karena ada orang yang melakukan belas kasihan, jadi terbongkar bahwa saya tidak pernah melakukan belas kasihan.
Mereka terusik oleh karena kebaikan orang lain, ya karena hati mereka memang sempit, tidak luas, tetapi juga seperti yang dikatakan di sini, pikiran hati mereka itu menjadi nyata. Tetapi ini kalimat yang sama bisa menjadi penghiburan bagi kita di dalam arti bahwa pikiran hati menjadi nyata waktu kita hidup di dalam terang, karena Anak ini dijanjikan bukan hanya untuk menjatuhkan, tetapi juga untuk membangkitkan, berbahagia mereka yang dibangkitkan dan bukan dijatuhkan oleh Anak ini. Ini kalimat yang dikutip oleh Luther waktu dia berbicara tentang sola fide, sola gracia, nah inilah article of faith yang dari pada-nya gereja itu jatuh atau bangkit tergantung kepada artikel ini. Anak ini aslinya di dalam Lukas, Anak ini, Yesus itu sendiri, Sang Anak ini akan menjatuhkan dan membangkitkan, ini menjadi satu pedang, memisahkan orang menjadi percaya dan tidak percaya. Saya kutip dari buku pak Tong, injil itu mempunyai kuasa yang mengkutubkan, maksudnya apa? Setelah injil diberitakan langsung membelah orang kepada yang ini percaya, yang ini tidak percaya, tidak bisa tidak, ketika injil datang tidak bisa tidak jelas, itu bukan kuasa injil, firman Tuhan waktu diberitakan langsung membelah orang kepada satu percaya dan satu lagi tidak percaya, di dalam pengertian seperti ini.
Akan menjadi nyata pikiran hati banyak orang, ada yang jatuh dan ada yang bangkit, tidak ada yang status quo, tidak ada, itu mitos, setelah orang mendengarkan firman Tuhan, mendengarkan injil, dia bisa tetap status quo, tidak ada, yang ada adalah pemisahan itu. Pemisahan itu khususnya di dalam doktrin reformed, kita percaya yang melakukan adalah Tuhan sendiri, ini menakutkan, manusia tidak punya sovereignty seperti Tuhan, meskipun dia punya free will, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang. Penghiburannya adalah waktu kita berbagian di dalam sisi bukan yang dijatuhkan, tetapi sisi yang dibangkitkan dan kalau kita meneladani kehidupan Simeon dan Hana yaitu salah satunya adalah saudara dan saya diundang untuk bukan hanya merayakan berkat Tuhan setelah berkat itu datang lalu kita rayakan, tetapi Simeon yang dicatat dalan peristiwa ini setelah natal, setelah kelahiran, tapi alkitab mencatatnya sedemikian rupa. Orang ini bukan orang yang merayakan setelah natal, tetapi orang yang berbagian jauh sebelum natal, ini menjadi satu penghiburan bagi saudara dan saya, kalau juga bisa berbagian bukan hanya setelah berkat tiba, lalu kita ramai-ramai merayakan, tetapi juga berbagian di dalam pergumulannya, di dalam proses janji Tuhan itu diberikan kepada kita, termasuk juga berbagian di dalam pergumulan kehidupan orang lain, bukan hanya sukacita-nya waktu pesta kita datang, wah dia menikah, saya senang, tetapi kita juga harus berbagian di dalam pergumulan itu dst., ini hanya aplikasi yang sangat sempit saja dan masih bisa di dalam banyak hal yang lain. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (AS)
Gereja Reformed Injili Indonesia Jemaat Kelapa Gading