Ada perbedaan antara Injil Sinoptik dengan Injil Yohanes. Di dalam Injil Sinoptik pelayanan Tuhan Yesus itu seperti seolah-olah pertama-tama dikerjakan di daerah Galilea saja (daerah wilayah Utara). Semua Injil Sinoptik baik itu Injil Matius, Markus, dan juga Lukas, semua sama membahas tentang pelayanan Tuhan Yesus yang pertama-tama dikerjakan di wilayah Utara, di daerah Galilea. Lalu setelah pernyataan akan siapakah Kristus/Yesus itu, Dia adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Maka lalu mulai ada satu pengalihan daripada pelayanan tersebut. Pengalihan pelayanan tersebut yang kemudian mulai ke arah Yudea, ke arah Yerusalem dan pelayanan di sana sampai Yesus harus menderita, disalibkan dan mati di sana. Tapi di dalam Injil Yohanes, kisah akan pelayanan Tuhan Yesus itu tidak dibagi 2 secara gamblang sedemikian, utara dan selatan, tidak. Tapi Tuhan Yesus di Utara, kemudian juga di Selatan, kemudian balik lagi ke Utara. Sehingga melalui dua gambaran akan pelayanan Tuhan Yesus ini, kita bisa menyimpulkan bahwa pelayanan Tuhan Yesus itu bukan dikerjakan hanya dalam rentang satu tahun saja, kemungkinan paling minimum itu 3 tahun. Di mana Tuhan Yesus berapa kali –berulang kali– ke Yerusalem, terus kemudian kembali lagi ke Utara, lalu kembali lagi ke Selatan. Nah, Markus 10, dimulai di ayat pertama menyatakan bahwa Tuhan Yesus mulai pelayanan ke daerah Yudea, ke daerah seberang Sungai Yordan mulai masuk nantinya juga ke wilayah Yerusalem. Pelayanan Tuhan Yesus pelayanan yang kembali agak berbeda di sana. Kalau pelayanan di sebelah Utara, mungkin banyak kasus-kasus yang kerasukan setan, itu dicatat di sana. Tapi setelah masuk wilayah Selatan, mungkin kaum yang lebih terpelajar, kaum yang mungkin lebih fasih, paham akan kebenaran Firman Tuhan sehingga hal-hal yang takhyul / mistis mungkin lebih disingkirkan. Sehingga akhirnya mereka tidak mengalami masalah-masalah sedemikian. Tidak dijumpai pelayanan Tuhan Yesus yang mengusir roh-roh jahat di wilayah Selatan. Akan tetapi bukan berarti roh jahat tidak bekerja. Roh jahat tetap bekerja di balik hati manusia yang berdosa. Roh jahat tetap memegang kendali, mengontrol manusia yang berdosa di balik hati manusia berdosa. Sehingga banyak ahli-ahli taurat, imam-imam kepala yang datang kepada Tuhan Yesus, tapi kemudian datang untuk mencobai.
Di dalam perjalanan Tuhan Yesus, kita lihat ada 2 cuplikan di sini yang barusan kita baca. Cuplikan yang pertama pelayanan Tuhan Yesus kepada anak-anak. Anak-anak itu dibawa oleh orang tua, dibawa untuk diberkati oleh Tuhan Yesus. Orang tua ada punya suatu hati yang concern akan anak-anaknya supaya juga boleh mendapat berkat dalam pelayanan Tuhan Yesus, akan tetapi dihalang-halangi oleh para murid. Para murid tidak mengerti sehingga akhirnya para murid menghalang-halangi dan Tuhan Yesus harus marah di sana. Murid-murid marah dan kemudian Tuhan Yesus memarahi para murid mengatakan, “ya, mereka inilah orang-orang yang empunya Kerajaan Allah.” Justru mereka harus disambut.
Dan itu menjadi suatu kontras dengan cuplikan yang berikutnya waktu Tuhan Yesus melanjutkan perjalanan, ada orang muda yang datang berlari-lari lalu berlutut, bertelut di hadapan Tuhan Yesus. Kontras karena pertama adalah anak-anak, anak-anak yang mereka sendiri tidak bisa datang sendiri kepada Tuhan Yesus, anak-anak yang waktu datang, apa sih yang mereka bisa banggakan?. Mereka adalah orang-orang ya kita boleh katakan helpless / tidak berdaya tapi bukan berarti hopeless. Anak-anak itu tidak berdaya, apa yang bisa mereka kerjakan? Tapi kembali Tuhan katakan, justru mereka inilah yang empunya Kerajaan Allah. Kontras dengan satu orang anak muda datang kepada Tuhan Yesus, berlari-lari kemudian bertelut dan bertanya bagaimana caranya supaya saya mendapatkan hidup yang kekal?. Tidak ada kontras yang lebih besar dari dua ini, satu anak-anak yang tidak berdaya, satu lagi seorang anak muda. Kalau saya pikir-pikir ini bukankah suatu hal yang luar biasa.
Ravi Zacharias pernah memberi insight comment: Injil itu nggak sederhana. Kalau sekarang, konteks kita sekarang, ya katakan Ayub (mahasiswa praktek di sini) turun ke bawah selesai kebaktian, lalu di luar nanti ada orang, anak muda naik satu mobil entah merk apa gitu ya berhenti keluar dari mobil tersebut, berlutut di hadapan Ayub terus berkata apa yang harus kulakukan untuk menerima hidup yang kekal?. Kita akan merasa ini suatu kesempatan yang baik sekali. Ayub mungkin akan katakan “Ayo mari ke dalam, nanti saya ceritakan Injil kepada kamu. Kamu harus percaya kepada Tuhan Yesus.” Sebenarnya gampang kan memberitakan Injil seperti itu. Tapi di sini Tuhan Yesus tidak lakukan hal seperti itu. Ravi Zacharias katakan, justru dibongkar oleh Tuhan Yesus. Orang yang datang, mau mendapatkan hidup yang kekal,mau masuk ke dalam Kerajaan Allah, justru diuji oleh Tuhan Yesus. Mengapa kamu katakan, aku ini baik? Apakah yang sudah kamu lakukan? Kau sudah lakukan ini semua?. Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu. Dia katakan: semua sudah saya lakukan.
Dalam konteks kita dan apa yang Tuhan Yesus pikirkan, itu selalu bertolak belakang. Seorang yang mungkin gampang sekali, calon jemaat yang baik, dia melakukan segala sesuatu yang baik, perintah Tuhan, hukum taurat itu dilakukan dia tanpa bercela, dari sejak masa mudanya. Itu sesuatu yang baik sekali. Dan kalau dia menjadi murid STT, saya percaya pasti juga rekomendasi itu sangat-sangat direkomendasikan untuk masuk menjadi mahasiswa STT. Tapi ternyata malah orang yang penuh dengan hopefully malah nanti akhirnya meninggalkan Tuhan Yesus. Ini suatu hal yang menarik yang perlu kita pelajari bersama-sama. Kenapa, orang yang demikian hopefull tapi akhirnya kemudian meninggalkan Tuhan Yesus? Pada akhirnya masuk ke dalam Kerajaan Allah untuk memperoleh hidup yang kekal bukan masalah achievement, bukan masalah kemampuan kita apa yang sudah kita kerjakan sehingga akhirnya Tuhan bisa menerima kita. Hukum taurat sudah dikerjakan, ini anak muda yang baik, kaya, saleh, soleh. Dia bisa mempertonjolkan itu semua. Kita juga bisa melihat, kesannya dia seorang yang sangat rendah hati juga. Kaya, tapi kemudian berlari terus kemudian berlutut. Itu kan suatu hal yang benar-benar merendahkan dirinya. Tapi Tuhan Yesus tidak terkecoh oleh penampakan fenomena di luar. Tuhan Yesus sangat mengasihi daripada anak muda ini karena Tuhan Yesus melihat anak muda ini dengan kasih. Tetapi tetap apa yang bercokol di dalam hati dia, itu adalah dosa. Dosa yang bukan terkait dengan moralitas. Tapi dosa yang terkait dengan siapa yang memegang posisi prioritas utama di dalam dirinya. Ini dosa yang seringkali kita KKR Regional, kita hanya katakan “ya kamu harus bertobat dari dosa-dosa moralitas, dosa nyontek, dosa tidak membantu orang tua, dosa mukul teman dll. Itu dosa moralitas, mereka perlu bertobat akan hal itu. Tapi tidak ada yang mengkhotbahkan dosa akan hal yang lain, idolatry / pemberhalaan. Hal yang lain yang dianggap lebih utama lebih dicintai, lebih dikasihi daripada Tuhan Yesus sendiri. Itu yang Tuhan Yesus tegur sebenarnya. Tuhan Yesus bongkar kebobrokan hati daripada anak muda ini. Tuhan Yesus menegur dengan lembut sekali kepada anak muda ini. Ada satu, satu yang kamu kurang, kamu harus kerjakan ini kemudian ikut aku. Apa itu satu yang kurang? “Juallah segala milikmu, bagikan kepada orang miskin, setelah itu datang kemari dan ikut aku.”
Demand / permintaan Tuhan Yesus itu tidak tanggung-tanggung. Tuhan Yesus bukan katakan, “Ungkaplah semua hartamu bayarlah uang tebusan 2% lalu ikut saya.” Tidak, ini 100%, yang Tuhan katakan, ”jual semua milik kamu, 100%.” Tidak main-main. Untuk mengikut Tuhan ada suatu harga yang harus dibayar, ada satu hal yang harus dilepas. Dan menarik, tuntutan Tuhan Yesus kepada orang ini demikian tingginya. Kalau kita mau compare, kalau dibandingkan dengan murid-murid yang mengikut Tuhan Yesus. Mereka juga membayar harga, mereka juga melepas. Tapi tidak dikatakan mereka harus menjual semua miliknya terus kemudian mengikut Yesus. Tapi tidak, hanya kepada anak muda ini. Para murid, mereka juga melepaskan waktu mereka mengikut Tuhan Yesus. Waktu Andreas dan Petrus dipanggil, “Ikutlah Aku.” Mereka meninggalkan jala mereka, mereka meninggalkan perahu mereka, mereka meninggalkan nafkah mereka. Demikian juga dengan Yohanes dan Yakobus, dua bersaudara juga kembali melepaskan segala sesuatunya. Dan mereka dari kalangan yang lebih berada karena dikatakan Yohanes dan Yakobus meninggalkan juga ayahnya, meninggalkan juga pekerja-pekerjanya. Kalau Andreas dan Petrus itu mereka sendiri yang bekerja mencari, menjala ikan. Tapi kalau Yohanes dan Yakobus, bukan saja mereka menjadi penjala ikan tapi mereka juga ada pekerja-pekerja yang lain sehingga secara kedudukan status sosial lebih tinggi dan itupun mereka lepaskan. Matius yang dipanggil oleh Tuhan Yesus, “Ikutlah Aku.” Matius pun meninggalkan segala sesuatunya, dia meninggalkan meja tempat pemungut cukainya dan akhirnya mengikut Yesus . Ada harga yang harus dibayar untuk mengikut Yesus. Para muridpun melepaskan itu semua. Para murid mengikut Yesus, tapi tuntutan Tuhan Yesus kepada orang muda ini jauh lebih tinggi, jauh lebih besar. Dan saya percaya karena Tuhan Yesus punya kejelian, Dia tahu titik sensitivitas daripada dosa yang mencengkeram orang ini, itu ada di dalam kekayaan. Sehingga kesimpulan yang Tuhan Yesus berikan sangat sulit sekali, orang yang beruang masuk dalam Kerajaan Allah. Setiap kita ada satu titik sensitivitas yang kita bergumul di sana. Kristus adalah yang harusnya yang menjadi Tuhan atas segala aspek kehidupan kita. Tapi sebagai manusia yang berdosa, kita seringkali ada satu bagian yang ingin kita pertahankan sendiri. Kita yang berkuasa di sana.
Ada satu booklet kecil, judulnya My Heart: Christ’s Home (Hatiku itu Rumah Kristus). Menggambarkan bagaimana seorang yang percaya kepada Tuhan, maka Kristus masuk ke dalam hatinya. Tapi waktu Kristus masuk dalam hatinya itu perlahan-lahan, pertama-tama masuk dalam ruang tamunya. Ada bagian-bagian, yang wilayah yang tidak diizinkan Tuhan Yesus masuk. Ada ruang-ruang, mungkin ruang kamar tidurnya atau ruang bagian lainnya yang Kristus tidak diizinkan untuk masuk. Tidak bisa. Kristus akan masuk dan Dia harus masuk, harus memeriksa, harus masuk ke seluruh sudut daripada hati kita. Sehingga tidak boleh ada satu ruangan pun yang terkunci rapat-rapat di mana Kristus tidak boleh masuk ke dalamnya. Tidak. Setiap dari kita perlu jujur di hadapan Tuhan. Tuhan akan menelanjangi kita. Sama seperti Tuhan menelanjangi daripada anak muda ini. Kebobrokan apa? Apa yang kamu sembunyikan, apa yang kamu keep to yourself, kamu sembunyikan bagi diri kamu sendiri dimana Kristus kalau tidak masuk ke sana, Dia tidak menjadi Tuhan atas orang tersebut. Saya percaya bukan setiap orang itu masalahnya akan masalah kekayaan . Ada orang-orang yang kekayaan itu gampang sekali. Mungkin yang sudah cukup berumur, dia akan gampang sekali untuk melepaskan kekayaan tersebut.
Ada orang dalam Perjanjian Lama bernama Naaman , seorang panglima dari kerajaan Aram. Seorang yang punya jasa, kedudukan, punya kekayaan akan tetapi dia sakit kusta. Saya percaya kerinduannya untuk membereskan, untuk boleh sembuh dari penyakit kustanya tersebut itu jauh lebih daripada keinginan untuk boleh mendapatkan kekayaan atau posisi apapun. Sehingga jauh-jauh dia ke Yerusalem, dia mencari nabi Elisa dan mencari bagaimana caranya supaya dia boleh sembuh. Dan di sini kembali sensitivitas daripada dosa itu dalam diri Naaman itu perlu ditaklukkan terlebih dahulu. Bukan kekayaan tapi image diri. Naaman dikatakan “Engkau harus mandi mencelupkan diri kamu di Sungai Yordan sebanyak 7x.” Seorang yang dengan pakaian militer yang gagah tapi ada kusta. Kalau dilepas, seorang telanjang hanya pakaian dalam saja, itu sudah malu kan?. Tapi lebih-lebih lagi bagi seorang yang mempunyai posisi, panglima Kerajaan, dia harus melepaskan baju militernya, kemegahan dia. Lalu kemudian dalam keadaan telanjang dan orang-orang bisa melihat kusta. Itu yang Tuhan ingin supaya Naaman menyatakan dirinya, mengakui kebobrokan dirinya dan akhirnya menerima anugerah dari Tuhan. Tidak ada cara lain untuk kita boleh menerima anugerah dari Tuhan. Harus kita datang dalam satu kondisi kebobrokan kita datang, Just as I am, seperti lagu dalam KKR Billy Graham. Setiap kali panggilan, lagu Just as I am itu dinyanyikan/dikumandangkan, lalu orang-orang akan datang dari tempat mereka datang untuk didoakan. Saya datang Just as I am, sebagaimana saya adanya untuk mendapatkan anugerah Tuhan bukan dalam kedok saya, bukan dalam kebohongan saya, kemunafikan saya. Tidak. Sensitivitas dalam teguran, dalam dosa apa yang menjadi jerat bagi kita?. Tapi banyak sekali saya percaya orang-orang yang terjerat hatinya dengan kekayaan sehingga Tuhan Yesus harus menyampaikan hal ini. Orang yang beruang sulit masuk dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah daripada seekor unta masuk dalam lubang jarum. Bagaimana mungkin seekor unta masuk dalam lubang jarum?. Tapi Tuhan katakan itu jauh lebih mudah dibandingkan orang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sekali lagi, seorang bisa masuk dalam Kerajaan Allah bukan karena achievement tapi simply karena menerima itu sebagai gift / pemberian dari Tuhan. Sama seperti anak-anak boleh mendapatkan, disambut dalam Kerajaan Allah bukan achievement mereka tapi karena anugerah Tuhan yang diberikan. Dan Tuhan Yesus memberkati mereka, meletakkan tanganNya, memberkati anak-anak tersebut. Kita seringkali kembali gampang sekali terjerat dengan kekayaan.
Kadang-kadang orang Kristen atau gerejapun tidak luput dari dosa ini. Kalau ditanya kita lebih peka mana gitu ya, mungkin Majelis atau Hamba Tuhan boleh ditanya. Kalau ditanya lebih peka mana? Lebih peka uang kas yang berturun pemasukkan setiap minggunya atau orang yang hadir dalam Persekutuan Doa yang tidak bertambah bahkan malah menurun?. Mana yang lebih peka? Kita pelayanan bukan pertama-tama didorong oleh profit. Pelayanan Kerajaan Allah itu bukan profit-driven ministry. Bukan pelayananyang melihat ya itu ada keuntungan, baru kita masuk dan kerjakan itu. KKR Regional yang kita kerjakan itu juga bukan profit ministry. Banyak sekali biaya yang harus dikeluarkan untuk mengerjakan KKR Regional. Lalu apa yang harus dikerjakan? Pelayanan macam apa yang harus dikerjakan?. Saya percaya adalah God’s will driven ministry. Pelayanan yang didorong oleh kehendak Allah, supaya kehendak Allah itu boleh jadi dalam dunia ini. Salah seorang professor luar negeri yang pernah datang mengajar, dia katakan, “Pelayanan yang kalian kerjakan di tempat ini, GRII / STEMI itu pelayanan yang dikatakan vision driven ministry. Pelayanan yang didorong oleh satu visi yang kemudian berusaha supaya visi tersebut tergenapi, terwujud. Itu yang dikerjakan. Kita harus bersyukur Tuhan panggil hambaNya Pdt. Stephen Tong dan juga hamba-hamba Tuhan yang lain mengerjakan pelayanan yang demikian, vision driven ministry. Visi yang kembali kepada kehendak Allah supaya kehendak Allah boleh digenapi dan bukan semata-mata profit, bukan itu yang kita kerjakan. Dunia tidak mengerti akan hal ini sehingga dunia bingung kenapa orang Kristen harus menyangkal diri, harus memikul salib demikian berat.
Kemarin di dalam Persekutuan Doa di Pamulang. Saya menyampaikan tentang peristiwa Paulus yang ditangkap kemudian diadili di hadapan seorang wali negeri yang baru saja diangkat waktu itu menggantikan Felix seorang bernama Festus. Lalu Festus mendapat kunjungan Raja di sebelah utara Herodes Agripa II (cicit daripada Herodes Agung yang membangun Bait Allah) bersama dengan saudarinya Berniece. Dikatakan waktu mau mengadili Paulus, lalu Agripa dan Berniece itu hadir masuk ke ruang pengadilannya dengan satu kemegahan yang luar biasa, Great Pomp.. Dengan suatu kemegahan, kehormatan mereka datang dan masuk. Sementara Paulus, seorang tahanan di penjara yang kemudian harus dipanggil dan dia keluar. Seorang yang tua sekali 60 tahun lebih lalu kemudian dia keluar dengan rantai di tangannya. Menarik bahwa Lukas katakan, Lukas sorot bagian tentang Agripa dan Berniece, itu yang datang dengan Great Pomp tersebut, dengan satu kemegahan, kehormatan demikian. Apa yang diinginkan oleh dunia? Dunia ingin kemewahan inginmenyatakan siapa diri saya dengan suatu pencapaian penghasilan yang saya miliki. Tapi pada akhirnya orang nggak kenal itu Agripa. Orang nggak kenal siapa Berniece. Orang lebih kenal Paulus yang dirantai saat itu. Dan inilah sejarah.
Ada sejarah dunia di mana segala sesuatu itu terjadi, tapi ada satu arus kecil, yaitu sejarah daripada keselamatan, sejarah daripada gereja yang berlangsung di sana. Awalnya mungkin begitu kecil sekali, arus yang begitu kecil sekali. Pdt. Stephen Tong katakan ini waktu Sidang Sinode yang tahun kemarin, itu arus yang demikian kecil sekali tapi itu menjadi arus utama akhirnya mengubah daripada arah sejarah dalam dunia. Orang sekarang tidak mengerti lagi, tidak tahu siapa itu Agripa, siapa itu Berniece, orang tidak peduli. Orang Kristen juga nggak peduli, orang Kristen tidak mungkin menamakan anaknya Agripa, Herodes. Lebih-lebih nggak mungkin lagi. Tapi banyak orang Kristen menamakan anaknya Paulus, kan menjadi hero, menjadi pahlawan sekalipun saat itu dia dirantai, dipenjarakan. History of this world itu hanya menjadi kanvas, di mana sejarah gereja, rencana keselamatan Allah itu boleh diwujudkan. Segala sesuatu yang terjadi dalam dunia ini, orang tidak akan ingat lagi, lupakan. Tapi apa yang dikerjakan gereja dalam pelayanannya itu yang akan dibawa dalam kekekalan. Itu yang penting, bermakna, terus tidak pernah hilang. Karena sekali gereja tancapkan pembangunannya, pengerjaannya, orang akan terus ingat akan ada dampak di sana. Apa yang dikerjakan di Harapan Indah (POS PI), mungkin orang 50 tahun kemudian, akan terus ingat siapa yang mulai waktu itu, cabang mana yang mulai, Hamba Tuhan yang inisiatif atau majelis siapa yang inisiatif?. Tapi orang tidak akan ingat siapa dulu walikotanya, siapa dulu gubernurnya ya di wilayah sana?. Orang tidak akan ingat, itu tidak penting. Tapi Kerajaan Allah, pelayanan itu jauh lebih penting. The vision driven ministry. Pdt. Stephen Tong punya pemikiran yang menarik sekali. Beliau adalah seorang yang sering bepergian naik pesawat terbang. Dan beliau katakan, “Tuhan ciptakan pesawat terbang yaitu untuk penginjilan.” Meskipun Pdt. Stephen Tong sering memesan kursinya itu di kelas ekonomi, tapi beliau katakan, “pesawat itu didesain untuk memberitakan Injil supaya pekerjaan pemberitaan Injil lebih cepat, sementara orang-orang yang duduk di business class, orang yang berdagang itu cuma numpang saja sebenarnya.” Pelayanan itu jauh lebih penting yang terkait dengan kekekalan. Itu prinsip yang kembali kita sebagai orang Kristen, orang Reformed, kita mengerti akan hal itu. Apa yang penting, kenapa kita bisa diselamatkan?. Bukan karena achievement kita. Kita percaya doktrin predestinasi. Predestinasi itu bukan pertama-tama ya karena orang ini akan hidup tahun 2016, terus kemudian dia melakukan pekerjaan-pekerjaan yang besar maka akan diselamatkan oleh Allah. Tidak. Predestinasi itu adalah rencana Allah untuk menyelamatkan, memilih sebelum dunia dijadikan. Bahkan sebelum eksis sama sekali, sebelum segala sesuatu itu ada sama sekali. Itu meniadakan jasa sama sekali dalam pemilihan, dalam keselamatan manusia. Siapa yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah? Bukan orang yang muda, bukan yang kaya, bukan orang yang soleh. Tidak. Tapi anak-anak yang nggak punya prestasi apa-apa. Tapi waktu datang, dibawa kepada Tuhan Yesus, justru mereka yang disambut.
Kita orang-orang Kristen yang kembali harus peka dengan apa yang Tuhan kehendaki –God’s will–. Lalu bagaimana dengan respon para murid, setelah Tuhan Yesus selesai mengajar pada anak-anak, pada orang tua yang ada di sana. Setelah Tuhan Yesus me-address daripada kebobrokan dari hati anak muda tersebut. Anak muda tersebut meninggalkan Tuhan Yesus dengan satu kesedihan luar biasa. Lalu bagaimana dengan respon para murid? Tuhan Yesus mengajar kepada para murid kembali kebenaran akan apa itu Kerajaan Allah. Tuhan Yesus harus meng-koreksi sekali para murid. Ya memang mereka sudah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus, terjun dalam pelayanan juga, diutus berdua-dua. Tapi mereka belum mengerti, belum ngeh. Hati mereka kembali sebenarnya tidak beda jauh dengan anak muda yang kaya tersebut yang datang kepada Tuhan Yesus. Karena hanya beberapa perikop berikutnya muncul lagi satu cetusan hati yang muncul dari Yohanes dan Yakobus yang datang kepada Tuhan Yesus dan meminta, “Kami minta posisi, satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri.” Dia sudah meninggalkan segala sesuatu? Sudah. Tapi apakah sudah mengalami satu transformasi dalam kehidupan? Belum. Dan saya percaya banyak orang Kristen juga demikian. Sudah bertobat percaya pada Tuhan Yesus? Sudah. Tapi sudah pelayanan dan motivasi pelayanan apa? Itu mungkin masih tanda-tanya. Sudah meninggalkan segala sesuatu, sudah mengikut Yesus, sudah percaya, sudah bertobat, tapi melayani bagaimana caranya? Motivasinya apa? Yohanes dan Yakobus mengikut Tuhan Yesus tapi ternyata punya motivasi ambisi pribadi yang luar biasa egois adanya.
Tidak banyak catatan tentang Yohanes. Ada beberapa catatan tentang Yohanes, Petrus mungkin jauh lebih banyak. Tapi dari beberapa catatan tentang Yohanes di dalam pelayanannya, saya simpulkan bahwa Yohanes adalah seorang yang sangat ambisius. Seorang yang memang jauh lebih muda dari para Rasul yang lain dipanggil mengikut Tuhan Yesus. Yohanes katakan, misalnya di Samaria : Ini orang-orang tidak menerima pelayanan Tuhan Yesus, apakah Kamu mau supaya kami berdoa supaya api itu turun dan menghanguskan mereka?. Wah, kejam sekali gitu ya. Lalu pelayanan yang berikutnya: Ada orang yang kami dengar, mereka berhasil mengusir daripada roh jahat, apakah kami harus hentikan?. Dan mereka mengusir dalam nama Tuhan Yesus, mereka berhasil loh. Sementara para murid yang berusaha mengusir Roh jahat dalam nama Tuhan Yesus juga, tapi ternyata gagal. Apakah kami harus hentikan? Ini motivasi yang nggak beres. Waktu Yohanes datang minta bersama dengan saudanya Yakobus, “kami minta posisi, satu di sebelah kanan satu di sebelah kiri”; itu kembali ambisi pribadi. Sudah ikut Tuhan, sudah melayani, sudah menjadi Rasul, tapi ingin tetap dapat posisi, ingin dapat kejayaan. Dan akhirnya Tuhan harus mentransformasi Yohanes perlahan demi perlahan. Butuh waktu, tapi akhirnya diubahkan oleh Tuhan. Yohanes akhirnya orang yang tidak lagi menonjolkan diri dia. Dia adalah salah seorang yang menuliskan Injil tentang Tuhan Yesus, Injil Yohanes dan di Injil Yohanes satu kalipun tidak disebutkan nama dia. Dia hanya address diri dia sebagai murid yang dikasihi Tuhan Yesus. Tidak muncul nama Yohanes di sana, ada muncul nama Yohanes tapi itu Yohanes Pembaptis bukan Yohanes Rasul yang menuliskan Injil tersebut. Pembalikkan yang Tuhan sudah kerjakan luar biasa, transformasi yang begitu berat bagi seorang yang pertama-tama begitu ambisius, begitu ingin mendapatkan segala sesuatu bahkan kejayaan bahkan dalam pelayanan. Dan akhirnya berhasil diubah oleh Tuhan. Saya percaya kita harus membaca dalam pembacaan yang benar. Ada orang yang menafsirkan, Yohanes menyatakan dirinya sebagai murid yang dikasihi oleh Tuhan Yesus, ini jauh lebih baik daripada dibandingkan murid lain yang yaitu Petrus, “Saya mengasihi Tuhan.” Yohanes mengatakan “Saya murid dikasihi”. Petrus mengatakan, “Saya adalah, yang mengasihi Tuhan.” Lalu bedanya dimana? Bedanya waktu Tuhan Yesus ditangkap, waktu Tuhan Yesus diadili, waktu Tuhan Yesus disalib, murid yang mengatakan “Saya mengasihi Tuhan” justru malah meninggalkan, tidak hadir di sana. Tapi Yohanes, murid yang dikasihi Tuhan, dia berada di sana, dia menjadi saksi mata. Sehingga penafsir itu mengatakan, ini adalah suatu pembacaan yang positif, yang baik sekali. Saya adalah orang yang mengasihi Tuhan, itu suatu hal yang baik tapi jauh lebih baik ketika kita menyadari bahwa kita adalah orang dikasihi oleh Tuhan. Waktu kita mengatakan kita saya adalah orang yang dikasihi oleh Tuhan bukan karena pencapaian kita, bukan karena prestasi, kebanggaan kita, tidak. Tapi karena kebobrokan kita. Karena pengenalan akan diri kita yang begitu bobroknya tapi Tuhan masih mengasihi kita. Itu yang harusnya menjadi pencarian, pengenalan diri kita sebagai orang yang dikasihi oleh Tuhan. Orang yang mau rela akhirnya melayani Tuhan dengan motivasi yang beres.
Mengikut Tuhan Yesus itu pada akhirnya harus mengikut sampai ke Salib. Mengikut Tuhan Yesus itu bukan mengikut dalam satu jalan yang mudah yang kita impikan. Tapi mengikut Tuhan Yesus, Tuhan Yesus sendiri katakan syaratnya “Kau harus menyangkal diri, memikul salib lalu mengikut Aku.” Sebagai murid kita mengikut guru kita, Tuhan kita Tuhan Yesus. Dan Tuhan Yesus sampai di atas kayu Salib, dan Dia melepaskan segala-galanya, supaya kita boleh belajar juga melepaskan yang menjadi ambisi kita, motivasi kita yang tidak beres di hadapan Tuhan.
Saya ingin mengakhiri dengan apa yang disampaikan satu ilustrasi yang baik sekali oleh Vik. Heru, waktu Master Class dia sharingkan bagaimana dia melatih daripada anaknya. Dia belikan anaknya itu roti, lalu dalam perjalanan bertemu dengan pengemis yang mengais-ngais sampah. Lalu dia katakan pada anaknya, “kamu kasih roti kamu kepada orang tersebut, give to uncle.” Setelah dikasih, masih ada roti lagi yang si anak itu suka. Dikatakan, “kamu kasih juga roti yang kamu suka itu kepada orang tersebut”. Lalu anak itu tanpa ragu-ragu dia berikan roti tersebut. Lalu Heru tanya kepada anaknya, “Kenapa kamu kasih roti yang kamu suka juga?” Dia katakan, “karena Papa bisa belikan kembali roti itu buat saya.” Waktu kita belajar melepaskan yang kita pertahankan, Tuhan mampu untuk berikan kembali apa yang kita lepaskan. Yang kita lepaskan di dunia ini, itu sesuatu yang pada akhirnya harus dilepaskan. Pada akhirnya kita nggak bisa bawa masuk ke dalam Kerajaan Allah / Surga. Tapi Tuhan, menarik di sini. Tuhan katakan kepada anak muda tersebut, “kamu lepaskan, kamu jual, kamu bagikan kepada orang-orang miskin. Maka kamu akan beroleh harta di Sorga.” Ada le-patriasi di sana. Kau lepaskan di sini, kamu dapat harta di sana, tapi itu di-freeze selama kamu hidup di dalam dunia ini, kamu nggak bisa nikmati sama sekali di dunia ini. Tapi kamu akan menikmati harta di Sorga –di sana– menikmati hidup yang kekal, menikmati Allah yang memberikan segala sesuatu anugerah tersebut yang setelah kamu lepaskan kamu bisa dapatkan kembali.
Seorang masuk Kerajaan Sorga bukan karena achievement bukan karena kemampuan kita / ability kita. Tapi pertanyaannya adalah apa kita mau melepaskan itu semua. Kalau dikatakan yang akan masuk Kerajaan Sorga adalah orang yang kaya, orang yang mungkin naik Lexus, orang yang pakai jam Rolex maka orang akan berlomba-lomba untuk mencari Lexus mendapatkan jam Rolex supaya masuk Kerajaan Allah, dan mungkin tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan seperti itu. Tapi waktu Tuhan Yesus katakan, “Barangsiapa mau mengikut Aku, dia harus menyangkal diri, memikul salib, lalu mengikut aku”; itu bisa dikerjakan oleh siapapun. Yang kaya bisa kerjakan, yang miskin bisa kerjakan, yang sehat bisa kerjakan, yang sakit bisa kerjakan, yang pintar bisa kerjakan, yang bodohpun bisa melepaskan segala-galanya demi mengikut Kristus. Sudahkah kita mengikut Tuhan dengan sungguh-sungguh?
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (EL)