Kita sudah membicarakan last time problem apa sih yang Jemaat Efesus hadapi? Kenapa Jemaat efesus yang bahwa dibilang dari tujuh jemaat itu yang the best. Mereka ada doktrin yang bagus dan bukan Cuma ada semangat pikiran, juga ada semangat juang karena mereka rela menderita dan mereka tekun dalam berjuang. And yet, Tuhan mencela mereka. Kenapa? Bahwa mereka kehilangan kasih yang mula-mula. Kita bisa me-summarize dalam cara yang lain. Which is apa sih yang namanya kehilangan kasih yang mula-mula? Maksudnya apa? Gambarannya kita bisa lihat di dalam pernikahan kita juga. Kalau Saudara ada Pernikahan yang sudah berpuluh-puluh tahun yang mulai stagnan, apa sih yang terjadi di situ? Tandanya adalah biasanya Pernikahan seperti itu yang mulai kehilangan kasih mula-mula, itu tindakan kasih yang di luar ada, tetapi hasrat yang di dalam (inner) itu hilang, ada disconnection antara yang outward dengan yang inward. Kita berpikir yang namanya kekristenan itu hanya masalah “kasih uang bulanan” tepat waktu apa tidak. Kalau kita mengerti bahwa target/keinginan Tuhan bukan cuma apa yang di luar, tetapi apa yang ada di dalam hati, bukan cuma perbuatan, tetapi hasrat kita, cinta kita, kasih mula-mula kita, kita akan sangat mengerti kenapa Dia harus menciptakan kita dengan kemungkinan memberontak. Karena yang diinginkan bukan cuma tindakan, tetapi hasrat kita. Kalau kamu adalah gereja Saya, kalau kamu sungguh adalah kaki dian, yang terpenting itu yang kamu miliki bukanlah soal teologi yang lengkap, atau semangat juang dan sebagainya, tetapi hasrat yang di dalam itu, kasih yang mula-mula, tidak peduli seberapa kamu jago doktrin, tidak peduli seberapa kamu semangat juang, jika kamu tidak punya kasih kamu seperti gong yang berkumandang dan canang yang bergemerincing.
Bagaimana kita regain first love? Kita akan membagi menjadi 2 outline, Kita perlu mengerti, Pertama: Mengapa kita kehilangan? Kedua: Bagaimana kita bisa mengambil balik?.
Dalam Wahyu 2:5 secara literal, dikatakan: “Sebab itu, ingatlah darimana engkau telah jatuh”. Ini penekanannya lain dengan kalimat “Sebab itu, ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh.” Jangan ingat dirimu, ingat tempat asalmu dari mana, siapa yang tadi kamu cintai. Dari kalimat ini kita mengerti bahwa pertobatan bukan berbalik ke suatu kelakuan. Bertobat itu berarti kembali ke orang yang kita cintai, memasuki kembali relasi yang sudah selama ini mungkin lupakan. Lakukan apa yang kamu perlu lakukan. Tetap ada unsur kelakuannya. Lakukan apa yang kamu perlu lakukan supaya kamu bisa kembali sekarang, tapi kamu harus kembali ke orang itu, kamu harus kembali ke person-nya.
Bagian pertama: Mengapa kita bisa kehilangan kasih yang mula-mula? Kalau kita sudah mendapatkannya, kenapa kita bisa kehilangan? Kapan pertama kali seorang Kristen menempa kasih yang mula-mula? Semua orang yang sungguh-sungguh percaya pertama kali punya kasih yang mula-mula (hasrat begitu kuat) adalah ketika kita “ngeh” untuk pertama kalinya bahwa Tuhan juga berhasrat buat kita. Kamu mengasihi Tuhan karena Tuhan sudah mengasihi kamu terlebih dahulu. Kita bisa menyadari hasrat kita akan Tuhan kalau kita menyadari hasrat Tuhan kepada kita. Ketika kita menyadari bahwa Dia itu untuk kita, bahwa Dia itu di sisi kita, bahwa Dia berkomitmen untuk kita, bahwa Dia tidak akan berbalik dari kita, bahwa Dia telah memberikan diriNya secara lengkap untuk kita, and therefore, kita tidak bisa melakukan apa yang lain selain kita memberikan diri kita bagi Dia. Salib itu membukakan kepada kita sejauh apa kita telah jatuh, tetapi juga seberapa besar cinta Tuhan. Karena, di atas kayu salib kita melihat apa yang dilakukan pada Kristus itu adalah apa yang seharusnya kita terima. Apa yang seharusnya kita terima itu diterima oleh Dia. Itu yang memenangkan kita. Itu yang membuat kita beralih dari musuh menjadi sahabat. Lalu kenapa hasrat itu belakangan hilang?
Ada bagian Alkitab yang directly addressing dalam hal ini, yaitu dalam Yesaya 49:13-16, ini adalah bagian keputusasaan daripada orang Israel. Di ayat 1-13, itu adalah deklarasi cinta Tuhan, nubuatan restorasi daripada Israel. Tapi di ayat 14 di tengah-tengah proklamasi yang indah tiba-tiba ada perkataan dari Sion “Tuhan telah meninggalkan aku dan Tuhan telah melupakan aku.” Dalam original konteks kemungkinan, pada saat itu setelah masa pembuangan tembok-tembok Yerusalem sudah runtuh dan satu kota Yerusalem sangat mudah dihajar oleh musuh, juga tidak ada Bait Allah.
Kenapa kita bisa kehilangan hasrat kita kepada Tuhan? Kita kehilangan hasrat kepada Tuhan adalah ketika kita gagal untuk menyadari hasrat Tuhan kepada kita. Tidak merasa dicintai karena ada evidence menumpuk di kiri dan kanan yang sepertinya menuduh kita. Bukti bagi orang Israel adalah tembok-tembok yang runtuh, tidak ada Bait Allah. Bukti bagi kita bisa internal dan eksternal, misal kesulitan finansial, sulit mendapat suami/istri, susah mendapat anak, susah mencari pekerjaan, doa yang tidak dijawab, dosa (internal). Bukti-bukti itu menumpuk bahwa Tuhan tidak sayang sama saya. Yang mengerikan dari kondisi seperti ini adalah kalau Saudara gagal untuk menyadari penerimaan dan cinta Tuhan kepada Saudara maka kita mencari, tepatnya mencuri penerimaan dan kasih/cinta dari tempat lain. Karena tidak ada manusia yang bisa hidup tanpa penerimaan dan cinta. Kenapa banyak hal yang baik dalam hidup kita itu hancur? Apa yang menjadi berhala adalah cuma hal yang baik. Ketika kita memberhalakan sesuatu itulah sebabnya kita menghancurkan hal itu. Itulah sebabnya hal yang baik itu menjadi hancur. Misal karier, relasi kita dengan seseorang. Kalau Saudara menempatkan penerimaan/pengakuan dan cinta orang lain kepada Saudara sebagai hal yang paling tinggi dalam hidup Saudara justru inilah yang membuat hal yang tadi baik ini menjadi hancur, inilah yang akan membuat Saudara justru tidak bisa diterima orang lain. Orang yang jaim (jaga image) terus menerus justru image-nya jelek. Ketika kita menjadikan image adalah yang paling utama, justru membuat image kita menjadi hancur. Penerimaan dan cinta harus didapat dari Tuhan.
Bagian kedua: Apa yang harus dilakukan untuk kembali mendapatkan hasrat itu? Dalam ayat Yesaya 49:15-16, adalah jawaban Tuhan terhadap hati yang merasa dilupakan, hati yang merasa dibuang. Kita lihat cara Tuhan untuk membuat kita sadar akan kasih itu seperti apa. Tuhan tidak langsung masuk dalam will (over maskulin) dan emosi (over feminin). Tuhan tidak masuk langsung ke will, Tuhan tidak langsung masuk ke emosi. Tuhan mengatakan kebenaran. Tuhan memberikan kebenaran lewat pengetahuan baru bisa masuk ke 2 hal ini, will dan emosi. Tuhan memberikan suatu metafor yang kita harus berpikir untuk mengerti suatu perbandingan. Sekarang kamu tolong bandingkan antara saya dengan seorang ibu yang sedang menyusui. Bandingkan itu berarti kita harus bandingkan apa yang sama dan apa yang tidak sama. Kita diajak untuk berpikir. Tapi pemikiran ini tidak berhenti di berpikir tetapi masuk dalam will dan emosi kita. Seringkali ketika kita depresi, kita tidak mau kebenaran, tetapi maunya inspirasi. Kita lihat bagaimana Tuhan meresponi kita ketika kita merasa dilupakan, Ia mulai dari pengetahuan. Perubahan emosi dan perubahan will yang paling sejati hanya datang ketika pengetahuanmu juga berubah. Contoh, kalau Saudara sedang berat hati lalu cari musik, musik apa yang Saudara cari? Musik yang langsung berasa (pop) kan. Defini Plato tentang musik pop pada zamannya adalah musik yang bypass (melangkahi) rasio langsung masuk ke emosi dan will (kehendak). Mirip dengan musik pop zaman sekarang. Kita hobi mendengar musik pop karena kita tidak perlu mengerti untuk bisa menikmati musik pop. Untuk menikmati musik pop, kita tidak perlu berpikir. Maka musik pop itu menarik dan popular. Oleh karena itu musik pop tidak bisa mengubah hidup Saudara ke arah yang lebih baik. Waktu kau sedang sedih, bukan devosi, bukan inspirasi, tetapi seharusnya justru belajar Firman Tuhan, itu yang akan mempengaruhi seluruh hidupmu. Solusinya: memikirkan Tuhan itu siapa dan mengingat darimana kita jatuh.
Seorang Ibu tidak akan bisa melupakan bayinya yang sedang menyusui karena selain secara emosi, juga natur fisik seorang Ibu yang mendorong si Ibu kepada bayinya dan secara jiwa relasi Ibu dan anak yang bersifat unconditional. Bayinya selalu dilayani dan Ibunya selalu melayani. Tuhan mengatakan bandingkan cintaKu dengan cinta Ibu ini. “Sekalipun dia melupakan, Aku tidak akan melupakan,”. Terjemahan yang seharusnya dalam bahasa Ibrani, “dia (Ibu) pasti melupakan, tapi Aku tidak akan melupakan.” Dapatkah seorang Ibu melupakan bayinya? Ya, kalaupun dia lupa, aku ingat. Ibu dan bayi bagaimanapun juga seorang manusia. Di dalam diri manusia tidak ada hal yang indestructible. Ada Ibu yang juga tidak baik dan melupakan bayinya. Manusia itu destructible. Maka Bisakah seorang ibu melupakan bayinya? Pasti. “Tapi kalaupun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.”
Tuhan mengatakan : KasihKu itu indestructible. Persamaannya adalah Aku penciptamu, kalau seorang ibu yang tidak mencipta bayi itu bisa terikat dengan bayinya, apalagi Aku yang mencipta engkau. Seluruhnya dari Aku. Bagaimana mungkin kamu merasa seperti itu. Seluruh dalam diriKu mendorong diriKu kepada engkau. Akulah Tuhanmu. Aku mencintai apa yang telah Aku ciptakan. Tetapi bedanya adalah: seluruh hal dalam diri Allah mendorongNya kepada kita, tapi seluruh hal dalam diri kita mendorong Dia dari hidup kita. Karena kita berdosa, dan karena Dia suci, Meskipun demikian Tuhan mengatakan “Aku mencintaimu”. Seorang ibu cintanya unconditional. Bagaimana dengan Tuhan? Seorang Ibu mendapatkan kepuasan penerimaan dan cinta dari anaknya. Menempatkan anaknya sebagai sumber inti hidupnya. Antara Allah terhadap kita, kita hanya mengambil dan Allah hanya memberi. Apa nilai tambah yang bisa kau berikan sehingga eksistensiKu sebagai Tuhan itu somehow bertambah? Tapi Aku mencintaimu sampai selama-lamanya. Kalau kita sadar bahwa cinta macam ini milik kita, kalau kita senantiasa hidup hari demi hari di hadapan kebenaran ini dan senantiasa memikirkan hal ini, maka Saudara akan menjadi orang yang berbeda dengan orang yang hari ini ada duduk di kursi Saudara. Tetapi ini semua tidak cukup. Karena bagaimanapun juga ujungnya kalau hanya berhenti sampai di sini, itu berarti Tuhan cuma ngomong doang. Ini semua gombal. Karena yang meyakinkan kita bahwa seseorang mencintai kita bukanlah perkataan mulutnya tapi apa yang dia telah lakukan. Itulah sebabnya orang bisa mengatakan “Tuhan, Engkau telah melupakan aku”. Maksudnya “mana Tuhan tindakanMu, kenapa hidupku seperti ini?”
Itulah sebabnya masuk ke metafor yang ke dua di ayat 16. Allah mengatakan “Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tanganku, tembok-tembokmu tetap di ruang mataku”. Seorang budak pada zaman Yesaya biasanya dicap lambang/nama dari Tuannya. Tapi tidak ada Tuan yang mencap nama dirinya pada budaknya. Kata yang dipakai dalam ayat ini bukan melukiskan melainkan seharusnya mengukir. Dan mengukir dalam bahasa Ibrani tidak bisa dibedakan dengan kata memotong. Di zaman Yesaya mengukir menggunakan palu dan paku. Aku telah mengukir namamu itu berarti Aku telah memakai palu untuk melukiskan namamu di dalam tanganku lewat paku yang menembusnya. Beberapa abad setelah Yesaya, ada seorang yang bernama Tomas yang juga merasa dilupakan Tuhan, yang merasa Tuhan tidak ada dalam hidupnya, teman-temannya mengatakan Tuhannya sudah bangkit, tapi dia tidak percaya, dan lalu Kristus muncul di hadapan Tomas dan mengatakan kalimat “Lihatlah Tomas, telapak tanganku”. Inilah argument yang terakhir. Inilah aksi yang Tuhan berikan. Ini yang membuktikan Tuhan bukan gombal. Kenapa kita bisa percaya sama Dia? Saudara, kita akan berteriak: Tuhan, bagaimana saya tahu kau mengasihi aku. Bagaimana? Wong hidupku seperti ini. Aku melihat bukti di kiri dan kanan. Di mana Engkau? Kenapa Engkau tidak menjawab aku? Kenapa Kau melupakan aku? Kristus mengatakan kepada kita: “kau pikir Tuhan melupakanmu, kau pikir Tuhan membuangmu?. Lihat, Lihat di Salib, Aku dilupakan bagimu. Aku dibuang bagimu.” Aku berteriak, “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkanKu? Karena memang benar kamu telah berdosa, dan oleh karena itu kamu harusnya dilupakan. Oleh karena itu kamu harusnya dibuang Tuhan. Tetapi Aku telah mengambil pembuangan yang harusnya bagianmu itu. Aku telah dibuang bagimu supaya kamu tidak akan pernah dibuang atau dilupakan. Supaya Aku bisa berkata kepadamu pada akhirnya, ketahuilah Aku menyertaimu sampai kesudahan zaman.” Karena Aku mengasihimu lebih dari seorang ibu mengasihi dan tidak pernah melupakan anak yang sedang menyusui. Jikalau kita kehilangan hasrat kita kepada Tuhan, kita akan mencari kepada sesuatu yang lain. Pasti, dan ujungnya akan hancur. Paling tidak kalau Saudara merasa pun sukses mendapat penerimaan dari uang, dari karier, dari segala macam, itu cuma temporary karena bisa naik bisa turun, dan suatu hari pasti akan hilang. Tapi Saudara bisa bebas dari semua itu dan Saudara bisa mendapatkan penerimaan dan cinta yang kekal.
Tanda dari seorang ibu yang baik, ia senantiasa mengejar anaknya. Saya pernah dengar suatu cerita, ada seorang Ibu suatu kali anaknya sedang main-main di jalan lalu tertabrak truk dan terlindas. Lalu Ibu ini shock dan lari ke truknya dan dia angkat truknya sampai terbalik sampai tangannya patah, hancur. Kekuatan yang luar biasa yang entah bagaimana bisa muncul karena dia mencari bayinya itu. Allah kita itu bukan cuma angkat truk. Dia menggerakkan dan menggocangkan langit dan bumi untuk mendapatkan kita kembali. Kalau Saudara sadar akan hal ini Saudara akan mengerti hal-hal yang Saudara hari ini minta, itu hal-hal yang picisan. Saudara sudah mendapatkan yang paling baik. Ini yang bisa jadi pegangan untuk Saudara. Dia sudah memberikan hidupNya bagimu. Kalau hari ini Dia memberikan Saudara kesulitan, Saudara akan sadar itu untuk kebaikan Saudara. Tidak mungkin Dia meninggalkan Saudara. Saudara mengatakan: “Kenapa dalam hidupku penuh badai?” Ingat Tuhan mengatakan “Aku sudah melewati badai yang ultimate buatmu, mana mungkin Aku meninggalkanmu dalam badai yang seperti ini.” Inilah jawabannya. Kita memang tidak akan tahu semua jawaban dari kesulitan kita sampai kita mati, sampai kita di surga sana. Tetapi kita punya pengetahuan yang cukup, yaitu: Dia telah datang dan mati buat kita, Ia telah mengukirkan nama kita dengan paku di telapak tanganNya.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (EL).